KAMU ADALAH MURID-MURID-KU JIKA KAMU SALING MENGASIHI
Renungan Hari Minggu, 15
Mei 2022
Hari Minggu V Paskah
Kis. 14:21b-27; Why. 21:1-5a;
Yoh. 13:31-33a.34-35
KAMU ADALAH MURID-MURID-KU
JIKA KAMU SALING MENGASIHI
Ilustrasi 1:
Ada Pastor James dan John, dua orang pastor yang memiliki hobi sama,
yakni memelihara binatang. Pastor James memiliki dua ekor anjing yang bagus dan
pintar. Sedangkan pastor John memiliki satu ekor saja. Suatu Ketika kedua
sahabat itu bertemu dan makan siang Bersama di pastoran James. Pater James
sangat berbangga dengan kedua anjingnya. “Mereka itu pintar dan tidak saling
berantem satu sama lain. Mereka rukun dan damai, tidak berebutan kalau makan,
tetapi tekun dengan piring makan masing-masing”, Kata pastor James.
Sementara makan, pastor John, berpikir nakal. “Saya mau uji, apakah benar
dia punya anjing ini sungguh berdamai dan rukun?” Maka Ketika sedang makan,
pastor John lemparkan tulang kaki ayam di antara kedua anjing itu. Apa yang
terjadi? Keduanya berkelahi habis-habisan berebut tulang ayam itu. “Mana kau
punya anjing hidup rukun dan damai?” P. John ejek P. James. Melihat keadaan
itu, P. James dengan sedikit malu dan keceewa, berkata, “Itu karena engkau
beri tulang hanya satu di antara mereka. Mestinya harus dua potong tulang,
untuk masing-masing!” Kata pastor James. Pastor John sambil tertawa ngakak
berkata, “Itu teman, tidak mungkin mereka berdamai kalau hanya satu barang
yang menjadi incaran mereka. Itu sebabnya, mengapa saya hanya piara satu anjing
saja.”
Tabiat kedua anjing itu seringkali
mengungkapkan karakter manusia yang suka berebutan akan sesuatu di dalam
kehidupannya. Mungkin berebutan ‘tulang’ harta kekayaan, posisi dan
jabatan, harga diri dan martabat popularitas, sejengkal tanah warisan leluhur. ‘Tulang-tulang’
tersebut bisa saja diperebutkan hanya karena terdesak kondisi ekonomi yang
sedang ‘kanker’ alias kantong kering; mungkin terdorong oleh nafsu berkuasa dan
haus jabatan, ingin kaya mendadak, kalah dalam perjudian baik offline maupun
online, baik judi di dalam negeri (offline: kartu, sabung
ayam, taruhan pertandingan sepakbola, sepak takraw, dll), maupun luar negeri (online:
otw Kamboja, Hongkong, Singapura, Australia). Maka dalam kondisi seperti
ini, uang untuk jatah sekolah anak, dipakai dulu untuk beli kupon judi online; kalau sakit cari dukun, sebab mau masuk rumah
sakit tidak ada uang, kartu BPJS diblokir lantaran tidak bayar yurannya; uang
upah harian istri dirampas untuk beli rokok dan miras. Ujung-ujungnya
perkelahian, anak terlantar, pisah ranjang, isteri pulang ke rumah orangtuanya
(sambil bersenandung: pulangkan saja, aku pada ibuku atau ayahku….). Perceraian
pun tidak terhindarkan lagi.
Ilustrasi 2:
Dalam sebuah hajatan pernikahan,
sepasang suami isteri usia lanjut turut diundang. Nampaknya mereka sangat
mesrah dan boleh dikatakan romantic. Kelihatan sekali keduanya sangat saling
mengasihi satu sama lain. Saat tiba makan siang, ada pemandangan yang menarik.
Si nenek sibuk melayani kakek, dan menunggu selama kakek (suaminya) makan.
Melihat situasi itu, seorang ibu muda bertanya, “Nenek, kenapa nenek tidak
makan, hanya menunggu kakek makan sendiri? Kakek juga ingat diri sekali!” Lalu
nenek itu menjawab dengan ramah dan penuh senyum, “Nak, suamiku ini baik
sekali. Sekarang saya menunggu dia makan. Nanti giliran saya makan, suamiku
akan menemani saya. Karena kami berdua pakai gigi palsu yang sama.”
Menghayati cinta kasih sebagaimana
diamanatkan oleh Yesus memang tidak mudah. Harus ada ruang untuk orang lain
berbuat sesuatu dengan penuh kasih, dan juga ada kesempatan untuk orang lain
menikmati perbuatan kasih kita. Jika orang serakah dan ingin memiliki lebih
bahkan mau ambil keuntungan bagi dirinya sendiri, sesungguhnya di sana sudah
terjadi pencederaan terhadap hukum cinta kasih itu.
Salib menjadi simbol kemenangan dan kemuliaan Yesus, Putera Allah
Tuhan Yesus sudah berpesan bahwa bagi
setiap orang yang hendak bergabung di dalam kelompok para murid-ya, sudah
seharusnya mentaati atau melaksanakan hukum kasih sebagaimana sudah diajarkan-Nya.
Untuk dapat menghayati perintah kasih ini perlu suatu sikap tobat dan metanoya,
untuk rela kehilangan apa yang menjadi keinginan diri sendiri. Sikap ego dan
mau menguasai sendiri harus dijauhkan. Itulah jalan salib, penderitaan dan
pengorbanan. Namun justru melalui jalan salib inilah Yesus dipermuliakan. Itu
berarti situasi hidup baru, dunia baru, langit baru dan bumi baru, seperti dikatakan
oleh Kitab Wahyu, harus didahului dengann pengalaman ‘hilang’, ‘berkorban’
dan penuh penyerahan diri.
Segala pengalaman ‘kasih’ bersama
Tuhan itu harus diwartakan kepada orang-orang lain, termasuk mereka yang tidak
sepaham dengan kita, mereka yang berbeda gagasan dan kelompok, berbeda suku,
bangsa, dan bahasa serta budaya dengan kita. Sebab Kasih Allah itu harus
dibagikan kepada semua orang dan dunia semesta. Itulah yang telah dilakukan
oleh Paulus sebagaimana kita dengar dalam bacaan pertama hari ini.
Maka marilah kita memohon cahaya Roh
Kudus agar memberikan pencerahan dan penyadaran baru bagi kita untuk hidup
rukun dan damai, saling menghargai dan melayani, menjauhkan sikap serakah dan
ingin menang sendiri, memberi kesempatan bagi sesame untuk menikmati perbuatan
cinta kasih yang kita hayati serta menikmati Tindakan kasih dari sesame. Jika
kamu saling mengasihi, maka orang akan mengenal kamu sebagai murid-murid-Ku,
kata Yesus.
Salam dan
berkat,
Pastor Paroki
EKUKARDO,
P. Kris
Sambu, SVD
Komentar
Posting Komentar