KOREKSI PERSAUDARAAN ADALAH SEBUAH TANGGUNG JAWAB KASIH

 Renungan Hari Minggu, 10-09 - 2023   HARI MINGGU BIASA PEKAN XXIII    Yeh. 33:7-9;Rom.13:8-10;Mat.18:15-20

Realitas sosial yang seringkali kita jumpai dalam keseharian adalah betapa sulitnya orang menegur sesamanya yang bersalah. Ada alasan yang bisa dipahami, mengapa orang enggan untuk melakukan hal itu. Antara lain alasan yang sering dituturkan:

- Pihak yang ditegur seringkali mengatakan, "Kenapa kau repot dengan urusan pribadi orang lain? Sangka dirimu  sudah sempurna?"

- Pihak yang menegur seringkali ada keengganan karena berpikir, "yaaa baik kalau dia terima, kalau dia menolak atau bahkan mempermalukan saya, bagaimana? Eiih lebih baik diam saja. Terserah dia mau jadi apa kek, itu urusan dia!"

Akan tetapi ada juga yang dengan sikap berani membantu. 

 - Ada  yang berani untuk menegur, "Yang penting saya sudah berusaha untuk mengatakan hal yang benar, mau terima atau tidak, terserah. Saya hanya karena mengasihinya, maka saya harus mengatakan hal itu! Semoga dia bisa menerimanya."

- Ada juga pihak yang ditegur dengan lapang dada menerima teguran itu dengan penuh syukur sehingga dia bisa berbenah diri. "Terima kasih atas teguran kasihmu!"

Situasi sulit ini sering terjadi justru di antara orang-orang dekat: antara sahabat karib, antara suami-istri, antara pimpinan dan staf, antara orangtua dan anak, antara pastor dan umat, antara saudara dan saudari, antara formator dan formandi, dan seterusnya. 

Bacaan bacaan suci hari ini mendorong kita untuk berani "saling menegur atau mengoreksi" bila sesama kita berbuat salah dan dosa. Inilah wujud tanggung jawab sosial kita satu sama lain. Keselamatan jiwa sesama pun merupakan tanggung jawab saya dan anda. 

Kitab Nabi Yehezkiel dalam bacaan pertama dengan sangat jelas dan tegas mengatakan, "Kalau Aku berfirman kepada orang jahat : hai orang jahat, engkau pasti mati! Dan engkau (saya dan anda) tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu supaya bertobat dari hidupnya, maka orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi dari padamu (saya dan anda) Aku akan menuntut pertanggungjawaban atas nyawanya. Sebaliknya, jikalau engkau (saya dan anda) memperingatkan orang jahat itu supaya ia bertobat dari hidupnya, tetapi ia tidak mau bertobat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau (saya dan anda) telah menyelamatkan nyawamu."

Memang untuk menegur kesalahan orang lain tidaklah mudah. Ada berbagai perasaan yang bergolak dalam batin kita. Namun apabila kita berani menegur orang yang melakukan kesalahan, kita telah menyelamatkan dia seperti dikatakan oleh Yehezkiel pun Santu Yakobus (Yak. 5:19-20). Bahkan dalam Kitab Wahyu 3:19 memperlihatkan cara Tuhan menegur dengan menghajar orang yang bersalah. Tuhan bersabda, "Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegur dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah."

Yesus dalam injil hari ini mendorong kita semua orang beriman untuk berani menegur atau memperbaiki kesalahan sesama. Kita diberi mandat oleh Yesus untuk melanjutkan karya-Nya yang menyelamatkan dunia dan manusia berdosa. Yesus tidak segan segan menegur kelompok-kelompok oposisi-Nya seperti ahli taurat dan golongan farisi. Yesus minta supaya mereka bertobat. Demikian juga Yesus menegur para murid-Nya yang belum paham akan visi ilahi. Petrus ditegur sebagai iblis, Tomas yang suka meragukan, Yudas Iskariot yang tidak mau bertobat. Namun di atas segala-galanya Yesus menekankan aspek cinta kasih mutlak diutamakan. Cinta kasih menjadi nyata bila kita terus berbuat baik terhadap sesama termasuk mengoreksi kesalahannya. Itulah juga pesan Santu Paulus dalam suratnya kepada umat Roma dalam bacaan kedua hari ini. Sebab cinta kasih itu kegenapan hukum taurat. 

Pada zaman yang diwarnai budaya takut akan kritik dan teguran ini, kita para murid-Nya diminta oleh Yesus untuk berani buka mulut. Namun Yesus ingatkan agar kita melakukannya dalam kasih dan dengan bijaksana. Yesus memberikan petunjuk melalui injil hari ini cara untuk menegur atau mengoreksi sesama yang bersalah. Itu kalau kita sebagai pihak YANG MENEGUR. Sebaliknya, jika kita sebagai pihak YANG DITEGUR, marilah kita menerima dengan rendah hati dan berusaha memperbaikinya atau bertobat. Sebab dengan memberi teguran kita menyelamatkan sesama;  dan dengan menerima teguran sesama,  kita diselamatkan. 

Marilah kita memohon rahmat pertobatan dan pencerahan dari Roh Kudus agar memampukan kita menghayati Sabda-Nya ini dalam kehidupan kita sehari hari dengan baik. Dan semoga kita semua senantiasa dilindungi dan dibimbing serta diberkati oleh Allah Tritunggal Mahakudus : Bapa ➕ dan Putera dan Roh Kudus. Amin. 


Salam dan berkat, 

Pastor Paroki EKUKARDO, 

P. Kris Sambu SVD 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INILAH TUBUH-KU, INILAH DARAH-KU

TERANG YANG BENAR MENGHALAU KEGELAPAN DOSA

BETAPA DAHSYATNYA DOA ITU