KEBAIKAN DAN KEJAHATAN HIDUP BERDAMPINGAN

 

KEBAIKAN DAN KEJAHATAN HIDUP BERDAMPINGAN

Renungan Hari Minggu, 23 JULI 2023, Masa Biasa Pekan XVI

HARI ORANGTUA, KAKEK DAN NENEK SEDUNIA

Keb. 12:13.16-19; Rom. 8:26-27; Mat.13:24 – 43 (singkat 13:24-30)

Adalah sebuah kenyataan yang tidak terpungkiri dalam kehidupan ini selalu ada dua sisi kehidupan yang selalu hadir berbarengan. Sisi terang – gelap; siang – malam; suka – duka; sehat – sakit; atas – bawah; dan seterusnya. Demikian pula dalam perjalanan hidup manusia senantiasa hadir dua fakta ini: ada kebaikan, tetapi ada juga kejahatan; ada kebenaran, ada juga kesalahan; ada Rahmat, tapi ada juga dosa. Mereka hidup berdampingan. Mau pilih yang mana? Ini tergantung dari setiap orang beriman mengambil sikap dan keputusan: mau yang baik, atau mau yang buruk? Semuanya ada konsekuensinya.

Tuhan Yesus dalam Injil hari ini menyampaikan tiga perumpamaan kepada orang banyak sebagai bahan pembelajaran.

Perumpamaan pertama, benih gandum dan Lalang. Yesus hendak mengungkapkan kenyataan yang tidak terelakkan di dalam hidup ini bahwa di mana ada kebaikan, kebenaran, kejujuran, keadilan, kehidupan… selalu hadir pula   kejahataan, penipuan, pemalsuan, penindasan, kematian. Melalui perumpamaan ini Yesus hendak menegaskan kepada para pengikut-Nya dan kita anggota Gereja-Nya untuk menentukan sikap secara tegas dan pasti: mau menghayati nilai-nilai universal kristiani (kebaikan, kejujuran, …), atau sebaliknya kita terlena dan tenggelam dalam lumpur kejahatan. Dalam situasi seperti ini, iman seorang pengikut Kristus sungguh diuji dan dimurnikan. Dengan kata lain, secara positif, kehadiran dunia kegelapan (segala bentuk kejahatan) mesti menjadi momentum bagi seorang kristiani untuk memancarkan terang iman semakin bercahaya dan semakin matang. Kita perlu ingat, situasi yang dialami Yesus di padang gurun Ketika Yesus sedang berpuasa. Demikianlah dunia kita sampai saat ini tidaklah luput dari godaan-godaan setan dalam berbagai bentuk dan cara.

Perumpamaan kedua, tentang biji sesawi.  Yesus memberikan peneguhan kepada para pengikut-Nya agar jangan merasa minder di tengah dunia karena keterbatasan-keterbatasan manusiawi kita. Di banyak tempat secara kuantitatif (jumlah) orang kristiani tergolong kecil dan minoritas. Akan tetapi janganlah takut, sebab iman yang matang, kuat dan teguh akan mampu bertahan dalam setiap tantangan dan cobaan. Iman kristiani yang bertumbuh di atas iman para rasul, telah terbukti bahwa sekalipun mengalami masa-masa penganiayaan, pemberantasan secara brutal oleh kaiser Nero, misalnya, ia tetap bertahan dan bertumbuh terus sampai saat ini. Begitulah Kerajaan Allah, dia bertumbuh menjadi tempat yang menyelamatkan banyak orang beriman. Dengan ini Sabda Yesus pun terlaksana, “Jangan takut! Aku menyertai kamu sampai akhir zaman.” Oleh sebab itu, kita sebagai orang-orang kristiani dipanggil untuk bisa menjadi tempat berteduh bagi banyak orang yang kehausan dan kelaparan, orang yang menderita dan sengsara. Kita menjadi sumber sukacita dan kegembiraan bagi orang lain, oase yang menyegarkan.

Perumpamaan ketiga,   tentang ragi. Seorang pengikut Kristus dipanggil untuk menjadi seorang saksi dan pewarta. Menjadi misionaris di tengah dunia yang mengalami banyak kerapuhan, kejahatan dan kegelapan. Itulah fungsi ragi yang mampu meresap dalam seluruh adonan sehingga roti/kue itu dapat mengembang dengan baik dan gurih. Begitulah cara hidup seorang kristiani harus menampakkan energi positif: menyenangkan, menggembirakan, menghibur, meneguhkan dan menyelamatkan. Kesaksian hidup orang kristiani mesti membawa terang dan pencerahan di tengah dunia yang mengalami kegelapan dosa dan kekaburan kejahatan.

Menarik di akhir injil hari ini para murid meminta Yesus untuk menjelaskan makna perumpamaan itu kepada mereka. Tentu penjelasan Yesus sangat berguna bagi kita juga dewasa ini.

-          Orang yang menabur benih baik itu adalah Putera Manusia. Yesus sudah datang menaburkan benih kebaikan, cinta kasih, pengampunan, dan kehidupan. Apakah kita masih ragu? Baiklah kita percaya dan menghayati perbuatan-Nya dengan menjadi murid yang baik, orang kristiani yang baik, maka kita pun menaburkan benih baik itu di tengah kehidupan kita.

-          Ladang ialah dunia. Kita berada di tengah dunia. Apakah Dunia sudah menjadi medan hidup kita untuk menumbuhkan kebaikan, cinta kasih dan pengampunan? Ataukah menjadi arena kejahatan, peperangan, perselisihan dan permusuhan? Dunia kita yang paling kecil adalah keluarga dan komunitas kita. Kita boleh bertanya, “Ladang apakah keluarga/komunitas saya?”

-          Benih baik adalah anak-anak Kerajaan. Berkat Sakramen Permandian kita telah dihapuskan dari dosa asal dan dosa-dosa lainnya. Namun, dengan pembaptisan belum menjamin 100% kita sebagai anak-anak Kerajaan. Sebab kita harus memberikan bukti, bahwa kita bertumbuh dan berkembang dalam kebenaran iman, menghayati hidup  kekristenan kita secara benar sebagaimana diajarkan oleh Yesus sendiri. Apakah kita dapat menjadi seperti biji sesawi yang bisa memberikan naungan kasih bagi sesama? Apakah kita mampu menjadi ragi yang menyebarkan keharuman ‘kebaikan, cinta kasih, keadilan’?

-          Lalang adalah anak-anak si jahat. Dan

-          Musuh yang menyebarkan Lalang adalah iblis. Iblis dan anak-anak si jahat akan selalu mengganggu ketenangan dan sukacita orang baik. Mereka akan selalu berikhtiar menggoda dan menyebarkan virus-birus kejahatan. Mereka akan bersukacita jika ada orang beriman yang jatuh di dalam dosa.

 

Jika kita mengalami godaan dan cobaan dari setan dan anak-anaknya, ingatlah akan Yesus yang lebih dahulu digoda dan dicobai di padang gurun dan di taman Getsemani. Itu berarti Yesus mengajak kita dalam hidup ini hendaknya kita selalu berwaspada terhadap situasi cobaan dan godaan ini dengan : selalu tekun berdoa dan berserah diri kepada penyelenggaraan Tuhan. Baik doa pribadi maupun doa-doa Bersama akan sangat membantu kita bertahan dalam setiap cobaan setan. Tuhan yang mahakasih akan selalu melindungi dan menyertai kita. Selain itu, perlulah kita untuk selalu  setia mengikuti Perayaan Ekaristi baik pada hari Minggu maupun pada misa harian. Ketika kita menyambut Tubuh Tuhan, jiwa dan raga kita mendapatkan asupan Rohani yang luar biasa. Mari kita mempersenjatai diri kita melawan kekuatan iblis dan antek-anteknya dengan doa, Ekaristi dan persekutuan kita dengan Tuhan.

Hari ini Gereja mempersembahkan khusus sebagai Hari Raya Orang Tua, Kakek – Nenek Sedunia. Apakah yang kita maknai dari Perayaan ini? Kita hidup, bertumbuh dan berkembang secara manusiawi dalam sebuah keluarga. Maka kita pun memiliki silsilah garis keturunan. Terlepas dari segala kerapuhan, kekurangan bahkan dosa dan kesalahan para orang tua: kakek – nenek – moyang dan leluhur kita; kita tetap belajar dan mewarisi nilai-nilai kebajikan yang pernah mereka hidupi, perjuangan dan kesetiaan mereka dalam hal-hal yang baik, terutama untuk mencintai Tuhan, Sumber Kebaikan itu, warisan IMAN. Kita hendaknya yakin, bahwa para orang tua, kakek-nenek dan leluhur kita sudah berusaha mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran sejak kita masih kecil. Melalui merekalah kita tahu tentang hal yang baik, benar, adil…di mana semuanya itu akan mendatangkan sukacita dan kebahagiaan bagi kita. Mereka pun menasihati kita untuk menghindari hal-hal buruk yang dapat mendatangkan kemalangan dan kesengsaraan. Akan tetapi, fakta membuktikan, bahwa masih banyak orangtua ditelantarkan oleh anak-cucunya, membiarkan mereka tidak terurus, dengan alasan kita sibuk dan tidak punya waktu. Bahkan ada banyak orangtua, kakek nenek yang putus asa dalam hidupnya karena diperlakukan secara serampangan dan dianggap menjadi beban oleh anak-anaknya. Ingatlah, orangtua adalah gambaran wajah Allah yang tampak kepada kita. Oleh sebab itu, hargailah dan rawatilah orangtua kita dengan penuh kasih sayang, sebab mereka pun telah melakukan hal serupa bagi kita sehingga kita  bertumbuh dan menjadi ‘hebat’ seperti ini. Adalah sebuah dosa besar ketika kita tidak menghargai dan memperlakukan orangtua kita dengan baik hanya karena mereka sudah dianggap tidak berguna di mata kita. Sadarlah, “Air mata yang dicucurkan pada saat kematiannya, tidaklah bermanfaat; adalah sebuah berkat Ketika melayani mereka selagi masih hidup dan menikmati kebaikan serta cinta tulus anak-anaknya.”  

Kita menjadi benih yang baik, ladang yang subur, dan penabur benih cintakasih bila kita menghayati dan melakukan ajaran Yesus ini. Sebaliknya kita menjadi pecundang dan penjahat pengikut iblis ketika kita tidak mengindahkan ajaran-ajaran Tuhan, termasuk yang diwariskan oleh para orang tua dan leluhur kita.

Marilah kita memohon rahmat Roh Kudus agar memampukan kita untuk hidup dalam jalinan kasih menuju keselamatan kekal dan menghormati nilai-nilai kekudusan yang kita peroleh dari para orangtua, kakek nenek dan leluhur kita  sebagai utusan Tuhan. Tuhan memberkati! 

 

Salam dan berkat, 

Pastor Paroki EKUKARDO, 

P. Kris Sambu SVD

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INILAH TUBUH-KU, INILAH DARAH-KU

TERANG YANG BENAR MENGHALAU KEGELAPAN DOSA

BETAPA DAHSYATNYA DOA ITU