Vivat cor Iesu, per Cor Mariae. Hiduplah Hati kudus Yesus melalui Hati Maria.
SABDA TUHAN
ADALAH PELITA HIDUP KITA
Renungan Hari
Jumat, Pekan Biasa VIII, Tahun B, 31-05-2024
Zef. 3:14-18;
Luk. 1:39-56
PESTA SP. MARIA
MENGUNJUNGI ELISABET
Vivat cor Iesu, per Cor Mariae. Hiduplah
Hati kudus Yesus melalui Hati Maria.
Putera-puteri Maria yang terkasih,
Kisah Maria dan Elisabet yang baru saja kita
dengarkan memberikan gambaran indah tentang kekuatan iman, kehormatan, dan
kasih yang memancar melalui kehidupan wanita-wanita yang diberkati ini. Ketika
Maria menerima berita bahwa ia akan mengandung Sang Juruselamat, ia pergi
dengan segera ke pegunungan Yudea untuk bertemu dengan Elisabet yang juga sedang
mengandung anak yang luar biasa, Yohanes Pembaptis.
Ketika Maria tiba di rumah Elisabet, anak dalam
kandungan Elisabet merasakan kehadiran Sang Bunda Allah dan melompat
kegirangan. Lalu, Elisabet yang penuh Roh Kudus, mengucapkan kata-kata yang
begitu berkuasa: “Diberkatilah engkau di antara wanita dan diberkatilah buah
rahimmu! Mengapa aku ini dapat kehormatan, sehingga ibu Tuhanku datang
mengunjungi aku?” (Lukas 1:42-43).
Umat beriman terkasih, dalam tanggapannya, Maria
tidak hanya merasa terhormat oleh kata-kata Elisabet, tetapi ia pun memuji
Tuhan dengan nyanyian yang dikenal sebagai “Magnificat”. Dalam
nyanyian ini, Maria mengakui kebesaran Tuhan dan merasakan anugerah-Allah atas
hidupnya. Ia menyadari bahwa Allah telah memilihnya, seorang hamba Allah yang
rendah hati, untuk menjalankan peran penting dalam rencana penyelamatan-Nya.
Kisah ini mengajarkan kita beberapa hal yang
berharga.
Pertama, iman yang kuat dapat menghasilkan keajaiban yang tak terduga. Maria
berjalan dengan iman yang penuh, tanpa ragu-ragu, percaya bahwa janji Tuhan
akan digenapi. Ia memberikan teladan kepada kita untuk hidup dengan keyakinan
yang kokoh dalam janji-janji Allah. Hari ini kita umat katolik 7 paroki gugus
kota Ruteng pada umumnya, dan paroki Ka Redong – yang secara Istimewa
berpelindungkan pada Ekaristi Kudus – mengadakan perjalanan membawa warta
sukacita, Yesus Sang Juruselamat dunia dari paroki ke paroki. Iman Maria telah
mengajarkan kepada kita untuk berjalan dengan sebuah keyakinan bahwa atas cara
ini Tuhan memenuhi janji-Nya bahwa melalui kita pun dipakai Tuhan untuk turut
mewartakan kabar sukacita keselamatan kepada dunia semesta dan sesame.
Kedua, kasih dan
kepedulian yang tulus dapat menguatkan hubungan kita dengan sesama. Maria dan
Elisabet saling memberkati dan memperkuat iman satu sama lain. Mereka berdua
memahami betapa besar peran yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan, dan mereka
saling menguatkan dalam menjalani panggilan mereka. Perjalanan kita hari-hari
ini Bersama Sakramen Mahakudus, Sang Sabda yang telah dikandung Maria itu,
menjadikan kita pula sebagai berkat bagi sesame yang kita jumpai teristimewa
perjumpaan dalam doa-doa dan pujian kita Bersama. Seperti Maria membawa Yesus,
Sang Sabda di dalam rahimnya dan menjadi berkat bagi Elisabet; demikian pula
kita membawa Yesus yang tersamar dalam rupa Roti ini sebagai berkat bagi dunia
dan sesame.
Ketiga, kita diajak
untuk hidup dalam kerendahan hati dan menghormati peran yang diberikan kepada
kita oleh Allah. Maria menyadari bahwa kehormatan yang diberikan kepadanya
bukanlah karena prestasi atau kemampuannya, tetapi semata-mata karena anugerah
Allah. Ia dengan rendah hati menerima peran yang diberikan kepadanya dan
menyatakan ketaatan yang penuh sukacita. Melalui peristiwa hari ini kita hendak
menyatakan juga komitmen kerendahan hati kita bahwa segalanya terjadi atas
kehendak dan rencana Allah melalui diri kita. Maka peristiwa Prosesi Sakramen
Mahakudus ini bukanlah sebuah ajang pertunjukan kebolehan dan kelebihan kita,
melainkan menjadi tanda kesaksian akan kerendahan hati kita yang selalu
membutuhkan kunjungan, sentuhan kasih dari Tuhan sendiri dari hati ke hati. Mungkin
melalui perjalanan Bersama Sakramen Mahakudus ini, ada hati yang sedang gersang
merasakan kesejukan oase dari air dan darah yang tertumpah dari Lambung Yesus;
mungkin ada jiwa yang layu karena berbagai beban persoalan hidupnya mendapatkan
penyegaran Kembali dari pancaran Cahaya kasih Hati Yesus; mungkin ada
persaudaraan yang Tengah retak, direkatkan Kembali oleh Hati Yesus yang
mengampuni; ada jiwa yang sedang berselisih dan bermusuhan, didamaikan Kembali
oleh Tuhan yang berjalan lewat sambil berbuat baik tiu.
Umat beriman yang terkasih, marilah kita belajar
dari contoh iman, kehormatan, dan kasih yang terdapat dalam kisah Maria dan
Elisabet. Mari kita renungkan betapa pentingnya iman yang tulus, persahabatan
yang saling menguatkan, dan sikap kerendahan hati dalam hidup kita. Ziarah kita
hari ini Bersama Sang Bunda Allah dan Bunda kita, Gereja Kristus, kiranya
sungguh menjadi berkat bagi diri dan keluarga, bagi sesame dan dunia semesta. Tuhan
memberkati. Amin
Komentar
Posting Komentar