TERANG YANG BENAR MENGHALAU KEGELAPAN DOSA
HARI MINGGU PRAPASKAH IV, 10 MARET
2024
2Taw. 36:14-17a.19-23; Ef. 2:4-10;
Yoh. 3:14-21
TERANG YANG BENAR
MENGHALAU KEGELAPAN DOSA
N ………
Bangsa Indonesia disadarkan oleh
seorang Perempuan pada zamannya, yakni Raden Ajeng Kartini. Wanita bangsawan
ini mengangkat harkat dan martabat manusia kaum Wanita dengan isu ‘jender’ yang
masih terus diserukan sampai dewasa ini. Semboyan yang tertuang dalam bukunya, “Habis Gelap Terbitlah Terang” telah memberi banyak inspirasi kepada para Wanita
untuk berjuang tampil, berprestasi, bekerja tanpa rasa minder dalam kelemahan
yang dibingkai oleh kaum lelaki. Kaum Wanita seolah-olah mendapat sinar terang
baru yang bercahaya di dalam kehidupan mereka yang diselimuti oleh kegelapan
‘beda kelas sosial’ selama ini.
N ……….
Bacaan injil pada hari Minggu
Prapaskah IV ini berbicara sesungguhnya tentang Terang yang dikonfrontasikan
dengan kondisi kegelapan malam. Nikodemus adalah seorang ahli taurat yang pernah
datang kepada Yesus dan berbicara mengenai kehidupan imannya dalam keremangan
malam. Oleh sebab itu Yesus secara tegas mengatakan kepada Nikodemus agar
dilahirkan Kembali supaya mengerti apa yang dikehendaki oleh Allah yang begitu
mengasihi manusia dengan mengaruniakan Putera-Nya yang Tunggal untuk menebus
manusia. Dia itulah Cahaya yang datang untuk menghalau kegelapan oleh
perbuatan-perbuatan dosa mereka. Kontras Cahaya adalah kegelapan, yang
disimbolkan oleh waktu perjumpaan Nikodemus dengan Yesus pada waktu “malam”.
MALAM adalah symbol kegelapan dosa yang membenci Cahaya, Terang yang dibawa
Yesus. Yesus adalah sumber Terang. Jika orang tinggal Bersama Yesus maka akan
dijauhkan dari kegelapan. Yesus adalah sumber Rahmat keselamatan, barangsiapa
hidup di dalam Yesus akan memperoleh Rahmat
tersebut. Nikodemus menemukan Cahaya keselamatan itu. Maka imannya
kepada Yesus pun terus bertumbuh dan semakin kokoh.
N …………
Iman kita terkadang seperti Nikodemus
yang seringkali diliputi oleh kegelapan malam ‘dosa’ kita. Maka kita juga perlu
belajar dari Nikodemus untuk pergi bertemu dengan Yesus. Kita perlu mendatangi
Cahaya itu agar kegelapan malam ‘dosa ‘ kita dilenyapkan. Untuk usaha
melenyapkan kegelapan malam ‘dosa’ itu tidaklah mudah. Ini menjadi sebuah
perjuangan yang sangat sulit bagi seorang beriman. Betapa tidak? Orang yang
sudah lama tinggal jauh dari Tuhan, jauh dari Terang dan sudah nyaman di dalam
kegelapan, harus Kembali ke jalan benar, ke dalam terang. Meninggalkan semua
kenikmatan dan mulai sesuatu yang baru bukanlah sebuah pekerjaan mudah. Dengan
kata lain, “Betapa sulitnya orang menerima sebuah perubahan di dalam
hidup dan lingkungannya, setelah sekian terbiasanya dalam habitat lama yang
nyaman”.
Akan tetapi hal itu bisa terjadi jika
orang hidup Bersama dalam Tuhan. Belajar dari Yesus yang sudah berkorban dan
meninggalkan ke-Allah-an-Nya dan menjadi manusia, maka akan mudah menyesuaikan
diri dengan cara hidup Yesus itu. Sebab kebangkitan Yesus menjadi puncak
kemenangan seorang beriman dan sekaligus sebuah kelahiran baru di dalam Roh dan
kebenaran iman akan Allah.
Suatu Ketika saya berjumpa dengan
seorang ‘asing’ yang tidak memiliki agama, alias ateist. Ketika kami berkenalan
dan tahu bahwa saya adalah seorang imam, dengan sedikit mengejek, dia menyindir
saya, katanya; “Anda tentu sudah membaca seluruh Kitab Suci dari awal sampai
akhir, dari Kitab Kejadian sampai Wahyu. Apakah yang anda buat bagi dunia yang
sedang menderita karena peperangan, ketidakadilan, bencana alam, dan
sebagainya?” Saya sedikit terkejut dengan pertanyaannya itu. Mungkin sebuah
jawaban yang tidak memuaskan saya berikan, “Tentu sebagai manusia saya tidak
bsia melakukan semua hal untuk menyelamatkan duniaseperti itu. Namun saya
percaya dengan kekuatan banyak orang dan ditopang oleh Rahmat Tuhan sendiri,
banyak hal yang diselamatkan.” Setelah menjelaskan beberapa hal kepadanya, Lalu saya balik bertanya kepadanya, “Sebagai
seorang ateist, apa yang anda lakukan berhadapan dengan dunia serupa?”
Dia menjawab, “Sudah cukup untuk
saya melakukan kebaikan, memberikan bantuan social, saya sudah hidup jauh lebih
baik dari seorang yang beragama.”
Mungkin orang itu benar dalam arti
“aksi nyata” yang dilakukan. Akan tetapi, sebagai orang beriman kita perlu
merenung lebih jauh, “tidaklah cukup perbuatan baik kita hanya sekedar
keprihatinan” dan apalagi sebagai kekuatan kita semata. Kita mesti memberi
dasar Tindakan itu di atas iman. Iman yang menjadi sumber Tindakan kasih kita itu.
Itulah perbedaan mendasar, “Sikap dan Tindakan seorang aktivis Gerakan
social dan seorang yang percaya kepada Allah dan mengandalkan kekuatan
Rahmat-Nya”. Sebab Allah-lah yang menjadi sumber Tindakan dan penghayatan
iman kita. Allah-lah yang mengegrakkan pertobatan kita. Allah-lah yang menjadi
Cahaya penghalau kegelapan dosa kita.
N ……..
Dalam masa prapaskah ini, marilah
kita berusaha untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan Tuhan dan sesame.
Kita menumbuhkan Kembali iman kita yang redup oleh kegelapan dosa kita. Kita
memberi ruang untuk Cahaya itu menerangi ruang hati kita yang gelap. Kelahiran
Kembali akan kita nikmati seiring dengan kemuliaan salib Kristus yang bangkit
mulia.
Semoga Terang Sabda Allah dan Roh
Pemberi karunia melenyapkan kegelapan dosa dan kebutaan manusia tak beriman.
Dan semoga hati Yesus Sang Terang sejati hidup di dalam hati semua manusia.”
Amin.
Komentar
Posting Komentar