SIKAP IMAN YANG TEPAT
Renungan Hari Senin, 17 Juli 2023 Masa Biasa Pekan XV
Kel. 1:8-14.22; Mat. 10:34-11:1
Sering kali kita mendengar dalam dunia politik istilah yang disebut "lobi-lobi". Maksudnya para politisi dari berbagai partai politik berusaha mempengaruhi sikap politik dari partai lain. Tujuannya adalah meminta dukungan politik untuk suatu sikap yang mengarah kepada keputusan tertentu. Kalau sudah berbicara tentang lobi-lobi politik ini biasanya ceritanya menjadi panjang dan berliku-liku. Sebab setiap partai politik tidak mau rugi dan jadi korban sendiri, minimal ada keuntungan biarpun kecil atau sedikit. Sikap politik ini seringkali ada "tarik ulur" untuk menjaga keseimbangan untung-rugi dan menang-kalah. Hal ini lumrah dalam dunia politik.
Akan tetapi berbeda dalam urusan iman. Sikap Iman harus tegas, pasti dan tidak "abu-abu". Atau ini, atau itu. Penulis kitab Wahyu mengungkapkan dengan istilah tidak boleh "suam-suam", harus tegas, atau panas atau dingin.
Atas ajakan sikap iman yang tegas dan pasti, Yesus dalam konteks ini, dengan terus terang berkata bahwa Dia datang bukan untuk membawa damai, melainkan pertentangan. Dia datang membawa pedang di atas bumi. Pedang berfungsi untuk membunuh, memotong, mematahkan. Di sini bukan berarti Yesus disamakan dengan seorang provokator yang menciptakan suasana keruh, kacau balau dalam masyarakat; melainkan Yesus mengajak setiap orang beriman perlu kepastian sikap iman kepada-Nya. Jika sudah berurusan mengenai iman, maka hal-hal yang bersifat relasi manusiawi menjadi tidak penting. Hubungan kekeluargaan tidak penting lagi, ayah dan anak, kakak dan adik, mertua dan menantu bukan lagi menjadi tolok ukur. Demi iman, semua relasi duniawi-manusiawi itu bisa ditinggalkan. Tetapi sikap hidup dan penghayatan iman yang mengutamakan cinta kasih justru menjadi sangat penting dan bernilai tinggi. Yesus katakan, "Barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, sungguh ia takkan kehilangan upahnya."
Orang yang setia melakukan perbuatan cintakasih berarti dia berani memanggul salib, sebab dia siap menghadapi hal yang lawan arus, tidak lazim sebagaimana orang lain pada umumnya lakukan. Tidak mudah memikul salib-Nya. Sebab harus siap mental dicemooh, diejek, dihina bahkan harus korbankan nyawa.
Untuk hal yang amat penting dan berat ini tidaklah mungkin bisa dilaksanakan atas dasar kemampuan sendiri. Mutlak kita membutuhkan bantuan Roh Kudus yang memiliki daya dongkrak yang tinggi sehingga kita bisa bertahan sampai akhir.
Marilah kita dengan rendah hati memohon rahmat kekuatan Roh Kudus itu agar iman kita dapat dihayati dengan baik, benar, tegas dan prinsipiil.
Semoga kita sekalian, dan terutama mereka yang hidup di daerah-daerah yang pertumbuhan imannya sering dihambat senantiasa dilindungi, dibimbing dan diberkati oleh Allah Tritunggal Mahakudus: Bapa ➕ dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Salam dan berkat,
Pastor Paroki EKUKARDO,
P. Kris Sambu SVD
Komentar
Posting Komentar