SELESAILAH SUDAH
PERINGATAN WAFAT TUHAN
HARI JUMAT AGUNG, 29 MARET 2024
Yes. 52:13-53;12; Ibr. 4:14-16; 5:7-9; Yoh. 18:1-19:42
SELESAILAH SUDAH
Misi Yesus di tengah dunia sudah
selesai. Tidak mudah untuk menyelesaikan tugas perutusan itu. Pengorbanan
rohani jasmani, jiwa dan raga telah terjadi. Berbagai bentuk penghinaan dan
penolakan serta penganiayaan telah terjadi. Bahkan sampai wafat-Nya yang
dipertontonkan seperti seorang penjahat. Mengapa semuanya itu terjadi?
Jawabannya adalah karena kedurhakaan manusia (kita); karena dosa dan
ketegaran hati manusia (kita); karena kejahatan dan kebejatan manusia (kita);
karena manusia (kita) egois, cinta diri, nafsu serakah yang tidak terkendali,
karena manusia (kita) mau menjadi Tuhan atas diri sendiri. Akhirnya Tuhan Yesus
menjadi tumbal untuk semuanya itu.
Apakah dengan semuanya itu Yesus
kalah?
Tidak! Yesus tidak kalah. Yesus
menang. Yesus menang karena kesetiaan dan ketaatan yang total kepada kehendak
Bapa yang telah mengutus-Nya. Atas dasar kesetiaan dan ketaatan inilah maka
Yeus dijadikan sebagai IMAM dan KORBAN paripurna sekaligus. Dengan demikian
Yesus menjadi sumber kehidupan dan keselamatan bagi semua orang. Inilah yang
dilukiskan di dalam surat Ibrani.
Sebagaimana bagi banyak orang salib
dipandang sebagai kehinaan dan aib, tidaklah demikian bagi Yesus. Bagi Yesus
justru inilah jalan yang membuka kemenangan jaya menuju Bapa-Nya. Sebagaimana
digambarkan oleh Penginjil Yohanes, perjalanan penderitaan salib yang
dilakonkan oleh Yesus merupakan bagian penutup sebuah proses, yang sudah
dimulai pada kedatangan-Nya di dunia (Yoh.3:17-19). Yesus tahu dengan sadar
bahwa Ia harus menyongsong saat kematian-Nya. Dengan wafat-Nya, Yesus telah
melaksanakan rencana, sebagaimana dinubuatkan di dalam Kitab Suci dan oleh
kehendak Bapa-Nya. Maka dari atas salib itu Yesus berseru kepada Bapa-Nya
sambil meneyrahkan Roh-Nya, “Selesailah sudah.”
Melalui jalan salib inilah, Yesus
telah diperkenalkan sebagai ‘Manusia’ dan ‘Raja’. Yesus justru sendiri
menegaskan diri-Nya sebagai hakim atas dunia secara adil, Ketika diri-Nya
bagaikan Anak Domba yang disembelih. Di atas tiang kayu di atas bukit Golgotha,
Yesus digantung, di Golgotha inilah telah berubah menjadi Firdaus baru, di mana
Adam Baru menyerahkan nyawa-Nya, sebab di taman Firdaus lama dan Adam pertama
telah melakukan dosa dan kejahatan. Dunia lama telah ditebus. Dunia baru
bercahaya di dalam Roh dan Kebenaran, di sini Yesus menyerahkan Roh-Nya.
Yesus memberikan Roh-Nya setelah
menunjuk Hawa Baru di dalam diri Bunda Maria, menjadi Bunda semua kaum
beriman. Hawa pertama telah dikuasai iblis dengan segala tipu muslihatnya; Hawa Baru telah
menunjukkan kesetiaan iman untuk menyertai puteranya sampai di kaki salib. Atas
kesetiaan inilah, Tuhan telah menjadikan dia (Maria – Hawa Baru) menjadi
Bunda Gereja, Bunda orang beriman yang tersimbol di dalam diri rasul yang
dikasihi Yesus (Yohanes).
Dari dalam lambung kudus Yesus telah
mengalirlah air dan darah yang menyucikan dan mengembalikan kesucian diri
manusia berdosa; dan Roh-Nya telah meneguhkan hasil Paskah baru (1Yoh.5:7).
Dalam kebangkitan Yesus, setan telah diukul mundur dan dibuang keluar. Firdaus
baru telah terbuka lagi bagi manusia bertobat, seperti dikatakan penjahat
tersalib itu, “Yesus, Ingatlah aku bila Engkau memasuki kerajaan-Mu!”
Bagi Yesus tidak ada yang mustahil, sehingga sekalipun sudah pada masa injury
time bagi penjahat yang bertobat itu Yesus memberikan jaminan, “Sungguh,
Hari ini engkau akan Bersama-Ku di Firdaus.”
Pada permenungan kita hari ini
kiranya kita belajar:
1. 1. Kesetiaan dan ketaatan Yesus telah menghasil buah keselamatan
bagi dunia (manusia) yang bertobat. Setiap pekerjaan yang dilakukan
dengan setia dan patuh akan memberikan hasil yang menggembirakan. Buah iman
kita akan memberikan kita jaminan keselamatan di akhirat nanti.
2. 2. Karena iman seringkali
mendatangkan tantangan dan cobaan. Bertekunlah sampai selesai. Di ujung
perjalanan dan perjuangan itulah hasil akan dipetik, bukan pada pertengahan
perjalanan.
3. 3. Kesetiaan dan ketaatan iman yang tulus dapat mengubah wajah
dunia.
Bunda Maria telah melakukan itu. Wajah bumi yang kotor dan najis oleh ulah Hawa
di taman Eden, telah diubah menjadi sebuah taman sukacita yang menyelamatkan
Bunda Maria menjadi Bunda kaum beriman.
4. 4. Tidak ada kata terlambat untuk bertobat. Penjahat di salib telah
mengajarkan kita untuk jangan takut ditolak oleh Tuhan sekalipun besar dos
akita. Bertobatlah setiap saat, sebab keselamatan selalu terjadi pada waktu
yang tepat. “Sungguh, hari ini juga engkau akan ada Bersama-Ku di Firdaus.”
5. 5. Buah pengabdian mendatangkan rahmat bagi sesame. Setiap pengorbanan dan
pemberian diri, hati, harta, waktu dan tenaga yang tulus akan mendatangkan
rhmat kebahagiaan bagi sesama dan dunia semesta.
Marilah kita membangkitkan
semangat iman yang tulus dan pengharapan yang tidak berujung, dan cinta kasih
yang tidak pernah padam.
Amin.
Salam dan berkat,
Pastor Paroki EKUKARDO,
P. Kris Sambu, SVD
Komentar
Posting Komentar