FIRMAN TUHAN MENJADI SANTAPAN JIWA ORANG BERIMAN

 Renungan Hari Jumat, 18-11-2022

Hari Biasa Pekan XXXIII - Tahun C/II

Why. 10:8-11;  Luk. 19:45-48

Yesus dalam beberapa kessmpatan mengungkapkan bahwa makanan utama seorang beriman adalah FIRMAN TUHAN. Lihatlah, ketika Yesus digoda di Padang Gurun agar Dia mengubah batu menjadi roti, jawabannya bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, melainkan dari setiap Sabda Tuhan yang diterimanya. Ketika Yesus berjumpa dengan wanita Samaria di dekat sumur Yakob, para murid-Nya heran, mengapa Yesus tidak lagi berselera untuk menikmati makanan yang mereka beli dari kota. Adakah Ia sudah dikasih makan oleh wanita itu? Jawabannya, Firman adalah santapannya. Wahyu Yohanes hari ini dalam bacaan pertama memperlihatkan suguhan Firman (Gulungan Kitab)  itu kepada Yohanes untuk dimakan. 

Firman itu terasa manis seperti madu di dalam mulut. Namun rasanya pahit ketika sampai di dalam perut. 

Firman itu manis karena memberikan damai, sukacita, penghiburan, pengampunan, dan sebagainya. Apa yang manis itu menjadi tanda kebahagiaan hidup seorang beriman yang perlu diwartakan. Namun tidak mudah, ada kendala dan tantangan, ada kepahitan hidup.

Jadi terasa pahit di dalam perut itu adalah gambaran perjuangan seorang beriman dalam mewartakan Firman Tuhan, kebaikan, keadilan, kejujuran dan kesetiaan seringkali berhadapan dengan rasa bosan, jenuh, kurang semangat, mudah menyerah. Mentalitas seperti ini membawa orang kepada gaya hidup "instan", cari enak, sehingha dengan mudahnya menyalahgunakan sesuatu yang sudah ada dan sudah baik. 

Berdagang dan berjualan di Bait Allah adalah mentalitas "cari enak" itu. Salah gunakan Bait Suci, tempat doa untuk berjualan, untuk urusan ekonomi dan berpolitik, untuk mencari kesenangan duniawi dan melupakan Tuhan. Untuk itu harus lebih banyak meresapi diri dengan Firman Tuhan agar tidak mengalami kelaparan jiwa dan kehausan batin. 

Supaya Firman Tuhan itu tetap terasa manis seperti madu selamanya, maka harus ada kesinambungannya dan konsistensi menerima Sabda Tuhan dengan sukacita (dalam mulut, manis) dan praktek hidup yang selaras dengan Sabda di dalam hidup nyata yang penuh tantangan (terasa pahit di dalam perut). 

Marilah kita memohon rahmat Roh Kudus agar memampukan kita menghayati Sabda-Nya ini dalam kehidupan kita sehari hari dengan baik dan benar. 


Salam dan berkat, 

Pastor Paroki EKUKARDO, 

P. Kris Sambu SVD 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INILAH TUBUH-KU, INILAH DARAH-KU

TERANG YANG BENAR MENGHALAU KEGELAPAN DOSA

BETAPA DAHSYATNYA DOA ITU