YOHANES YANG RENDAH HATI
Renungan Hari Sabtu, 24 Juni 2023 HR. Kelahiran St. Yoh. Pembaptis Yes.49:1-6;Kis.13:22-26;Luk.1:57-66.80
Hari ini Gereja merayakan pesta kelahiran seorang tokoh besar dalam Kitab Suci (Perjanjian Baru), yakni Santo Yohanes Pembaptis. Warta kelahiran Yohanes telah membawa kejutan-kejutan.
Kejutan pertama, Maria setelah mendengar kabar Malaekat Gabriel bahwa Elisabeth, saudarinya, yang dikatakan mandul itu, ternyata kini sudah mengandung dalam bulan yang keenam. Sontak Maria langsung bergegas pergi menyalami saudarinya itu. Perjumpaan kedua saudari itu telah menimbulkan sukacita besar. Bukan hanya sekedar perjumpaan dua ibu tua dan muda, tetapi juga dua bayi dalam kandungan mereka masing-masing. Yesus dalam kandungan Maria, dan Yohanes dalam kandungan Elisabeth. Sapaan dan pujian terjadi atas dorongan Roh Kudus di antara mereka. Keduanya sadar, bahwa karya Allah-lah yang terjadi di antara mereka. Madah pujian pantas dialamatkan kepada Allah.
Kejutan kedua, terjadi dalam diri Zakharia. Ketika malaekat memberi kabar bahwa Elisabeth mengandung, Zakharia ragu, apakah mungkin dirinya dan isterinya yang sudah kakek nenek bisa mendapatkan anak? Atas keraguannya itu, Zakharia menjadi bisu dan dapat berbicara lagi setelah anaknya lahir.
Kejutan ketiga, NAMANYA YOHANES. Nama yang tidak lazim karena tidak terdaftar dalam keturunan. Tetapi itulah nama yang dikehendaki oleh Tuhan. Sebab kelahirannya telah diramalkan oleh Nabi Yesaya, bahwa dialah yang akan mempersiapkan kedatangan Mesias. Dia bagaikan pedang yang tajam dan anak panah yang runcing. Melalui dia, warta pertobatan kepada seluruh bangsa Israel disampaikan. Israel harus bertobat sebab Kerajaan Allah sudah dekat.
Yohanes begitu diagungkan namun dia adalah pribadi yang "tahu diri", rendah hati dan tulus dalam seluruh karyanya. Ia hanya melaksanakan tugas perutusan yang diberikan oleh Allah, yakni mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan Yesus.
Bagaimana dengan kita para beriman saat ini? Mampukah kita meneladani Yohanes Pemandi yang rendah hati dalam menunaikan tugas-tugas perutusan kita di tengah dunia dewasa ini?
Beranikah kita berkata dan bertindak jujur dengan membiarkan Tuhan semakin besar dan aku semakin kecil dalam kerendahan hati. "Aku bukanlah Dia yang kamu sangka; tetapi Dia akan datang kemudian daripada aku. Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak."
Marilah kita memohon rahmat Roh Kudus agar memberikan pencerahan bagi kita untuk menghayati Sabda-Nya ini dalam kehidupan kita sehari hari dengan baik dan benar.
Salam dan berkat,
Pastor Paroki EKUKARDO,
P. Kris Sambu SVD
Komentar
Posting Komentar