BELAJAR MENJADI BERBELAS KASIH SEPERTI ALLAH
Renungan Minggu Biasa XXIV, 11 Sept.
2022
Kel. 32:7-11.13-14; 1Tim. 1:12-17; Luk. 15:1-32 (singkat 15:1-10)
BELAJAR MENJADI BERBELAS KASIH
SEPERTI ALLAH
Santa Helena berkata, “Allah
mempunyai belas kasihan bagi yang berharap kepada-Nya.”
Hampir di semua media social,
elektronik dan cetak saat ini ramai berbicara tentang kasus seorang petinggi
polri yang tersandung kasus pembunuhan terhadap seorang anak buahnya. Kasus
Ferdy Sambo dan Joshua. Ada banyak perspektif dalam mengomentari kasus ini. Ada
yang kecewa dan mengutuk perbuatan seorang pejabat tinggi, dan menaruh rasa
belas kasihan terhadap seorang anggota biasa dengan pangkat rendah. Ada pula
yang cobba memberikan penilaian secara seimbang dengan membuat berbagai
analisis dan asumsi-asumsinya. Pada ujungnya, satu hal yang pasti dan semua
orang hamper sepakat, bahwa hukum harus ditegakkan, hukum tidak boleh
tebang pilih, ….. Jika ada terjadi pelanggaran hukum maka mesti ada
pengadilan untuk menyadarkan pelaku akan kesalahannya, supaya ada efek jera.
Pada zaman Yesus terjadi situasi yang
serupa juga. Hukum Taurat adalah Undang-Undang yang mengatur hidup keagamaan
bangsa Israel dan juga kehidupan social masyarakatnya. Tokoh-tokoh masyarakat
Yahudi seperti Para Ahli Taurat dan Orang Farisi adalah penjaga keutuhan dan
pelaksanaan Hukum Taurat itu. Mereka menjaga agar hukum taurat dapat dijalankan
dengan sebaik dan setepat mungkin. Mereka adalah pengambil keputusan untuk
menyatakan seseorang benar atau salah menurut Hukum Taurat. Sangsi bagi seorang
yang bersalah adalah dihukum dan disingkirkan dari kehidupan social masyarakat
dengan alasan agar mereka tidak menjadi virus yang menularkan dosanya kepada
orang lain.
Bacaan Injil hari ini sebetulnya
bukan berbicara tentang orang yang melanggar hukum atau menjalankan hukum dengan
baik. Melainkan lebih menyoroti tokoh Yesus yang dibenci oleh para ahli taurat
dan orang-orang farisi. Bagi mereka sikap dan Tindakan Yesus sama sekali di
luar tradisi hukum taurat, yakni Dia bergaul dekat dan bebas dengan orang
berdosa, para pemungut cukai, berkomunikasi dengan Wanita tuna Susila,
berkontak dengan orang-orang sakit kusta, dan seterusnya. Inilah yang menjadi alasan
bagi mereka membenci Yesus. Yesus makan Bersama pendosa, dekat dengan
orang-orang yang secara social sudah disingkirkan dan dipinggirkan. Sikap Yesus
sungguh bertolak belakang dengan mereka yang selalu menciptakan jarak dan
menjauhkan diri dari pendosa itu.
Jawaban Yesus terhadap tuduhan mereka
tanpa memakai jasa pengacara dan pembela hukum. Yesus justru dengan sangat
bijaksana memberikan contoh-contoh kehidupan yang dialami sehari-hari oleh
semua orang, termasuk para ahli taurat dan orang farisi itu. Perumpamaan
tentang domba yang hilang dan dirham yang hilang. (Jika dibaca lengkap maka
ada perumpamaan tentang anak hilang). Dengan melalui
perumpamaan-perumpamaan ini Yesus hendak menegaskan bahwa sesungguhnya ada
SUKACITA BESAR di dalam surga hanya karena seorang berdosa bertobat.Allah dan
para malaekat serta para kudus-Nya bersukacita menyambut kembalinya seorang
berdosa ke dalam rangkulan ilahi.
Oleh sebab itu dalam perayaan ini
kita dapat merenungkan beberapa pesan Sabda untuk kita:
1. Hukuman terhadap pendosa
vs Kerahiman Allah. Realitas manusia
berdosa itu ada. Tentu hukuman bagi mereka pasti ada. Bahkan segala rancangan
bentuk hukuman itu sudah ada. Ada pasal-pasal hukum yang sudah mengaturnya
dengan sangat jelimet. Dalam bacaan pertama dari Kitab Nabi Yehezkiel bahkan
Allah sendiri telah merancang hukuman bagi bangsa Israel yang menyimpang
hidupnya dari hukum Allah. Namun Allah masih menunjukkan belaskasihan dan
kerahiman-Nya yang melampaui dosa-dosa manusia itu. Allah membatalkan
hukumannya dan memberikan pengampunan. “Dan menyesallah Tuhan atas
malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya.” Kerahiman dan
belaskasihan Tuhan jauh melampaui segala dosa dan kejahatan manusia.
2. Relasi social yang membawa
pertobatan bagi orang berdosa. Ternyata misi Yesus dekat dengan orang berdosa
sangat mulia, yakni membantu orang berdosa supaya bertobat. Pengalaman kita di
kampung, barangali ada seorang berdosa, lau dijauhi oleh banyak orang di
kampung itu. Namun mungkin ada seorang tertentu yang dekat dan bergaul akrab,
orang itu menjadi teman curhat dari si pendosa. Di kemudian hari, orang itu
bertobat. )Yang kita cemaskan jangan sampai orang baik itu diseret ke jalan
dosanya). Yesus dating untuk mengumpulkan Kembali orang berdosa yang sudah
tercerai-berai dari persekutuan hidup persaudaraan dengan yang lainnya. Yesus
membawa mereka Kembali untuk boleh mengalami kasih dan kerahiman Tuhan di dalam
hidupnya. Tidak mudah untuk menerima Kembali sesame yang sudah tercoreng nama
baik dan kepribadiannya. Namun Yesus mengajak kita untuk melakukannya sebagaimana
Dia sudah melakukannya.
3. Pengadilan dunia vs
pengadilan Allah. Pengadilan dunia biasanya masih jauh dari keadilan dan
kebenaran. Berbeda dengan pengadilan Allah yang adil dan tepat. Pengadilan dunia selalu melibatkan para saksi dan pembela, jika para saksi dan pembela
kerjanya tidak jujur, jelaslah pengadilan itu sendiri sudah tidak adil.
Sedangkan pengadilan Allah selalu tepat dan adil. Allah adalah kebenaran itu
sendiri. Dia tidak membutuhkan saksi dan pembela. Adakah kita pernah mendoakan
orang yang diadili supaya memperoleh pengadilan yang benar dan tepat seturut
pengadilan Allah? Apakah kita mendoakan para pengadil supaya mereka bekerja
dengan jujur sesuai hati Nurani?
4. Semua manusia bernialai
dan berharga di mata Tuhan. Penilaian manusia berbeda dengan penilaian Allah. Di
mata manusia mungkin hal-hal lahiriah dan visual yang menjadi dasar penilaian,
dia baik atau tidak. Namun Tuhan memberikan penghargaan terhadap semua manusia
sebagai anak yang dikasihi-Nya. Semuanya bernilai dan berhaga di hadapan Allah.
Seorang kaya dan miskin sama berharganya, seorang pemungut cukai dan pendosa
tetap berharga di hadapan Tuhan. Karena begitu berharganya kita di hadapan-Nya,
maka Allah berusaha untuk menyelamatkan kita melalui keamtian Anak Tunggal-Nya
di salib. Itulah yang diwartakan Paulus melalui suratnya kepada Timotius hari
ini, bahwa Kristus Yesus dating ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa.
Marilah kita memohon rahmat Roh Kudus
agar memberikan pencerahan bagi hati kita dalam menghayati hidup ini dengan
baik. Di hadapan terang Sabda Allah dan Roh Pemberi karunia, lenyaplah
kegelapan dosa dan kebutaan manusia tidak beriman. Dan semoga hati Yesus hidup
di dalam hati semua manusia. Amin.
Salam dan berkat,
Pastor Paroki EKUKARDO,
P. Kris Sambu, SVD
Komentar
Posting Komentar