SEORANG BERIMAN ADALAH HAMBA CINTA KASIH
Renungan Hari Minggu, 02-10-2022
Hari Minggu Biasa Pekan XXVII
Hab. 1:2-3;2:2-4; 2Tim.1:6-8.13-14; Luk. 17:5-10
Predikat hamba selalu terjalin kepada pemikiran tentang seorang pekerja yang secara sosial statusnya berada di bawah orang yang mempekerjakannya atau majikannya. Oleh sebab itu keseharian seorang hamba hanya melakukan apa saja yang diperintahkan oleh tuannya. Segala hasil kerja adalah milik tuannya, baik hasil ekonomis, prestasi maupun kualitasnya. Sebab buah dari pekerjaan seorang hamba selalu dikaitkan dengan pemilik, tuan dari sesuatu hal yang dikerjakan. Ibarat sebuah dinas di dalam struktur kepemerintahan. Seorang kepala dinas akan dipuji atau dicela, dianggap berprestasi atau gagal sangat beegantung pada kinerja dan daya juang dari stafnya. Apakah staf itu adalah hambanya? Itu tergantung dari perspektif dalam menilainya.
Bacaan-bacaan suci hari Minggu ini teristimewa dalam Injil menyoroti peran seorang hamba yang membawa keharuman nama bagi tuannya. Hamba seperti itu memiliki kesetiaan, ketaatan, integritas diri, kejujuran dan serta pengorbanan tanpa pamrih. Sehingga dia tidak akan menuntut pujian, penghargaan, bonus, dan sebagainya; sebaliknya dia akan mengatakan dirinya adalah hamba yang tidak berguna karena telah menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepadanya.
Sesungguhnya menurut Kitab Habakuk dari bacaan pertama cara kerja hamba itulah yang disebut sebagai orang benar yang hidup dan bekerja berkat imannya. Oleh sebab itu apa yang dikerjakannya bukan semata-mata karena diperintahkan, melainkan karena terdorong oleh iman yang teguh sehingga dia bekerja dengan benar, jujur, bertanggung jawab, setia dan taat.
Berkat iman itu seseorang tidak akan merasa malu untuk mengakui pekerjaannya yang barangkali menurut orang lain hina, mungkin tuannya di mata banyak orang jelek, dan sebagainya. Tetapi dia tetap melakukan semuanya itu dengan benar, baik dan bertanggung jawab. Aku hanya seorang hamba yang tidak berguna.
Yesus Sang Guru yang kita akui dan ikuti adalah seorang Hamba Allah yang sudah setia melakukan segala pekerjaan yang diberikan oleh Bapa. Pada akhir pelaksanaan misi Allah itu Dia berkata dari atas salib "sudah selesai". Itulah ungkapan seorang Hamba Allah bahwa Aku hanya seorang Hamba yang tidak berguna, yang hanya melakukan kehendak Bapa-Ku.
Apakah sebagai seorang kristiani siapkah dan mampukah kita bersikap sebagai seorang hamba yang beriman dan melakukan segala kehendak-Nya. Lalu berkata, aku adalah hamba yang tidak berguna yang hanya melakukan kehendak Tuhan?
Marilah kita memohon rahmat Roh Kudus agar memampukan kita menghayati Sabda-Nya ini dalam kehidupan kita sehari hari dengan rendah hati.
Salam dan berkat,
Pastor Paroki EKUKARDO,
P. Kris Sambu SVD
Komentar
Posting Komentar