MARI, KITA SALING MENYELAMATKAN!
Renungan Minggu Biasa XXVI, 24 Sept.
2022
Am. 6:1ab.4-7; 1Tim. 6:11-16; Luk. 16:19-31
MARI, KITA SALING MENYELAMATKAN!
Kurebahkan
tubuhku, memandang bintang-bintang
Ingatanku kembali pada masa kecil
Kami semua bersaudara duduk di beranda
Mendengar cerita ayah tentang kehidupan
Kalau nanti
datang waktu, orang hanya memandang
Pada harta, pada pangkat, dan kekayaan
Anak-anakku, dekatkan hatimu pada-Nya
Bahwa kita diciptakan semua sama adanya
Kita semua
adalah sama
Tanpa harta, apakah ada keangkuhan?
Kita semua adalah sama
Tanpa jabatan, apakah ada wibawa?
Itu hanya untuk
sementara
Setiap kehidupan adalah fana
Kalau nanti
datang waktu, orang hanya memandang
Pada harta, pada pangkat, dan kekayaan
Anak-anakku, dekatkan hatimu pada-Nya
Bahwa kita diciptakan semua sama adanya
Kita semua
adalah sama
Tanpa harta, apakah ada keangkuhan?
Kita semua adalah sama
Tanpa jabatan, apakah ada wibawa?
Itu hanya untuk
sementara
Setiap kehidupan adalah fana
Syair lagu dari Fanky Sahilatua
sungguh mengungkapkan kebenaran ini bahwa memang di hadapan Tuhan, semua manusia
adalah sama,tidak ada orang kaya, tidak ada orang miskin; tidak ada pejabat,
tidak ada rakyat jelata; tidak ada tuan, tidak ada hamba, tidak ada orang
rambut keriting, tidak ada yang berambut lurus, tidak ada orang hitam, tidak
ada orang putih/kuning; tidak ada orang mujur, tidak ada orang malang. Semua
sama adanya.
Maka siapakah kita sesungguhnya di
hadapan Allah? Tindakan dan cara hidup kita sehari-hari akan memberikan
jawaban, “siapakah saya di hadapan Allah?”. Santu Yakobus dengan sangat gamblang
memberikan gambaran tentang hidup kita di hadapan Allah kelak adalah
penghayatan yang seimbang antara perbuatan dan iman kita, “Iman tanpa perbuatan
adalah mati”(Yak.2:17).
Bacaan-bacaan suci hari Minggu ini
memberi pesan yang sangat kuat bagi kita untuk menghayati hidup kita dengan
baik. Nabi Amos dalam bacaan pertama dengan tegas berkata, “celakalah orang
yang duduk berjuntai, berpesta pora, menyanyi dan menari,….. mereka akan pergi sebagai
orang buangan.” Oleh sebab itu kita perlu ingat pesan ini, bahwa hidup kita ini
fana, kekayaan kita terbatas, jabatan kita tidak kekal. Semuanya akan berakhir dan
musnah. Yang tidak musnah adalah cintakasih, keadilan dan kejujuran, kebenaran
dan kebaikan hati. Kekal adanya.
Santu Paulus menasihati muridnya Timotius
dalam bacaan kedua, untuk hidup secara benar di hadapan Allah dan manusia
dengan mentaati segala hukum dan peraturan, hidup tanpa cacat sampai Tuhan datang.
“Hai engkau, manusia Allah, jauhilah semua kejahatan, kejarlah keadilan,
ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran, dan kelembutan. …. Taatilah perintah ini
tanpa cacat dan tanpa cela hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan
Diri-Nya.”
Kisah injil hari ini bercerita tentang
nasib orang kaya yang tidak bisa duduk bersanding Bersama Abraham di dalam
Kerajaan surga. Sebab orang kaya itu memiliki uang, kekayaan, rumah
mewah, makanan istimewa, namun dia tidak memiliki iman. Sebab Ketika dia melihat
kesengsaraan Lazarus, hatinya tidak tergerak untuk menolong. Nasib yang sama
terjadi atas kita semua “yang kaya” namun “tidak memiliki hati”
untuk sesame yang membutuhkan pertolongan.
Sesungguhnya segala perbuatan baik
yang kita lakukan di dunia ini ibarat “tiket” masuk ke dalam kerajaan surga.
Seorang teman imam pernah bercerita bahwa suatu Ketika dia menghadiri sebuah
acara makan Bersama para uskup. Seorang uskup antri di depan imam itu. Lalu bapak
uskup mengambil piring dan senduk lalu memberikan kepada imamnya. Romo itu
bilang, “Bapak Uskup. Tidak apa-apa, lebih dulu saja!” Lalu bapak uskup
menjawab, “Saudara, apakah saudara tidak rela beri tiket buat saya untuk masuk
surga?”
Sebetulnya di dalam kehidupan ini
perbuatan saling memberi dan menolong, tidak beda yang terjadi di dalam
kehidupan akhirat. Saat kita menolong seseorang di dunia (orang miskin?),
kebaikan itu akan menyelamatkan kita kelak di kehidupan sesudah kematian.
Ketika kita menolong seseorang, sesungguhnya kita sedang menolong diri sendiri.
Lazarus si miskin Nampak lemah lesu berbaring di ambang pintu orang kaya,
Lazarus membutuhkan bantuan, butuh makan karena lapar, namun sesungguhnya
Lazarus-lah yang datang menyelematkan orang kaya itu supaya jangan dibutakan
oleh kekayaan yang dimilikinya. Sesuai
dengan Namanya Lazarus adalah El-azar yang berarti ‘Allah
menolong’.
Sekian sering orang bertanya-tanya,
kenapa masih ada orang miskin, kenapa masih ada orang yang menderita? Jika kita
merenung dengan seksama, barangkali orang-orang kurang beruntung ini yang
diberi oleh Tuhan kepada kita yang mungkin bernasib lebih baik. Kisah injil
hari ini merupakan jawabannya bagi kita. Kehadiran mereka bukan hanya
sekedar meminta pertolongan dan belaskasihan kita;melainkan mereka ada untuk
mengingatkan kita serta menyelamatkan kita agar kita tidak larut dalam pesta
pora dan egoisme diri sendiri. Orang kaya punya hak untuk bersukaria dan
berpesta, tetapi janganlah menutup mata terhadap kebutuhan sesame dan
kepentingan Bersama. Kita bisa merenungkan kenyataan ini. Anggaran pesta
nikah atau berbagai syukur lainnya bisa dibilang berfoya-foya. Tetapi jika
ditanya, ‘berapa yang dipersembahkan sebagai tanda syukur di dalam perayaan
misa nikah itu?’ Masing-masing kita sendiri yang tahu. Ini merupakan indikasi,
betapa tidak seimbangnya kita di dalam hidup ini.
Cukup menarik dialog antara orang
kaya yang sudah berada di api neraka dengan bapak Abraham yang sedang memangku
Laarus di surga. Terkadang kita sadar terlambat, lalu menyesal. Masih adakah
kesempatan untuk bertobat? Tidak!
Kita ingat akan sahabat, teman-teman,
saudara dan keluarga yang memiliki gaya hidup ‘orang kaya’, perlukah ‘Lazarus’
bangkit lagi untuk menyadarkan mereka? Tidak! Sebab pada mereka sudah ada
kesaksian Musa dan Para nabi. Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan
para nabi dalam diri ajara-ajaran Gereja, hukum-hukum dan perintah Gereja,
dalam arahan uskup, pastor, guru agama, ketua wilayah/KBG, bupati, kepala
desa/lurah, guru di sekolah, …… maka sekalipun orang mati bangkit, mereka tetap
tidak bertobat. Maka jurang akan tetap menganga lebar antara "surga Lazarus" dan "neraka orang kaya". Jika kita mengabaikan orang miskin dan menderita, maka kita
mengabaikan Tuhan. Yesus bersabda, “Sesungguhnya segala sesuatu yang tidak
kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu
tidak melakukannya untuk Aku.”
Marilah kita memohon rahmat Roh Kudus
agar memberikan pencerahan bagi hati kita dalam menghayati hidup ini dengan
baik dan setia. Di hadapan terang Sabda Allah dan Roh Pemberi karunia,
lenyaplah kegelapan dosa dan kebutaan manusia tidak beriman. Dan semoga hati
Yesus hidup di dalam hati semua manusia. Amin.
Salam dan berkat,
Pastor Paroki EKUKARDO,
P. Kris Sambu, SVD
Terima kasih Opa Pater 🙏
BalasHapus