ITU TUHAN
Renungan Hari Jumat, 22 April 2022
Hari Jumat Pekan I Paskah
Kis. 4:1-12; Yoh. 21:1-14
Pengalaman kehilangan orang yang diandalkan dan dijunjung tinggi dalam hidup ini, dapat menyebabkan orang frustrasi dan ingin kembali kehidupan lamanya. Pengalaman ini sungguh dirasakan oleh para murid Yesus. Setelah kematian Yesus, para murid kembali ke kehidupan harian mereka sebelumnya: ada yang menjadi nelayan, ada yang jadi pemungut cukai lagi (?), ada yang jadi gembala (?),....bisa saja. Injil hari ini mengisahkan para murid yang kesehariannya sebagai nelayan, Petrus dan kawan-kawannya. Mereka sangat solider untuk tetap ada bersama, kerja bersama, tetapi dalam suasana yang masih galau dan menakutkan.
Tuhan Yesus kembali hadir dalam keseharian para murid dan juga keseharian kita. Seperti Dia memanggil para murid yang adalah nelayan dari tepi danau, sekarang Dia berada lagi bersama mereka. Namun kehadiran Yesus kali ini bukan untuk memanggil mereka, melainkan untuk memberikan penguatan bagi mereka untuk lebih percaya kepada-Nya. Karena para murid sudah pernah ada bersama Yesus sebelumnya, maka mereka pun dapat mengenal Yesus melalui kebiasaan bersama mereka, yakni ketika Yesus mengambil roti dan memberikannya kepada mereka. Ekaristi merupakan ciri khas hidup para murid Tuhan. Untuk menjadi murid Ekaristik, seorang beriman harus sungguh mengenal Dia, dengan membuka mata hati iman kita untuk mengakui "Itu Tuhan."
Kekuatan Ekaristi dan pengenalan Tuhan yang hadir di dalam hidup kita, sungguh dirasakan oleh para rasul, Petrus dan kawan-kawannya. Petrus dan Yohanes diajukan ke pengadilan karena peristiwa penyembuhan orang lumpuh di 'gerbang indah' itu. Banyak orang yang percaya dan mengikuti mereka, maka menjadi marahlah orang-orang besar Yahudi: imam-imam kepala, kepala bait Allah serta orang-orang Yahudi. Namun Petrus yang kini berada di hadapan pengadilan, bukan lagi Petrus yang dulu - seorang pengecut, penyangkal, tetapi Petrus yang sudah memperoleh kekuatan Roh Kudus. Maka dengan berani dia bersaksi tentang Yesus orang Nazareth yang tersalib, wafat dan bangkit itu. Petrus pun berani bersaksi bahwa tidak ada keselamatan di luar Yesus. Hanya orang yang beriman kepada Yesus akan mendapat keselamatan. Mukjizat penyembuhan yang terjadi bukan atas kuasa mereka sebagai murid-Nya, melainkan kuasa Yesus sebagai Anak Allah. Dia yang adalah batu yang dibuang oleh tukang bangunan (Orang Yahudi), kini telah menjadi Batu Sendi (Gereja) yang menyelamatkan semua orang percaya.
Kita sebagai murid-murid Yesus, acapkali kita mengalami kelesuan di dalam kehidupan iman kita karena sakit penyakit, karena bencana kematian, karena kegagalan dalam usaha, studi, relasi persahabatan, dan sebagainya. Mungkin kita ingin kembali seperti cara hidup lama. Jika dulu pernah terjebak dalam hidup yang kelam, apakah kita mau kembali lagi ke sana? Janganlah! Sebab Yesus sudah bangkit dan Dia datang menyapa kita dan memberikan sekali lagi kekuatan dalam Ekaristi; "Mari, kita sarapan!" Kita selalu disapa dengan lembut oleh Tuhan dengan berbagai cara di dalam hidup ini agar kita jangan kembali kepada cara hidup lama itu.
Jika kita sudah mengalami cara hidup baru di dalam Roh, maka kita pun berani bersaksi seperti Petrus dan Yohanes. Sebab kita percaya bahwa keselamatan hanya ada dalam Yesus.
Marilah kita memohon Roh Kudus agar memampukan kita menghayati Sabda-Nya ini di dalam kehidupan kita sehari-hari.
Salam dab berkat
Pastor Paroki EKUKARDO,
P. Kris Sambu, SVD
Trmkasi pater🙏
BalasHapusTerimaksh renungannya Pater
BalasHapusAmin,terimakasih kk pater renunganya.
BalasHapus