SALIB ADALAH JALAN MENUJU KEMULIAAN

 

HARI MINGGU PRA-PASKAH II

Ka Redong, 05 Maret 2023

 

SALIB ADALAH JALAN MENUJU KEMULIAAN

Kej. 12:1-14a; 2Tim.1:8b-10; Mat. 17:1-9

 

1.     Maka berangkatlah Abram sesuai dengan Sabda Tuhan

 

Abram harus meninggalkan segala sesuatu yang pernah dimilikinya. Kedua orangtua, sanak saudara, sahabat kenalan sekampung halaman, harta benda warisan orangtua, tanah kelahiran….segalanya harus ditinggalkan. Tuhan memberi jaminan untuk Abram bahwa jika ia menuruti perintah Tuhan maka Abram akan menerima segala sesuatu secara baru dari Tuhan. Itulah BERKAT yang Tuhan siapkan baginya. Mulai dari keturunan yang akan dimilikinya, harta kekayaan, sampai kemasyhuran Namanya yang MENJADI BERKAT BAGI BANYAK ORANG. Berkat merupakan sebuah kebahagiaan rohani yang tidak tergantikan. Untuk memperolehnya harus ada pengorbanan. Meninggalkan “masa lalu, cara hidup lama, cara pikir dan Tindakan lama, harta kekayaan dan orang-orang lama….” Merupakan prasyarat untuk memperoleh berkat baru dari Tuhan. Tuhan menghendaki berkat yang dikaruniakan-Nya jangan dicemari dengan cara dan pola hidup lama. Masa tobat kita adalah sarana untuk kita meninggalkan yang lama agar kita bisa memperoleh berkat keselamatan dari Tuhan.

 

2.     Kristus telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa

 

Santu Paulus dalam suratnya kepada Timotius muridnya, meyakinkan dia bahwa sesungguhnya Allah memanggil kita untuk mengalami hidup kekal. Namun untuk mencapai hidup kekal di dalam Allah, seorang beriman harus rela dan berani untuk menderita demi Injil Yesus. Artinya seorang beriman harus berani berjalan bersama Yesus dan menghadapi tantangan dunia karena nama Yesus itu, rela menyangkal dirinya demi Yesus itu, berani memikul salib penderitaan bersama Yesus, rela kehilangan nyawa untuk memperoleh kembali nyawa di dalam Yesus. Sebab Yesus itulah yang diutus Bapa untuk menyelamatkan manusia melalui penderitaan salib. Melalui jalan salib itulah Kristus telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.

 

 

3.     Salib adalah jalan menuju Kemuliaan

 

Penginjil Mateus hari ini mengisahkan peristiwa Yesus dimuliakan di atas gunung yang tinggi, di hadapan para murid-Nya: Petrus, Yakobus dan Yohanes. Injil Minggu lalu, Prapaskah I berkisah tentang Yesus yang dicobai oleh iblis di padang gurun. Kisah yang menghantar kita untuk memulai masa tobat dengan mati raga dan pengorbanan yang tinggi. Mengapa Injil hari ini justru menampilkan kisah kemuliaan Yesus? Apa maksudnya? Tentu penginjil bermaksud untuk menyatakan kepada kita para beriman bahwa antara penderitaan dan kemuliaan, antara salib dan mahkota tidak dapat dipisahkan. Salib adalah jalan menuju mahkota kemuliaan. Tidaklah mungkin orang mencapai kemuliaan hidup tanpa perjuangan, kerja keras, pengorbanan dan penderitaan. Maka jalan salib adalah jalan perjuangan, jalan penderitaan, jalan pengorbanan. Melalui jalan salib inilah Yesus telah mencapai kemuliaan surgawi yang memenangkan umat beriman yang ikut menderita bersama Dia. Oleh sebab itu, peristiwa transfigurasi atau peristiwa Yesus berubah rupa dalam kemuliaan itu hendak menunjukkan kepada para murid-Nya bahwa kemuliaan itu mahal. Sebab harus diperjuangkan untuk memperolehnya, harus ada pengorbanan baru mendapatkan kemenangan, harus melewati jalan yang berlika-liku serta sulit (penuh onak dan duri) baru dapat meraih hasilnya. Santu Paulus menyebutnya dengan ibarat seorang atlet yang hendak memperoleh medali emas kejuaraan, harus berjuang sedemikian rupa. Itulah jalan salib. Yesus sendiri telah berjuang, berkorban dan menderita sampai wafat di salib. Yesus adalah teladan nyata bagi kita.

 

Yesus menolak permintaan Petrus yang hendak ‘berlama-lama’ di atas gunung kemuliaan itu. Sebab yang dipikirkan oleh Petrus adalah mental ‘instan’ dan ‘cepat saji’. Sebetulnya kita harus jujur bahwa apa yang dikatakan dan dipikirkan oleh Petrus adalah juga apa yang biasa kita pikirkan dan katakan. Kita suka cari yang gampang-gampangan, yang sudah tersedia dan tinggal menikmatinya. Kita enggan berjuang dan berkorban.

 

Yang disuguhkan oleh Yesus dalam peristiwa pemuliaan-Nya itu hanya untuk menunjukkan harapan dan iman para murid, harapan dan iman kita anggota Gereja-Nya. Jadi transfigurasi Yesus di atas gunung itu hendak menanam dan menumbuhkan iman dan pengharapan kita, serta mengobarkan cinta kasih kita akan Salib yang dipanggul Yesus dan kemudian menjadi tempat takhta Yesus itu, juga menjadi jalan perjuangan kita menuju mahkota kemuliaan abadi di dalam Kerajaan Kristus.

 

4.     Pesan untuk kita.

 

Panggilan Abram untuk keluar dari kemapanan masa lalunya, adalah panggilan kita juga dewasa ini. Kita pun harus berani keluar dan meninggalkan dari cara hidup lama kita agar bisa merasakan suasana hidup baru di dalam Berkat Tuhan.

 

Sesungguhnya Tuhan sudah memiliki rencana atas hidup kita yang terbebas dari belenggu dosa dan maut. Semuanya itu ditempuh melalui salib.

 

Mahkota kemuliaan hidup seorang beriman tidak dapat diperoleh jika tidak ada perjuangan, pengorbanan dan salib. Oleh sebab itu, salib hendaklah jangan dihindar, tetapi beranilah kita memanggulnya. Sebab tanpa salib tidak dapat dipikirkan peristiwa kebangkitan. Tanpa kebangkitan, tidak ada mahkota kemuliaan.

 

 

Mentalitas instan dan suka cari gampang-gampangan bukanlah mentalitas seorang beriman kristiani. Sebab mentalitas instan akan menyeret kita kepada kemalasan, enggan berkorban dan tidak mau berjuang. Jika kita malas, enggan berkorban dan tidak ada kemauan berjuang, maka iman kita mudah menjadi goyah tanpa harapan. Jika iman kita goyah maka kita akan mudah terseret dalam cobaan dan jatuh di dalam jeratan setan. Jika kita sudah dikuasai setan maka tidaklah mungkin kita memperoleh lagi mahkota kemuliaan di dalam Allah.  

 

Mari kita memohon rahmat Roh Kudus agar memampukan kita menghayati Sabda Tuhan ini dalam kehidupan kita sehari-hari.

 

 

Salam dan berkat,

Pastor Paroki EKUKARDO,

P. Kris Sambu, SVD

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INILAH TUBUH-KU, INILAH DARAH-KU

TERANG YANG BENAR MENGHALAU KEGELAPAN DOSA

BETAPA DAHSYATNYA DOA ITU