BERDOALAH DENGAN RENDAH HATI
Hari Minggu Biasa XXX, 23-10-2022
HARI MINGGU MISI SEDUNIA
Sir. 35:12-14.16-18; 2Tim. 4:6-8.16-18; Luk. 18:9-14
Gereja merayakan hari Minggu biasa ke-30, bertepatan dengan Hari Minggu Misi Sedunia. Bacaan bacaan suci pada hari Minggu ini menggugat cara berdoa seorang beriman sekaligus mendesak kita semua orang beriman untuk berdoa dengan baik dan benar.
Pada hakekatnya, doa itu merupakan nafas kehidupan seorang beriman dan merupakan santapan jiwa raganya. Orang yang hidup tanpa doa ibarat badan tanpa jiwa, hanya seonggok tubuh yang bergerak. Sedangkan orang beriman yang selalu memperhatikan kehidupan doanya, dia senantiasa berada dalam keseimbangan hidup. Saat susah dan senang, sehat dan sakit, gagal dan sukses, sedih dan gembira....selalu bersyukur dan memohon rahmat kebijaksanaan Tuhan.
Saking Pentingnya doa, Kitab Suci memberikan banyak kesaksian. Bahkan Tuhan Yesus sendiri memberikan contoh dan teladan yang tidak terbantahkan. Yesus selalu mencari kesempatan untuk berdoa di sela-sela kesibukan melayani para pendengar-Nya. Yesus senantiasa memberi tempat khusus dalam hidup-Nya untuk berdoa sebab melalui doa itu Dia berkomunikasi dengan Bapa-Nya serta menimba kekuatan dari Bapa-Nya.
Para murid Yesus terkesima dengan cara hidup doa Yesus, maka mereka tanpa segan-segan meminta, "Tuhan, ajarilah kami berdoa!"
Dua bacaan suci hari ini khususnya bacaan pertama dan bacaan Injil menegaskan betapa berkhasiat doa itu. Tuhan pasti mendengarkan dan mengabulkan doa-doa orang beriman. Agar doa-doa itu didengar dan dikabulkan maka dibutuhkan cara berdoa yang tepat. Tuhan Yesus mengangkat contoh dari dua pribadi yang berdoa. Mereka adalah orang-orang beriman, sebab mereka percaya terhadap kekuatan yang datang dari Tuhan. Dua tokoh yang sedang berdoa itu seorang adalah orang farisi yang memiliki pengetahuan tentang kutab suci dan agama bagus, berpendidikan tinggi, tokoh panutan masyarakat. Tokoh yang lain adalah seorang pemungut cukai yang sudah mendapat cap dari masyarakat sebagai orang berdosa, koruptor, pemeras sesama.
Kapasitas sosial itu turut menentukan cara mereka berdoa. Si farisi dengan segala keangkuhannya berdoa sambil mengutarakan segala kelebihan dan kehebatannya. Awal doanya bagus, "Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu." Dia bersyukur atas hidupnya, itu baik. Akan tetapi selanjutnya doanya menjadi tidak baik, sebab doanya merupakan ungkapan kesombongan, pameran kehebatan dan penghinaan terhadap sesama. "Karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezina, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini". Dari cara berdoanya ini justru si farisi sudah melakukan DOSA. Dosa karena dia menghakimi orang lain, padahal hanya Tuhan-lah yang dapat menghakimi. Dia juga suka memamerkan dirinya di hadapan Tuhan saat berdoa, "Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku." Dia lupa jika Tuhan ernah bersabda, "Apa yang diperbuat oleh tangan kirimu, hendaklah jangan diketahui tangan kananmu." Jadi di dalam berdoa, si farisi melakukan dosa.
Pemandangan terbalik, pemungut cukai dengan sikap yang bertolak belakang dari si farisi. Pemungut cukai merasa diri tidak layak di hadapan Tuhan karena kedosaannya, dia berdiri jauh di belakang, tidak berani angkat wajahnya, takut memandang Tuhan yang kudus, dia menunduk sambil memukul dirinya dan berdoa, "Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini." Sikap dan cara berdoa pemungut cukai ini dianggap sebagai orang yang dibenarkan Allah. Pasti doanya didengar dan dikabulkan oleh Allah.
Sebagai orang beriman kita semua diajak dan didesak oleh Yesus untuk berdoalah dengan rendah hati, berdoalah dengan rasa cinta kasih dan ketulusan hati, berdoalah dengan penuh penyesalan diri dan pertobatan. Doa orang jujur akan didengar dan dikabulkan oleh Tuhan.
Marilah kita memohon rahmat pertobatan dan kerendahan hati dari Roh Kudus agar memampukan kita menghayati Sabda-Nya ini dalam kehidupan kita sehari hari.
Salam dan berkat,
Pastor Paroki EKUKARDO,
P. Kris Sambu SVD
Terima kasih Opa Pater 🙏
BalasHapus