BERSUKACITALAH! TUHAN SUDAH DEKAT!

 

Renungan Hari Minggu, 11 Desember 2022

Pekan III Adven

Yes. 35:1-6a.10;  Yak. 5:7-10;  Mat. 11:2-11

BERSUKACITALAH! TUHAN SUDAH DEKAT!

Hari Minggu Ketiga Adven sering dikenal dengan sebutan Minggu Sukacita (Minggu Gaudete). Rasa sukacita itu tampak kuat dalam antifon pembuka hari ini, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan: bersukacitalah! Tuhan sudah dekat!”

Terjadi sebuah penelitian terhadap beberapa ekor tupai oleh seorang ahli psikologi. Tujuannya adalah hendak melihat bagaimana hasil pertumbuhan dan perkembangan tupai-tupai itu. Lima ekor tupai dipeliahara dalam sebuah kendang yang dirancang sangat bagus, lengkap dengan tempat bermain, disediakan makanan dan obat-obatan yang sepadan, dan terutama setiap hari pemelihara tupai itu selalu menyapa dengan ramah.

Sedangkan lima ekor tupai lain, dikurung dalam sangkar seadanya. Dibiarkan hidup apa adanya secara alami. Setiap hari makanannya dibuang dari celah-celah/kisi-kisi kendang.

Hasilnya, setelah tiga bulan, lima tupai kelompok pertama, bertumbuh sehat dan ceria, menyenangkan. Sedangkan, kelompok tupai kedua, lesu, kurus, tidak bergairah dan Nampak sedih.

SUKACITA adalah disposisi batin manusia yang sangat kuat mempengaruhi seluruh hidupnya. Sukacita itu dapat mengubah segalanya dalam hidup manusia. Sebab dalam perasaan sukacita itu ada daya pembaharuan yang luar biasa dalam diri manusia (beriman). Semakin besar orang memiliki rasa sukacita, kegembiraan dan suasana hidup yang menyenangkan (rasa enteng), semakin besar pula perubahan yang terjadi dalam hidup manusia. Demikian pula sebaliknya Ketika situasi sosial yang menekan, mencekam dan menguras segala energi, waktu dan tenaga, pikiran dan segala daya negative muncul, maka tidak ada sukacita, keceriaan dan kebahagiaan.

Hari ini pada Minggu Adven III kita diajak untuk bersukacita karena penantian kita akan kelahiran Tuhan sudah semakin dekat. Antifon pembuka tadi kita sudah merasakan aura sukacita itu yang disampaikan oleh Santu Paulus, “"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan: bersukacitalah! Tuhan sudah dekat!”(Flp. 4:4-5). Selain itu Tuhan sudah menyatakan karya keselamatan itu secara mengagumkan di dalam diri Putera Tunggal-Nya, Tuhan kita Yesus Kristus. Yesus menyembuhkan orang sakit, yang buta dapat melihat lagi, yang lumpuh dapat berljalan lagi, yang tuli mampu mendengar lagi, orang mati dibangkitkan, dann kepada orang-orang miskin diberitakan kabar baik (Mat. 11:5). Dan semuanya itu telah disampaikan dengan sangat jelas oleh Nabi Yesaya kepada bangsa Israel bahwa pada waktu itu mata orang buta akan dicelikkan, telinga orang tuli akan dibuka, orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan orang bisu akan bersorak-sorai”(Yes.35:5-6).

Di manakah dan bagaimanakah kita merasakan sukacita itu? Sukacita itu ada di dalam hati kita, dalam kehidupan kita sehari-hari. Sukacita itu selalu mengiringi perjalanan hidup kita, asal saja kita mampu memandang dan merasakan sungguh-sungguh apa yang telah dikerjakan Allah di dalam hidup kita. Karya-karya agung Allah dapat kita temukan dan rasakan di dalam keluarga kita: antara suami dan isteri, anak-anak yang dikaruniakan Tuhan kepada kita. Kita juga dapat merasakan karya agung Allah di dalam persekutuan hidup Bersama komunitas, di tempat kerja, tempat bermain, melalui pemberian diri kepada Allah dan pengabdian kepada sesame. Karya agung Allah dapat kita rasakan dan kita alami di dalam perayaan liturgis Ketika kita sungguh terlibat di dalam perayaan dengan hati yang penuh, melayani dengan cinta kasih, bertanggung jawab dengan tugas-tugas yang diberikan untuk melayani umat (lector/lektris, koor/nyanyian, …). Karya agung Allah dapat kita rasakan pula di dalam kehidupan sosial masyarakat dengan kesaksian hidup yang saleh dan bijaksana. Dengan itu kita dapat pahami bahwa, sukacita kita alami dan rasakan bukan hanya dalam peristiwa akbar dan fantastic, tetapi justru kita alami dan rasakan juga di dalam peristiwa sederhana, di dalam keseharian hidup kita. Dengan kata lain, Ketika kita tahu bersyukur atas apa yang Tuhan telah berikan kepada kita, di sanalah sukacita itu hadir. Tahu bersyukur.

Sukacita itu bukan perkara material dan fisikal saja; melainkan lebih-lebih berhubungan dengan kualitas hidup batin seseorang beriman. Sukacita sesungguhnya lebih fundamental dan mendasar adalah kualitas pengalaman akan Allah. Allah yang diimani tidak saja diungkapkan dengan KTP, tetapi dalam Tindakan-tindakan hidup yang nyata dan bermutu. Pengalaman akan Allah bukan sekedar tampilan artifisial dan aksesoris semata, melainkan lebih mendalam masuk dalam pada ranah batiniah. Seutas rosario akan hanya sebatas hiasan kalung leher, jika kita tidak pernah berdoa rosario; salib hanya menjadi hiasan liontin rantai, tetapi tidak pernah dimaknai dalam hidup.

Masa advent ini mengajak kita utuk meningkatkan kualitas hidup iman kita, sehingga sukacita yang kita rasakan pun berkualitas. Kita terus mendalami kehadiran Tuhan di dalam hidup kita. Janganlah kita terus terlena dalam tawaran kenikmatan duniawi dan material saja, namun kita harus sampai pada sukacita spiritual yang mendekap jiwa kita. Hidup iman bukan sejenis candu yang menghanyutkan kita sesaat, melainkan membawa kita sampai di kedalaman persekutuan dengan Tuhan. Sukacita bukan hanya sementara, tetapi harus bertahan. Maka kita harus bersyukur dalam kebaikan, bertahan dalam penderitaan, tetap setia di dalam tantangan dan kesulitan. Di situlah sukacita sejati boleh kita alami. Natal akan membawa kita kepada sukacita sejati, bila hati kita sungguh terpaut pada karya Tuhan yang agung di setiap detak jantung hidup kita.

Marilah kita memohon kekuatan Roh Kudus agar mampu melakukan niat tobat, serta lebih berbuat amal kasih yang mendatangkan suka cita bagi diri dan sesama. Gaudete! Bersukacitalah!

Salam dan berkat,

Pastor Paroki EKUKARDO,

P. Kris Sambu, SVD

 

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

INILAH TUBUH-KU, INILAH DARAH-KU

TERANG YANG BENAR MENGHALAU KEGELAPAN DOSA

BETAPA DAHSYATNYA DOA ITU