SATU ORANG MATI DEMI MEMPERSATUKAN SEMUA ORANG

 Renungan Hari Sabtu, 09 April 2022

Hari Biasa V Pra-paskah

Yeh. 37:21-38;  Yoh. 11:45-56


Sebagai bangsa Indonesia, tentu kita tidak pernah lupa akan jasa-jasa para pahlawan kemerdekaan kita. Sebut saja pribadi yang paling menonjol adalah proklamator kita, Ir. Soekarno. Pemikiran dan gagasan brilian beliau dan para pemikir sekelilingnya yang telah membuat bangsa Indonesia sebagai bangsa besar seperti dewasa ini. Tidak terlalu mudah untuk dipahami oleh bangsa-bangsa asing menyaksikan bangsa Indonesia yang dengan segala keragaman budaya, bahasa daerah, dan ribuan pulau-pulau. Tapi bisa dipersatukan sebagai bangsa yang bertanah air satu, berbahasa satu.  Falsafah bhineka tunggal ika (berbeda-beda tapi tetap satu) mengandaikan ada pencetus dan pemikir yang luar biasa. Namun sangat disayangkan jika ada yang di kemudian hari merong-rong persatuan itu sehingga bisa terpecah-belah lagi nanti. 

Situasi yang serupa itu pernah terjadi pada zaman Yesus dan sebelumnya, di mana bangsa Israel merupakan bangsa yang bersatu. Namun kemudian terpecah belah karena ada yang mengkhianatinya. Khianat terbesar adalah dosa dan pelanggaran bangsa itu yakni tidak setia kepada Allah mereka dan menyembah dewa-dewa asing. Itulah yang membuat mereka kemudia ditawan oleh bangsa asing dan dibawa ke tanah pembuangan. Suatu saat mereka sadar danmenyesal, lalu ingin kembali kepada situasi indah masa doeloe.

Nabi Yehekiel datang membawa kabar sukacita itu. Allah sendiri berinisiatif untuk membawa pulang bangsa pilihan-Nya itu ke tanah perjanjian. Mereka akan setia kepada-Nya. Mereka tidak lagi menyembah dewa asing. Mereka akan dipimpin oleh seorang raja, yakni Daud, sehingga tidak lagi menjadi dua bangsa. Allah sendiri menawarkan diri sebagai pembuat perjanjian dengan bangsa-Nya itu. Hal ini bisa terjadi hanya karena Allah bersedia untuk menyapa dan merangkul kembali anak-anak pilihan-Nya itu dan mempersatukan mereka. 

Pemenuhan janji Allah untuk mempersatukan mereka terjadi secara paripurna pada masa Yesus karena Dia akhirnya mati demi mempersekutukan kembali mereka. Nubuat imam agung Kayafas memperlihatkan dan membenarkan apa yang telah dinubuatkan para nabi sebelumnya. "Lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita ini binasa. ..... Yesus akan mati untuk seluruh bangsa; bukan untuk bangsa kita saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai."

Betapa indahnya kita hidup bersama, hidup bersatu, hidup bersekutu. Bangsa Israel telah merasakan pahitnya hidup dalam perpecahan. Situasi perpecahan bisa saja menimbulkan luka-luka baik fisik maupun mental, baik yang menimpa pribadi maupun kelompok. Persekutuan sebagai sebuah komunitas beriman  sangat dibutuhkan di dalam kehidupan sehari-hari. Sebab di sana ada cinta kasih, ada solidaritas, ada kepedulian, ada penghiburan dan kerjasama, ada sukacita dan kegembiraan. Sebaliknya jika orang hidup dalam keterpecahan, maka mereka akan menuai kebencian, balas dendam, ingat diri, iri hati, cemburu, fitnah, kesedihan dan kekecewaan.  

Sebagai orang-orang beriman perlu kita sadari hal ini. Kehidupan keluarga dan rumah tangga kita, komunitas dan masyarakat kita hendaknya memperlihatkan nilai-nilai kebersamaan dan persekutuan ini. Kita semua telah dipersatukan oleh Darah Kristus yang tersalib. Kita selalu menikmati Ekaristi sebagai perjamuan persekutuan itu, hendaknya kita hayati secara nyata di dalam kehidupan sehari-hari.

Marilah kita memohon rahmat Roh Kudus agar memampukan kita utuk menghayati Sabda-Nya ini.


Salam dan berkat,

Pastor Paroki EKUKARDO,

P. Kris Sambu, SVD

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

INILAH TUBUH-KU, INILAH DARAH-KU

TERANG YANG BENAR MENGHALAU KEGELAPAN DOSA

BETAPA DAHSYATNYA DOA ITU