HATI BERKOBAR-KOBAR, KAKI BERGEGAS PERGI MEWARTAKAN INJIL
Renungan Hari Minggu Biasa XXIX: 22 Oktober 2023
HARI MINGGU MISI SEDUNIA KE-97
HATI BERKOBAR-KOBAR, KAKI BERGEGAS PERGI MEWARTAKAN INJIL
Bacaan: Yes. 45:1.4-6; 1Tes. 1:1-5b; Mat. 22:15-21
Hari ini Gereja merayakan Hari Minggu Biasa XXIX,
yang didedikasikan secara khusus untuk karya Misi Gereja Universal. Tahun ini
kita merayakan Hari Minggu Mii ke-97. Pertanyaan untuk kita Bersama, “Apa
relevansi saya (kita) merayakan Minggu Misi ini? Bukankah karya misi itu adalah
khusus bagi mereka para religious: imam, biarawan dan biarawati? Saya hanyalah
seorang awam, anggota Gereja biasa.”
Apabila ada pertanyaan dan pernyataan semacam itu,
sesungguhnya hendak menyatakan ketidakpahaman kita terhadap arti karya misi. MISI
berarti diutus, seseorang beriman diutus untuk mewartakan Injil. Sebuah tugas
perutusan. Jika demikian maka MISI
atau karya PERUTUSAN itu melibatkan semua anggota Gereja, baik terbaptis maupun
tertahbis, sesuai dengan peranan dan fungsi kita masing-masing di dalam Gereja.
Oleh sebab itu, panggilan misioner, panggilan menjadi seorang misionaris adalah
panggilan bagi semua anggota Gereja. Seorang awam adalah misionaris terbaptis;
seorang imam adalah misionaris tertahbis dengan tugas-tugas khusus merayakan
Sakramen-Sakramen. Dengan pemahaman ini kita semua akan menjadi sadar bahwa
dalam cara dan bentuk tertentu, serta pada segala waktu kita bisa menunaikan
tugas misioner ini.
Paus Fransiskus mengajak kita untuk menjalankan
tugas misioner ini dengan penuh gairah dan semangat sebagai seorang murid
Kristus yang diterangi oleh Roh Kudus. Bapa Suci Fransiskus menyodorkan tema yang
sangat menggugah hati kita untuk Minggu Misi tahun ini, “Hati
berkobar-kobar, kaki bergegas pergi mewartakan Injil.” Apa artinya itu? Artinya kita harus dengan
semangat yang mendorong kita untuk melihat situasi dunia sekitar kita yang
masih penuh dengan kepalsuan, manipulasi, perampasan hak, kekerasan,
penganiayaan, penipuan, dan sebagainya. Kita harus berani membongkar semuanya
itu. Belajar dari Yesus dalam injil hari ini yang mengecam pedas para murid
orang-orang farisi dan utusan Herodes yang mencbai Dia, dengan pertanyaan, “Apakah
boleh membayar pajak kepada kaiser atau tidak?” Jawaban Yesus terdengar
sangat keras dan penuh emosi terhadap orang-orang yang bertanya itu. Namun sesungguhnya
bukan kepada mereka jawaban Yesu situ, melainkan kepada mereka yang mengutusnya
yakni orang-orang farisi dan para pendukung Herodes.
Dalam konteks karya misi di Tengah dunia saat ini,
Injil hari ini masih sangat relevan. Injil hari ini membuka beberapa hal yang
menjadi bahan refleksi kita.
Pertama, Orang Farisi dan para pendukung Herodes
adalah para pengecut. Mereka tidak berani
berhadapan langsung dengan Yesus, tetapi mereka mengutus para muridnya dan para
pendukung, tim suksesnya Herodes untuk berjumpa dan bertanya kepada Yesus
mengenai hukum bayar pajak ini. Pertanyaan mereka bertujuan untuk menjebak
Yesus, agar dengan demikian mereka dapat mempersalahkan Yesus. Hal semacam
ini masih sering terjadi sampai dunia dewasa ini, mungkin kita juga berada di
sana dalam pusaran yang serupa. Kita seringkali memperalat orang-orang lain,
khususnya mereka yang lemah dan tidak berdaya, miskin dan terlantar untuk
memuluskan drama ‘cari untung’ diri kita, kepentingan kita. Kita tega
mengorbankan orang lain demi memenuhi nafsu dan ambisi pribadi kita. Dalam
situasi seperti ini, kita anggota Gereja dipanggil dan diutus untuk mewartakan
kebenaran.
Kedua, Yesus mengajar kita untuk berkata terus
terang. Yesus tidak berdiplomasi untuk mengeritik mereka,
para farisi dan pendukung Herodes. Yesus secara sarkastik justru mengatai
mereka sebagai orang-orang munafik. Mengapa kamu mencobai Aku, hai
orang-orang munafik?” Terkadang dalam situasi tertentu sangat
dibutuhkan pernyataan, keritikan yang jujur, terus terang untuk menyatakan
kebenaran. Yang sering terjadi dalam keseharian hidup kita, kita takut
berkata jujur dan berterus terang. Kita kuatir nanti Nasib kita terancam sebab
yang kita hadapi adalah penguasa, kepala bagian, orang-orang penting dalam Masyarakat,
singkatnya, kita mencari jalan aman. Kita dipanggil dan diutus untuk
mewartakan dan menjadi saksi kebenaran, keadilan dan perdamaian.
Ketiga, berikanlah milik kaiser kepada kaiser
dan milik Allah kepada Allah. Yesus
mengajarkan kita ketaatan terhadap hukum. Jangan menjadi sandungan terhadap
hukum dan peraturan. Sebab hukum dan peraturan pada dasarnya baik, untuk
mengatur keselarasan dalam hidup Bersama. Namun hukum dan peraturan seringkali
dicederai oleh manusia, kepada siapa hukum dan peraturan itu dibuat. Seringkali
terjadi kita berusaha untuk mengelak dari kewajiban-kewajiban kita yang
seharusnya. Semisal, sebagai umat paroki kita memiliki kewajiban untuk menghidupi
roda pastoral paroki kita, dengan menggalang iuran gereja mandiri. Apalah istilah
disebut untuk hal ini, namun banyak umat yang berusaha menghindar. Macam-macamlah
alasannya: karena belum menikah secara Gerejani (masih kumpul kebo) maka tidak
membayar iuran gereja mandiri; akan tetapi ngotot minta anaknya dibaptis,
saat mati jenazah harus diberkati dan
dirayakan misa kudus, waktu sakit diminta diterimakan Sakramen Orang Sakit,
dilayani surat-surat penting, dan macam-macam lainnya. Baiklah kita jangan
menghindar dari kewajiban-kewajiban gerejani kita karena semuanya Kembali untuk
pelayanan hidup Rohani dan jasmani kita.
Oleh sebab itu pada hari Minggu Misi ini, kita meminta
terang karunia Roh Kudus untuk memberi kekuatan bagi kita seraya berdoa:
-
Supaya panggilan Rohani,
sebagai awam terbaptis tertanam dalam diri kita umat beriman. Hati berkobar-kobar,
kaki bergegas pergi mewartakan Injil dalam keluarga, di tempat kerja, di Gereja
dan dalam Masyarakat luas.
-
Supaya Tuhan memilih dari
antara orang-orang muda untuk menjawabi panggilan khusus sebagai imam, bruder
dan suster.
-
Supaya kesetiaan para imam,
biarawan-biarawati tetap menjadi sebuah KESAKSIAN dalam hidup dan panggilan
misioner Kristus.
Semoga kita semua senantiasa dilindungi dan
dibimbing serta diberkati oleh Allah Yang Mahakuasa: Bapa + dan Putera dan Roh
Kudus. Amin.
Salam dan berkat,
Pastor Paroki EKUKARDO,
P. Kris Sambu, SVD
Komentar
Posting Komentar