SALAM BAGIMU

 Renungan Hari Senin Paskah I,  18 April 2022

Kis. 2: 14.22-32;  Mat. 28: 8-15

"Salam bagimu" adalah kata-kata Yesus setelah bangkit dari alam maut dan menjumpai para wanita yang sedang dalam suasana takut dan sukacita besar. Takut karena merasa heran bahwa kubur sudah kosong, tetapi penuh sukacita karena mereka percaya bahwa Yesus sudah bangkit. Oleh sebab itu mereka bergegas untuk menceritakan semuanya itu kepada para murid yang lain. Justru dalam situasi itulah Yesus menjumpai mereka dan menyapa dengan kata-kata "salam bagimu'. Yesus tahu bahwa mereka sedang ketakutan maka Yesus meneguhkan mereka agar 'jangan takut'. Pesan perutusan Yesus terhadap para wanita itu supaya mereka sampaikan kabar sukacita itu kepada teman-teman lain, "Jangan takut! Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku."

Namun aksi pewartaan itu dihalang-halangi oleh imam-imam kepala dan kaum tua-tua yang tetap menolak fakta kebangkitan Yesus. Hal ini terjadi karena mereka sudah menutup hatinya untuk menerima kebenaran dari Tuhan. Nah...perkara sogok-menyogok ternyata sudah terjadi sejak jaman Yesus. Para penjaga makam itu disewa agar memberikan kesaksian palsu yakni dengan menuduh para murid Yesus telah mencuri jenazah Yesus pada malam hari. Lalu di mana peran para penjaga (SATPAM)? Alasan mereka sedang tidur. lho....tugasmu untuk menjaga, lalu malah tidur.... Inilah mentalitas iman yang dangkal yang cari enak, sehingga mudah disogok, mudah diperdayai. Iman semacam ini ibarat partai politik yang dalam satu periode parpol A; ketika terjadi bentrok dalam partai apalagi kalah, periode berikut hijrah ke parpol B; atau mendirikan partai baru C. Apakah situasi iman itu masih terjadi di antara umat kita? Jika demikian kita belum mengalami kebangkitan baru, pembaharuan iman dan cara hidup.

Berbeda dengan mentalitas iman para murid yang sudah 'bangkit', sudah diperbaharui dan sudah diberi keberanian untuk bersaksi. Itulah kesaksian Petrus dan kawan-kawannya pada hari Pentekosta. Petrus yang dahulu penyangkal Yesus, sudah bangkit dan berubah atau diubah oleh Roh Kudus untuk dengan berani mewartakan Yesus yang sudah bangkit. Petrus yang dulu pendiam karena kematian Yesus, kini tidak bisa diam lagi, digerakkan terus oleh Roh untuk mewartakan kabar kebangkitan Yesus. Barang siapa percaya dan menerima kebenaran kebangkitan itu, pasti akan dengan senang hati bersedia untuk turut memberi kesaksian. Ada semangat untuk mengabdi, semangat untuk berkorban, ada semangat untuk memberi diri sebagai saksi Kristus. 

Bagaimana kita bersaksi pada zaman kini? Apakah kita mau bersaksi seperti para wanita dan Petrus serta teman-temannya? Jika demikian kita sungguh mengalami kebangkitan iman, harapan dan kasih kita. Kita berubah dalam sikap dan mentalitas kita: mentalitas yang mudah diperdayai, mudah disogok, mudah ditipu daya dengan uang dan materi. kita menjadi seorang murid yang berani pertaruhkan waktu dan tenaga, harta dan kekayaan, harga diri dan martabat, demi Dia yang telah bangkit dan berkorban bagi kita. Kita diresapi oleh Roh Kudus yang memberikan pencerahan bagi kita untuk melihat secara baru akan sesama, akan peristiwa  hidup dan kejadian sehari-hari.

Tetapi bila kita berpikir dan bertindak seperti para penjaga makam, seperti kaum tua-tua Yahudi dan imam-imam kepala, maka kita tetap berada di dalam kungkungan roh kegelapan, kita belum bangkit, kita belum berubah, kita masih terus menutupi pintu kubur hati kita dengan batu "dosa". 

Marilah kita memohon rahmat Roh Kudus agar kita mampu menghayati pesan kebangkitan bagi diri kita pribadi, bagi keluarga dan komunitas kita, bagi masyarakat dan dunia semesta alam.


Salam dan berkat,

Pastor Paroki EKUKARDO,

P. Kris Sambu, SVD

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INILAH TUBUH-KU, INILAH DARAH-KU

TERANG YANG BENAR MENGHALAU KEGELAPAN DOSA

BETAPA DAHSYATNYA DOA ITU