SALAM BAGIMU
Renungan Hari Senin Paskah I, 01 April 2024
Kis. 2:
14.22-32; Mat. 28: 8-15
SALAM BAGIMU
"Salam
bagimu" adalah kata-kata Yesus setelah bangkit dari alam maut dan
menjumpai para wanita yang sedang dalam suasana takut dan namun bersukacita
besar. Takut karena kubur sudah kosong, apakah gerangan yang sudah terjadi atas
Tuhan mereka? Tetapi penuh sukacita karena mereka lebih percaya bahwa Yesus
sudah bangkit. Oleh sebab itu mereka bergegas untuk menceritakan semuanya itu
kepada para murid yang lain. Justru dalam situasi itulah Yesus menjumpai mereka
dan menyapa dengan kata-kata "Salam bagimu'. Yesus
tahu bahwa mereka sedang ketakutan maka Yesus meneguhkan mereka agar 'Jangan
takut'. Pesan perutusan Yesus terhadap para wanita itu supaya mereka
sampaikan kabar sukacita itu kepada teman-teman lain, "Jangan
takut! Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke
Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku."
Namun aksi
pewartaan itu dihalang-halangi oleh imam-imam kepala dan kaum tua-tua yang
tetap menolak fakta kebangkitan Yesus. Hal ini terjadi karena mereka sudah
menutup hatinya untuk menerima kebenaran dari Tuhan. Nah...perkara
sogok-menyogok ternyata sudah terjadi sejak jaman Yesus. Para penjaga makam itu
disewa agar memberikan kesaksian palsu yakni dengan menuduh para murid Yesus
telah mencuri jenazah Yesus pada malam hari. Lalu di mana peran para penjaga
(SATPAM)? Alasan mereka sedang tidur. lho....tugasmu untuk menjaga, lalu malah
tidur.... Inilah mentalitas iman yang dangkal, yang suka cari enak, sehingga
mudah disogok, mudah diperdayai. Iman semacam ini ibarat partai politik yang
dalam satu periode parpol A; ketika terjadi bentrok dalam partai apalagi kalah,
periode berikut hijrah ke parpol B; atau mendirikan partai baru C. Apakah
situasi iman itu masih terjadi di antara umat kita? Jika demikian kita belum
mengalami kebangkitan baru, pembaharuan iman dan cara hidup kita.
Berbeda dengan
mentalitas iman para murid yang sudah 'bangkit', sudah diperbaharui dan
sudah diberi keberanian untuk bersaksi. Itulah kesaksian Petrus dan
kawan-kawannya pada hari Pentekosta. Petrus yang dahulu penyangkal Yesus, sudah
bangkit dan berubah atau diubah oleh Roh Kudus untuk dengan berani mewartakan
Yesus yang sudah bangkit. Petrus yang dulu pendiam karena kematian Yesus, kini
tidak bisa diam lagi, digerakkan terus oleh Roh untuk mewartakan kabar
kebangkitan Yesus. Barang siapa percaya dan menerima kebenaran kebangkitan itu,
pasti akan dengan senang hati bersedia untuk turut memberi kesaksian. Ada
semangat untuk mengabdi, semangat untuk berkorban, ada semangat untuk memberi
diri sebagai saksi Kristus.
Bagaimana kita
bersaksi pada zaman kini? Apakah kita mau bersaksi seperti para wanita dan
Petrus serta teman-temannya? Jika demikian kita sungguh mengalami kebangkitan
iman, harapan dan kasih kita. Kita berubah dalam sikap dan mentalitas kita:
mentalitas yang mudah diperdayai, mudah disogok, mudah ditipu daya dengan uang
dan materi. Kita menjadi seorang murid yang berani pertaruhkan waktu dan
tenaga, harta dan kekayaan, harga diri dan martabat, demi Dia yang telah
bangkit dan berkorban bagi kita. Kita diresapi oleh Roh Kudus yang memberikan
pencerahan bagi kita untuk melihat secara baru akan sesama, akan
peristiwa hidup dan kejadian sehari-hari. Kita telah menjadi ciptaan
baru – menuju persaudaraan semesta alam.
Tetapi bila
kita berpikir dan bertindak seperti para penjaga makam, seperti kaum tua-tua
Yahudi dan imam-imam kepala, maka kita tetap berada di dalam kungkungan roh
kegelapan, kita belum bangkit, kita belum berubah, kita masih terus menutupi
pintu kubur hati kita dengan batu "dosa".
Marilah kita
memohon rahmat Roh Kudus agar kita mampu menghayati pesan kebangkitan bagi diri
kita pribadi, bagi keluarga dan komunitas kita, bagi masyarakat dan dunia
semesta alam. Amin.
Salam dan berkat,
Pastor Paroki EKUKARDO,
P. Kris Sambu, SVD
Komentar
Posting Komentar