KASIH ALLAH MEMATANGKAN KASIH KITA
Renungan
Hari Minggu Paskah VI, 14 Mei 2023
Kis.8:5-8.14-17;
1Ptr. 3:15-18; Yoh. 14:15-21
KASIH ALLAH
MEMATANGKAN KASIH KITA
Ada pepatah
kuno yang mengatakan, “Emas dimurnikan di dalam dapur api.” Seorang anak
muda ingin masuk jadi tentara. Ketika dia mengatakan keinginannya kepada
ayahnya, ayahnya tertawa terbahak-bahak mengejeknya, sebab ayahnya sudah
menduga bahwa tidak mungkin anak laki-laki kesayangannya bisa masuk Angkatan bersenjata.
Alasannya, anaknya itu tergolong anak manja, sedikit malas, segala sesuatu kebutuhan
pribadinya di rumah selalu disediakan oleh mamanya atau oleh pembantu. Akan tetapi
sang ayah itu keliru, sebab anaknya, Ketika dipicu oleh ejekan sang ayah, dia
mulai diam-diam berlatih. Pagi-pagi dia lopas setiap hari kurang lebih dua jam,
dilanjutkan dengan Latihan fisik lainnya. Awalnya dia merasa Lelah, sakit, dan
sedikit putus asa. Tetapi jika dia ingat ejekan ayahnya, dia bertekat untuk Latihan
lebih sungguh. Pada akhirnya dia sukses dan berhasil masuk Angkatan bersenjata.
Ketekunan, penghinaan (ejekan ayahnya), dapat menjadi cambuk untuk dia bertekun
dan bertahan.
Gereja katolik
masih berada dalam lingkaran paskah. Paskah adalah hari raya kebangkitan Tuhan
kita Yesus Kristus. Inilah hari kemenangan kasih Tuhan atas maut dan kejahatan
iblis. Allah Bapa sangat tahu akan kekuatan dan daya tahan manusia, yang sama
sekali tidak sebanding dengan kekuatan dan daya tahan Anak-Nya, Yesus Kristus. Akan
tetapi Allah Bapa justru mencintai kita sama seperti Dia mencintai Anak-Nya
itu. “Kasih-Nya begitu besar terhadap manusia”, Ia menyerahkan Anak-Nya
yang tunggal kepada kita. Kasih Yesus yang begitu besar ditunjukkan-Nya dengan
penderitaan, mati di salib, dan kemudian bangkit Kembali dari antara orang
mati. Kasih Bapa tidak berhenti melalui sengsara, penderitaan, kematian dan
kebangkitan Yesus. Yesus sudah memberikan banyak pelajaran dan pesan-pesan bagi
kita. Dia mengajar banyak hal dengan perkataan tentang Sabda Kehidupan. Dia memberikan
teladan untuk hidup sebagai saudara dengan orang-orang yang dijumpai terutama
yang sakit, menderita, lapar, berdosa, bahkan dengan yang sudah mati. Inilah solidaritas
Allah melalui Putera-Nya. Sekaligus inilah bentuk kasih Yesus yang ditanamkan ke
dalam diri kita para pengikut-Nya. Semuanya itu terdorong oleh kasih Yesus yang
begitu besar kepada Bapa-Nya. Kasih inilah yang mengalahkan segala sesuatu
yang menghadang. Oleh sebab itu para murid terdorong untuk mengasihi Yesus.
Kasih kepada Yesus itulah yang membakar semangat para rasul untuk pergi
mewartakan kabar gembira dan memberikan peneguhan kepada semua orang beriman.
Kisah para
rasul dalam bacaan pertama menunjukkan kepada kita bagaimana iman jemaat
semakin dimatangkan/didewasakan. Iman mereka dimatangkan lewat penganiayaan,
penghinaan, penderitaan. Oleh sebab itu para rasul memberikan pengajaran,
kesaksian, penyembuhan, dan pengusiran roh-roh jahat. Tindakan-tindakan iman
para rasul itu membuat iman jemaat juga dimatangkan dan didewasakan. Di atas
segala pengalaman itu, iman akan menjadi sungguh dewasa jika kita sungguh
percaya, menerima dan membuka hati pada bimbingan Roh Kudus. Sebab dengan
mengandalkan kekuatan manusiawi kita, kepintaran, kekayaan, kekuasaan, dan
kemampuan duniawi kita, karya kita akan sia-sia. Kita harus membiarkan diri
dikuasai oleh Roh Kudus. Tanpa campur tangan Roh Kudus, segala usaha dan karya
kita menjadi tawar dan tidak bermakna. Bacaan kedua dari surat santu Petrus
menasihatkan kita untuk rela mati demi kebenaran untuk membawa orang-orang
yang tidak benar kepada Allah, tetap setia berbuat baik meski menderita, tetap
bersikap lemah lembut dan hormat terhadap setiap orang. Intinya bahwa semua
hal mulia dan agung itu tidak dapat dilakukan dengan mengandalkan kekuatan dan
kemampuan diri sendiri, melainkan harus meminta Roh Kudus untuk bekerja di
dalam diri kita sehingga buah-buah Roh itu Nampak di dalam diri dan karya kita.
Allah adalah
kasih. Yesus memberikan perintah utama ini bagi kita untuk saling mengasihi. Orang
yang mengasihi pasti menuruti perintah-Nya. Orang demikian pasti dikasihi oleh
Bapa-Nya. Jika kita taat akan kehendak-Nya, kita mampu melakukan apa yang
dilakukan oleh Yesus, mengasihi Bapa-Nya. Sebab Allah sendiri sudah lebih
dahulu mengasihi kita. Segala pengalaman Yesus yang menderita, ditolak, disiksa
dan bahkan dibunuh adalah pelajaran dan kekuatan untuk mematangkan kasih kita
kepada Allah dan sesame. Yesus mengasihi sampai mati, dan kemudian bangkit. Itu
bukti kasih-Nya yang agung. Yesus tahu akan kelemahan dan kerapuhan kita, maka
Dia memberikan kita seorang penolong yakni Roh Kudus. Dia-lah Roh Kebenaran
yang membimbing kita untuk melakukan segala sesuatu yang dikehendaki oleh Bapa.
Marilah kita
melatih diri utuk mengasihi. Santa Theresa dari Kalkuta mengatakan bahwa “jika
engkau mengasihi dengan sungguh hendaknya sampai engkau merasakan sakit karena
kasih itu.” Tidak ada hal yang terjadi tiba-tiba: jadi kudus, saleh, rajin,
kuat, berani, solider, tulus dalam kasih…tetapi semuanya harus melewati proses
pembiasaan diri. Mulailah dengan menjadi seorang pendoa agar dijauhkan dari
dosa dan kejahatan. Jadilah seorang kristiani yang setia dalam ibadat, hidup
penuh hormat dan takut akan Allah, rajin megikuti perayaan Ekaristi. Berjuanglah
untuk bisa mengampuni sesame yang sudah menyakiti hati kita. Mulailah menerima
kekurangan dan keterbatasan diri kita, sehingga bisa menerima orang lain dalam
segala keterbatasannya. Hanya orang yang pernah merasa sakit gigi, akan
mengerti orang lain yang sedang menjerit kesakitan giginya.
Marilah kita
memohon rahmat Roh Kudus agar kita mampu menghayati pesan Yesus pada hari ini,
untuk mengikuti Dia yang sudah mengasihi kita dengan belajar untuk mengasihi sesame
kita.
Tuhan
memberkati.
Salam dan berkat,
Pastor Paroki EKUKARDO,
P. Kris Sambu, SVD
Komentar
Posting Komentar