MARI, KITA BERSAKSI TENTANG KASIH TUHAN!

 

HARI RAYA NATAL KEDUA, 26 DES. 2022

PESTA SANTO STEFANUS, MARTIR PERTAMA

Kis.6:8-10; 7:54-59;  Mat.10:17-22

MARI, KITA BERSAKSI TENTANG KASIH TUHAN!

Gereja baru saja merayakan Natal. Bayi Yesus dilahirkan bagi manusia. Sabda sudah menjadi daging, seperti manusia lemah lainnya. Sehari sesudah perayaan Natal, pesta sukacita itu, justru Gereja merayakan sebuah pesta tentang seorang Martir pertama dalam Gereja, yakni Santo stefanus. Apa maksud Gereja menempatkan pesta orang kudus martir ini pada hari sesudah Natal, sesudah Sabda itu menjelma menjadi manusia? Mari kita coba merenungkan makna dari pesta ini.

Theofried Baumeister memberikan gambaran tentang kemartiran secara kontradiktif. Di satu pihak, kemartiran itu adalah penderitaan, dan di lain pihak adalah sukacita. Disebut penderitaan karena seorang martir diidentikan dengan kesengsaraan dan kematian yang berpartisipasi pada kesengsaraan dan kematian Kristus yang kemudian bangkit bersama-Nya. Namun kemartiran disebut dengan sukacita, karena dalam penderitaan dan kematian itu dirasakan kekuatan spiritual di dalam dirinya dan mulai menampakan kemuliaan-Nya. Persis pengalaman inilah yang dialami oleh Stefanus, orang kudus martir yang kita pestakan hari ini.

Kesaksian Stefanus dengan kata-kata hikmat telah membungkam mulut para jemaat Libertini dari Kirene dan Aleksandria, serta orang-orang Yahudi lainnya. Demikian juga para anggota Mahkamah Agama, mereka merasa sangat sakit hatinya, oleh tindakan dan kata-kata Stefanus. Sebab Roh Kudus-lah yang menyertai dan berbicara bagi Stefanus. Tindakan kekerasan tidak dapat terhindar lagi, maka Stefanus diseret ke luar kota dan dirajam sampai mati. Stefanus memang menderita secara fisik. Dia tidak berdaya. Namun pada saat yang sama, kekuatan spiritual telah meneguhkannya, sebab dia sudah menyaksikan kemuliaan Allah dan Yesus yang baru dilahirkan dan masih lemah itu berdiri di sisi kanan Allah, “Sungguh aku melihat langit terbuka, dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.”

Pengalaman Stefanus ini merupakan pemenuhan kata-kata Yesus sendiri di dalam injil bahwa para murid, semua orang yang percaya yang mengikuti-Nya, karena demi mempertahankan nama-Nya akan diserahkan kepada majelis agama. Mereka akan diadili, dihukum, dianiaya, dan bahkan dibunuh. Pesan Yesus agar mereka tidak perlu cemas dan bingung akan apa yang harus dikatakan sebagai pembelaan. Sebab Roh Kudus akan membela mereka dengan menaruh kata-kata hikmat dalam mulut mereka.

Nasib Stefanus yang terjadi di awal setelah Natal ini sesungguhnya hendak memberi gambaran kesaksian tentang nasib Yesus di kemudian hari. Bahwa karena kasih Yesus yang begitu besar akan manusia, maka Ia rela berkorban dan wafat di salib. Namun kelak Dia dibangkitkan Allah. Janji Yesus adalah bahwa jika seseorang yang percaya dan setia sampai akhir hayatnya maka akan turut dibangkitkan pada akhir zaman. Darah martir yang tercurah karena iman kepada Yesus, akan menumbuhkan iman yang semakin kokoh dan memberi jaminan akan hidup abadi. Fisik kita menderita, namun jiwa – spiritual kita menikmati sukacita abadi.

Semangat natal dalam kelemahan Yesus yang lahir, telah memberi semangat kemartiran bagi kita untuk bersaksi akan Dia yang terus mengasihi kita sampai pada kematian-Nya di salib.

Marilah kita memohon rahmat Roh Kudus agar memberikan pencerahan bagi hati kita dalam menghayati hidup ini dengan baik dan setia. Sehingga memampukan kita untuk menjadi saksi-saksi Kristus pada zaman kita   ini. Di hadapan terang Sabda Allah dan Roh Pemberi karunia, lenyaplah kegelapan dosa dan kebutaan manusia tidak beriman. Amin.

 

 

Salam dan berkat,

Pastor Paroki EKUKARDO,

P. Kris Sambu, SVD

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INILAH TUBUH-KU, INILAH DARAH-KU

TERANG YANG BENAR MENGHALAU KEGELAPAN DOSA

BETAPA DAHSYATNYA DOA ITU