KASIH YANG TULUS
Renungan Hari Senin, 11 April 2022
Hari Senin Pekan Suci
Yes. 42:1-7; Yoh. 12:1-11
Dua bacaan hari ini menampilkan tentang tindakan kasih yang tulus dan yang tidak tulus (penghias bibir dengan kata-kata kasih).
Bacaan pertama menampilkan Hamba Yahwe yakni Yesus Kristus sendiri yang diutus Bapa untuk menyerahkan nyawa-Nya demi keselamatan manusia. Ia bagaikan anak domba yang dihantar ke tempat pembantaian. Ia tidak memberontak dan berteriak. Ia seperti buluh yang terkulai dan sumbu yang berkedip, namun tidak diputuskan dan tidak dipadamkan. Karena Tuhan menyertai-Nya dan Ia dijadikan sebagai terang bagi banyak bangsa.
Dalam Injil secara lebih kasat mata Yesus menegaskan perbuatan kasih seorang wanita yang disebut namanya Maria, meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi narwastu. Minyak dengan harga mahal itu dipersembahkan untuk Yesus dengan meminyaki kaki-Nya. Bukan hanya dengan minyak saja wanita itu berkorban demi Yesus, melainkan juga menyeka dengan rambutnya. Rambut bagi seorang wanita merupakan mahkota kebanggaan, namun telah dipakai sebagai penyeka kaki Yesus. Semuanya itu dilakukan karena kasih yang tulus.
Berbeda dengan Yudas Iskariot yang berhati 'serakah' berpura-pura menunjukkan keprihatinan terhadap orang miskin, sehingga menurut dia lebih berguna jika minyak wangi mahal itu dijual agar uangnya dipakai untuk membantu orang miskin. Namun pernyataan Yudas Iskariot bukan atas dasar cinta yang tulus, tetapi hanya penghias bibir belaka. Sebab dia adalah seorang pencuri, koruptor yang selalu memanfaatkan situasi orang lain (orang miskin) untuk memperkaya dirinya sendiri. Oleh sebab itu Yesus berkata, "Biarkan dia melakukan hal ini mengingat hari pemakaman-Ku. Karena orang miskin selalu ada padamu, sedangkan Aku tidak akan selalu ada padamu."
Hari-hari penderitaan Yesus semakin dekat karena beban dosa yang dilakukan manusia semakin banyak. Sebagai murid-murid Yesus, kita diajak untuk merenungkan cara hidup kita selama ini. Apakah kita sudah sungguh melakukan kasih yang tulus di dalam kehidupan kita sehari-hari terhadap sesama kita, ketika kita membantu mereka? ataukah kita hanya sekedar mencari popularitas diri untuk dikenang? Ataukah kita sudah membuat perhitungan untung rugi terhadap mereka yang kita bantu? Atau bahkan kita menjadikan mereka sebagai obyek hinaan karena bantuan kita?
Jika perbuatan kasih kita tulus dari hati maka kita sudah berjalan bersama dengan Hamba Yahwe yang menderita yakni Yesus Sang Juruselamat kita. Bila kita memberi dengan hati yang tidak tulus, kita berjalan bersama dengan Yudas Iskariot...... Dimanakah posisi kita sesungguhnya?
Marilah kita memohon rahmat Roh Kudus agar menyucikan hati kita dalam menghayati tindakan kasih.
Salam dan berkat,
Pastor Paroki EKUKARDO,
P. Kris Sambu, SVD
Makasih byk, ptr
BalasHapusAmin.
BalasHapus