MENJADI KAYA DI HADAPN ALLAH DAN MANUSIA

 

Renungan Minggu Biasa XVIII, 31 Juli 2022

Pkh. 1:2; 2:21-23;  Kol. 3:1-5.9-11;  Luk. 12:13-21

MENJADI KAYA DI HADAPN ALLAH DAN MANUSIA

Santa Elisabeth dari Tritunggal berkata, “Ketamakan menjadi awal kemiskinan dan kejatuhan hidup seseorang.”

Kalau kita masuk di toko-toko buku terkenal seperti Gramedia, Obor, Kanisius, dan sebagainya, di sana pasti kita temukan banyak buku yang ditulis mengenai kiat-kiat untuk menjadi kaya dan sukses. Biasanya penulis mengutip kata-kata orang kaya dan sukses tersebut. Sebut saja Bill Gates, Jack Ma, Tony Carter…. Mereka ini tergolong orang-orang kaya di muka bumi ini. Cuitan mereka di instgram, FB, atau media social lainnya dapat menggoncangkan ekonomi dunia, nilai mata uang negara-negara berkembang akan anjlok terhadap nilai tukar dollar Amerika. Mereka orang tenar. Diundang untuk menjadi pembicara dalam dunia bisnis dan pengembangan dunia ekonomi. Jadi mereka bukan orang sembarangan, apalagi kalau mengatakan mereka bodoh. Mereka justru menjadi inspirator bagi orang-orang lain. Hidup mereka mewah dan berkelimpahan dan memiliki berbagai fasilitas yang tidak tertandingi. Contoh saja Ketika jika orang-orang kelas menengah ke bawah belanja di minimarket Sentosa Raya atau Swalayan Pagi misalnya, akan bolak-balik lihat label harga barang. Sebaliknya orang-orang berduit belanja di mall-mall Matahari, Carefour, …..ambil barang, bawa ke kasir, serahkan kartu debet/kredit untuk digesek……….selesai. Siapa yang tidak mau jadi kaya?

Injil hari ini Yesus berkisah tentang seseorang yang ingin menjadi kaya supaya hidupnya enak dan nyaman. Ia bekerja keras tanpa mengenal Lelah, siang malam, panas hujan, musim dingin maupun musim apa saja….dia bekerja dan bekerja. Hasil yang ada tidak pernah membuat dirinya puas. Maka lumbung-lumbungnya dirombak dan dibangun yang lebih besar lagi. Hasil panenannya sangat banyak, dan semuanya bisa tersedia sampai masa tuanya. Ia pastikan bahwa tidak lagi perlu bekerja. Beristirahat, santai, senang-senang bahkan sampai foya-foya.

Akan tetapi, di luar pertimbangannya dan bahkan tanpa dia sadari bencana itu pun terjadi. Seperti kata Amsal, “Manusia boleh membuat rencana, tapi Allah yang memberi keputusan.”(Ams.16:1).Memang sial. Orang kaya itu belum sempat menikmati hasil kerjanya, kematian sudah menjemputnya. Tuhn berkata, “”Hai orang bodoh! Pada mala mini juga jiwamu akan diambil dari dirmu, dan bagi siapakah nanti apa yang telah engkau sediakan itu?”

Mingkin ada banyak pertanyaan 0yang muncul dalam benak kita. Mengapa Tuhan menjemput orang itu begitu cepat sebelum dia menikmati hasil jerih payahnya? Tuhan begitu kejamkah? Apa yang salah dengan orang kaya itu? Mengapa Tuhan mengatakan dia sebagai orang bodoh? Benarkah Tuhan membenci orang kaya? Inilah yang menjadi pokok-pokok permenungan bagi kita melalui peristiwa itu.

Kebodohan yang Tuhan juluki terhadap orang kaya itu karena dia berusaha menjadi kaya untuk dirinya sendiri, tetapi dia tidak berjuang untuk menjadi kaya di hadapan Allah. Dia begitu miskin di hadapan Allah. Allah tidak pernah benci orang kaya. Yesus menaruh perhatian terhadap orang kaya (Mrk. 10:21). Yesus jatuh kasihan karena cara berpikir orang kaya itu keliru. Dia menyangka hidupnya kelak dijamin oleh tumpukan kekayaannya yang beitu banyak. Maka nilai yang dapat kita petik bahwa kita harus berusaha menjadi kaya untuk dapat masuk dalam Kerajaan Allah. Kaya di dunia, kaya juga di hadapan Allah. Kaya di dunia, berarti kita memiliki segala yang kita usahakan; namun harus kaya di hadapan Allah melalui sesame yang seringkali membutuhkan uluran tangan kita. Santu Ambrosius pernah berkata, “”Perut orang miskin, mulut anak-anak yang kelaparan, dan rumah janda-janda itulah yang seharusnya menjadi Gudang penyimpanan kekayaan kita.”

Maka kita harus bekerja dengan sungguh-sungguh agar memperoleh harta kekayaan duniawi dan juga kekayaan surgawi. Kita menghasilkan banyak rejeki di dunia sekaligus memiliki hati yang kaya bagi sesame. Itulah menjadi orang kaya yang bijaksana. Orang kaya yang bodoh akan mati tanpa membawa apa-apa, malahan bencana yang dialaminya. Tetapi orang kaya yang bijsaksana membawa serta kekayaannya saat mati di dalam diri orang-orang yang telah dia dermakan kekayaannya.

Maka kata Santo Paulus kepada umat di Kolose, “Carilah perkara yang di atas, di mana Kristus berada!” Dan Kitab Pengkotbah mengatakan segala usaha duniawi itu sia-sia belaka. Maka jadilah seorang pekerja bijak, orang beriman, yang selalu menjaga keseimbangan kekayaan duniawi dan surgawi; memiliki kekayaan harta, juga memiliki hati yang kaya.

Marilah kita memohon rahmat Roh Kudus agar memberikan pencerahan bagi hati kita dalam menghayati hidup ini dengan baik. Di hadapan terang Sabda Allah dan Roh Pemberi karunia, lenyaplah kegelapan dosa dan kebutaan manusia tidak beriman. Dan semoga hati Yesus hidup di dalam hati semua manusia. Amin.

 

Salam dan berkat,

Pastor Paroki EKUKARDO,

P. Kris Sambu SVD

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INILAH TUBUH-KU, INILAH DARAH-KU

TERANG YANG BENAR MENGHALAU KEGELAPAN DOSA

BETAPA DAHSYATNYA DOA ITU