BERHATI-HATILAH TERHADAP ROH IBLIS

 

SABDA TUHAN ADALAH PELITA HIDUP KITA

Renungan Hari Minggu, Pekan Biasa X, Tahun B, 09-06-2024         

Kej. 3:9-15; 2Kor. 4:13-5:1; Mrk. 3:20-35

BERHATI-HATILAH TERHADAP ROH IBLIS

Hari ini Gereja merayakan hari Minggu Biasa Pekan X. Sabda Tuhan yang diperdengarkan bagi kita berbicara tentang kehadiran dua jenis roh di dalam kehidupan kita. Ada Roh yang baik, yakni Roh Kudus. Ada roh jahat yakni roh yang datang dari iblis. Kedua jenis roh ini dapat diketahui dari cara dan hasil kerja mereka. Roh yang baik yakni Roh Kudus akan membawa sukacita, damai, rukun, Sejahtera, solider, pengampunan, cinta kasih, kemurahan hati, kebenaran, kejujuran, keadilan, dan berbagai kebajikan lainnya. Sedangkan roh jahat akan membawa perpecahan, permusuhan, kebencian, dendam, amarah, kecurigaan, fitnah, kepalsuan, suka menyebarkan kabar bohong, suka menjerumuskan orang lain kepada kejahatan, kemalasan, suka mencuri, menipu, suka mencari popularitas diri, dan sebagainya.

Ada pepatah kuno yang bagus sering kita dengar, “Dalamnya laut dapat diduga, dalamnya hati siapa tahu?” Namun bagi orang beriman dapat ditambahkan ungkapan berikut, “Luasnya hati manusia dapat diukur oleh Allah, luasnya hati Tuhan tidak dapat dipahami.” Demikianlah hati ahli-ahli Taurat dapat diketahui dan diukur oleh Tuhan Yesus, karena kemunafikan mereka, dan sikap culasnya. Sedangkan mereka tidak dapat memahami betapa luasnya hati Tuhan Yesus, dan bahkan mereka menuduh Yesus berkonspirasi dengan kuasa beelzebul. Mereka menuduh bahwa mukjizat yang dikerjakan Yesus adalah hasil kerja sama dengan para penghulu setan. Begitulah cara mereka memfitnah dan menolak Yesus dengan segala karya baik-Nya.  Yesus dengan sabar berusaha untuk menjelaskan dan menyadarkan hati para ahli taurat tentang cara kerja roh jahat tersebut. Roh jahat iblis itu akan membuat manusia ‘lupa’ akan keberadaan dirinya dan dari mana dia berasal. Roh jahat itu akan selalu mendorong manusia untuk menjadikan dirinya sendiri sebagai ‘pusat’ hidupnya. Itulah egoisme manusia yang paling tinggi. bacaan pertama dari Kitab Kejadian hari ini dapat menjadi acuannya. Manusia terbujuk rayu oleh ular yang merupakan penjelmaan roh iblis itu. Akibat lanjutnya adalah manusia saling mempersalahkan satu sama lain. “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” Tidak kalah serunya Perempuan itu membela diri, “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan buah itu.”Sampai pada titik ini, iblis pun bertepuk tangan bersorak kemenangan. Manusia sudah jatuh dan diperdaya.

Demikian halnya dengan kehidupan iman kita sampai dewasa ini. Sekian sering kita “membenarkan diri sendiri”dan “mempersalahkan orang lain”. Kelemahan terbesar adalah kita tidak mampu melihat ke dalam diri sendiri dan mengoreksi diri, hati kita. Itulah yang disebut harus ada “introspeksi diri”. Sekian sering kita berkata bahwa pengalaman traumatis masa lalu yang membuat saya tidak aktif dalam kehidupan meng-Gereja, dengan mempersalahkan pastornya, dewan parokinya, dan semua hal yang dapat dijadikan tameng pembenaran diri. Namun sejatinya, hati sendiri yang sudah sulit berubah dan membatu, dan menjadikan diri sendiri sebagai ‘pusat’ segala-galanya.

Melalui bacaan-bacaan suci hari ini khususnya dalam injil, Yesus mengingatkan kita bahwa jika situasi itu masih terus hidup dan menggerogoti kehidupan iman kita, maka itu sangat berbahaya. Bahayanya karena manusia tidak waspada dan menjadi lupa siapa yang menjadi Pencipta dan Pemberi daya hidup baginya, yakni Roh Kudus. Sebab sejak penciptaan, Allah menghembusi ‘Ruáh”, Roh-Nya ke dalam diri manusia dan manusia itu menjadi makhluk yang hidup (bdk. Kej. 2:7). Dan Yesus setelah kebangkitan-Nya, Ia menampakkan diri kepada para rasul seraya berkata, “Terimalah Roh Kudus” (Yoh. 20:22).  Sejak pembaptisan dan dikukuhkan melalui Sakramen Krisma, sesungguhnya kita dikaruniakan Roh Kudus itu yang membuat kita memiliki daya hidup sebagai orang beriman. Makanya Yesus ingatkan kita juga, janganlah sekali-kali kita menghina Roh Kudus karena itu adalah dosa yang tidak terampuni. Anak durhaka yang tidak mengakui siapa Penciptanya dan dari mana dia dilahirkan/dijadikan adalah sebuah bentuk penghujatan terhadap Roh Kudus pula. Mari jangan sampai kita pun menganggap Tuhan tidak waras. Ini berbahaya.

Selanjutnya Paulus memberikan peneguhan bagi kita agar tetap semangat jika kita ditolak, difitnah, dihina dan bahkan dianggap tidak waras, seperti orang farisi mengatakan Yesus yang tidak waras. Kita belajar dari Yesus yang tidak terbawa emosi untuk membalas dendam terhadap orang yang menghina-Nya, melainkan Dia memberikan kasih yang mengampuni agar mereka hidup. Oleh sebab itu kita diajak untuk senantiasa mengolah dan mendengarkan suara hati Nurani kita secara baik agar mampu menguasai diri dan mengalahkan kejahatan dengan kebaikan.

Marilah kita memohon kehadiran Roh Kudus agar memampukan kita untuk bersikap terbuka pada kehendak Tuhan dan memahami kasih Tuhan yang mengalir bagi setiap kita. Kiranya kita dengan setia menghayati nilai-nilai iman dan rencana Tuhan di dalam kehidupan sehari-hari. Semoga Terang Sabda Allah dan Roh Pemberi karunia, melenyapkan segala dosa dan kebutaan manusia tidak beriman.

Semoga  kita sekalian senantiasa diberkati oleh Allah Tritunggal Mahakudus : (+) Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.

 

 

Salam dan berkat,

Pastor Paroki EKUKARDO,

P. Kris Sambu, SVD

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INILAH TUBUH-KU, INILAH DARAH-KU

TERANG YANG BENAR MENGHALAU KEGELAPAN DOSA

BETAPA DAHSYATNYA DOA ITU