TURUNLAH SEGERA, AGAR KAMU DISELAMATKAN!

 

Renungan Minggu Biasa XXXI, 30 Oktober 2022

Keb. 11:22-12:2; 2Tes. 1:11-2:2;  Luk. 19:1-10

TURUNLAH SEGERA, AGAR KAMU DISELAMATKAN!

Gereja merayakan hari Minggu Biasa XXXI. Pesan Sabda, khususnya Injil hari ini mengisahkan perjalanan hidup manusia yang tidak luput dari segala kelemahan dan kekurangan, bahkan dikategorikan sebagai pendosa.

Sebagai anggota Gereja Kristus kita menyadari bahwa Gereja adalah kumpulan orang-orang berdosa yang bertobat dan mengikuti jalan Tuhan. Yesus sendiri berkata, “Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”

Memang setiap orang memiliki kisah hidupnya masing-masing: ada yang menggembirakan, ada yang menyedihkan; ada yang sukses gemilang, ada yang gagal terpuruk; ada yang merasa nyaman, ada yang resah gelisah tak berujung. Itulah rupa-rupa pengalaman hidup manusia. Terutama pengalaman-pengalaman negative, seringkali membuat manusia merasa dirinya tidak bernilai lagi karena dosa dan kesalahan yang dilakukannya pada masa-masa yang lalu. Mungkin dia merasa dirinya jauh dari kenyataan hidup yang seharusnya membahagiakan, merasa dirinya tidak manusiawi lagi dan menjadi minder karena merasa ditolak, diejek, dipinggirkan, serta dijauhi dalam relasi social sehari-hari. Hal semacam ini bisa saja menyebabkan trauma yang tidak berakhir. Seringkali manusia menghakimi sesamanya secara kejam, menganggap orang-orang semacam itu tidak pantas ada dalam persekutuan dan kebersamaan, bahkan mereka dianggap sebagai orang yang menyimpang jalan hidupnya. Akan tetapi cara pandang Tuhan berbeda, yang tidak berarti dan ditolak oleh manusia, di mata Tuhan justru setiap pribadi sangat berharga, bahkan orang berdosa sekalipun. Sebab Tuhan mengasihi semua orang tanpa membeda-bedakan. Semua manusia adalah citra Allah sendiri.

Cerita Zakheus hari ini dapat dijadikan sebagai pelajaran berarti bagi kita, bagaimana seorang pribadi bangkit dari keterpurukan masa lampaunya dan dengan semangat memulai Langkah hidup yang baru. Pribadi Zakheus adalah seorang pemungut cukai/penagih pajak. Disinyalir kekayaan yang dimilikinya adalah hasil kecurangannya terhadap hasil pungutannya. Ia pandai bermain angka uang sehingga masyarakat dikibulinya dan ditekan dengan tujuan untuk memperkaya dirinya. Perbuatannya itulah yang menyebabkan dia diberi predikat sebagai pengkhianat bangsanya. Dia menjadi buta secara social dan spiritual dengan memiliki banyak uang dan kekayaan. Akan tetapi seiring perjalanan waktu yang Panjang, ternyata membuat Zakheus tidak nyaman, tidak Bahagia, dan timbul kerinduan untuk Kembali ke jalan yang benar. Tapi bagaimana caranya?

Saat yang tepat itu pun tiba. Yesus akan lewat. Berita kedatangan Yesus sampai di telinga Zakheus. Dia nekat harus bertemu dengan Yesus. Tubuhnya pendek, terhalang oleh banyak orang yang secara fisik jauh lebih tinggi. ‘Terdorong oleh kerinduan yang besar untuk berjumpa dengan Yesus, maka dia berusaha menembusi kerumunan orang banyak dan memanjat pohon, agar bisa melihat siapakah dan seperti apakah Yesus itu?’ “Inilah awal sebuah proses pertobatan batin Zakheus”. Inilah pengalaman iman yang sangat luar biasa. Pengalaman yang mengubah sikap batin seorang pendosa untuk bertobat dengan sepenuh hati. Zakheus sudah melewati suatu proses pergumulan di dalam batinnya yang begitu hebat, ia ingin menemukan jati dirinya yang semula sebagai seorang Anak Abraham. Masih ada keraguan dalam dirinya, ‘mungkinkah masih diterima sebab saya ini orang berdosa?’ Cinta Tuhan melampaui segala perbuatan dosa manusia. Tuhan menerimanya dan mengampuninya.

Pengalaman Zakheus adalah pengalaman kita juga dalam cara dan bentuk yang berbeda. Maka baiklah kita merefleksikan beberapa hal sebagai catatan pengalaman diri kita masing-masing.

·       Zakheus tidak malu untuk berusaha mewujudkan kerinduannya berjumpa dengan Yesus. Memanjat pohon jalan alternatif baginya, sebab tubuhnya pendek. Orang kaya seperti Zakheus, apakah layak untuk panjat pohon seperti seorang anak kecil atau orang-orang biasa? Untuk jalan pertobatan, tidak ada istilah ‘gengsi-gengsian’. Apakah saya berani belajar dari Zakheus untuk berjumpa dengan Yesus sekalipun saya berdosa?

·       Zakheus mengundang Yesus untuk masuk ke dalam rumahnya, ke dalam “hatinya”. Beranikah saya membuka ‘hatiku’ agar dimasuki oleh Yesus?

·       Pertobatan Zakheus timbul dari hati yang jujur dan sadar. Kemauan untuk memperbaiki diri dan menata ulang jalan hidupnya diwujudkan melalui keterbukaan hatinya kepada sesame. Zakheus menyesal bahwa sudah banyak orang jadi ‘korban’ kelicikannya, maka tanpa segan-segan ia berkata, “Tuhan, setengah dari milikku akan aku berikan kepada orang miskin, dan sekiranya ada sesuatu yang aku peras dari seseorang akan aku kembalikan empat kali lipat.” Pernyataan tobat hati yang tulus ini membuahkan berkat dari Yesus yang berkata, “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada seisi rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham.”

 

Tuhan itu sempurna namun Dia bersedia menjadi sama seperti kita, kecuali dalam hal dosa. Tuhan membenci perbuatan dosa, namun orang berdosa dibawa-Nya pulang untuk bertobat. “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

Kita juga adalah Zakheus dengan segala pengalaman masa lalu kita masing-masing. Bisa saja kita sudah begitu berbangga dan merasa berada pada posisi tertinggi dengan harta kekayaan, kuasa dan jabatan social yang kita miliki, sejumlah prestasi yang membuat orang memuji dan mengelu-elu kita, dengan kemampuan intelektual kita yang tidak tertandingi. Hal-hal itu bisa saja membuat kita menjadi buta untuk melihat kekurangan diri, sambil memandang rendah sesame di sekitar kita. Untuk itu kita perlu memiliki telinga ‘hati’ yang mampu mendengar suara Yesus di tengah keributan suara orang banyak, di tengah kebisingan suasana hidup kita, “Zakheus, segeralah turun.”

Turun mendorong kita untuk menjadi pribadi yang rendah hati di hadapan Tuhan dan di hadapan sesame. Segera turun adalah sebuah perintah agar kita Kembali ke jalan yang benar dan Kembali ke sumber hidup yang asali di dalam Allah. Kita perlu turun dan ‘membuka pintu rumah hati’ kita agar Tuhan masuk dan memberi berkat bagi kita. Tidak ada kata terlambat untuk turun bagi Tuhan, sebab setiap kesempatan kita turun berarti kita bertobat. Saat itulah kita mendapat berkat, “Hari ini juga keselamatan telah turun atas seisi rumah ini, sebab orang ini pun anak Abraham”.

 

Marilah kita belajar dari Zakheus untuk segera turun dari segala keangkuhan diri kita. Memohon rahmat Roh Kudus agar memampukan kita untuk bisa bertobat. Hanya dengan jalan pertobatan, Tuhan menerima kita dan menjadikan kita pribadi yang berharga.

 

Salam dan berkat,

Pastor Paroki EKUKARDO,

P. Kris Sambu, SVD      

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INILAH TUBUH-KU, INILAH DARAH-KU

TERANG YANG BENAR MENGHALAU KEGELAPAN DOSA

BETAPA DAHSYATNYA DOA ITU