SEKARANG AKU TAHU BAHWA HAYA DI ISRAEL ADA ALLAH

 Renungan Hari Senin, 21 Maret 2022

Hari Biasa Pekan III Pra-Paskah

2Raj. 5:1-15a;  Luk. 4:24-30


Yesus dalam injil hari ini mengeritik orang-orang sekampung halaman-Nya karena ketegaan hati mereka untuk percaya dan bertobat. Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di kampung halamannya sendiri. Yesus mengutip kejadian pada masa lampau pada zaman nabi Elia dan Elisa. Di mana nabi Elia diutus bukan kepada bangsa Israel ketika bangsa itu dilanda kelaparan karena kemerau panjang bertahun-tahun, selama tiga tahun enam bulan. Sekalipun demikian bangsa Israel tidak percaya Elia, yang dengan kuasa Allah dia dapat menurunkan hujan dan memberikan makanan secukupnya. Akan tetapi Elia diutus kepada seorang janda di Sarfat yang sudah dalam keputusasaan hanya mau bertahan sampai tepung dan minyak terakhir sebagai makanan untuk ia dan anaknya. Kehadiran Elia yang meminta janda tersebut membuatkan roti baginya dari tepung roti yang ada dan minyak yang tersisa dengan jaminan bahwa jika janda tersebut menuruti permintaannya maka tepung di dalam tempayannya tidak pernah akan habis dan minyak di dalam buli-buli itu tidak pernah berkurang. Karena kepercayaan dan ketaatannya terhadap suara sang nabi, janda tersebut mendapatkan berkat seperti yang dikatakan nabi itu. Apakah masih tidak percaya, hai Israel?

                    Naaman percaya dan disembuhkan dari kustanya

Yesus juga mengutip kejadian pada zaman nabi Elisa di mana ketika Israel dilanda penyakit wabah kusta. Tidak ada satupun yang percaya, sehingga sehingga tidak ada yang ditahirkan. Akan tetapi Naaman, seorang Siria, karena ia percaya dan mau melakukan apa yang diperintahkan nabi, dia memperoleh berkat kesembuhan.

Sarfat di tanah Sidon dan Siria adalah dua daerah yang disebut kafir oleh orang Yahudi, dianggap negeri orang-orang tidak beriman. Akan tetapi justru di sanalah Tuhan berkarya secara mengagumkan. Di sini kita dapat belajar hal-hal:

1. Kuasa dan karya Tuhan melampaui segala sekat dan batas yang dibuat manusia. Menganggap orang lain kafir tidak beriman, dan sebagainya, adalah sikap dan tindakan tidak terpuji, meremehkan orang lain dan memegahkan diri sendiri. Dalam masa tobat ini, kiranya kita tidak mudah untuk menghakimi dan menghukum orang lain.

2. Tuhan berbelas kasih kepada semua orang yang percaya kepada-Nya sekalipun melalui perantara-Nya (para nabi, para rasul, para abdi Allah). Rahmat keselamatan tidak otomatis diberikan kepada orang Nazareth, kepada bangsa Israel karena mereka dianggap sebagai bangsa pilihan. Rasa superior sebagai bangsa pilihan dan sikap arogan yang merendahkan sesama (keluarga Yosef di Nazareth tidak diperhitungkan), justru membuat Tuhan mengalihkan rahmat keselamatan itu kepada bangsa lain yang percaya. Bangsa lain seperti janda dari Sarfat di tanah Sidon dan Naaman orang Siria itu PERCAYA, sekalipun yang datang kepada mereka adalah perantara (nabi). Bangsa Israel sudah menolak para nabi utusan Tuhan, orang Nazareth telah menolak Yesus karena Dia datang dari keluarga sederhana, miskin dan tidak berada. Dalam masa tobat ini kita diajak untuk belajar percaya segala bentuk yang Tuhan gunakan untuk memperkenalkan diri-Nya dan kuasa-Nya.  Sesama di antara kita, ajaran-ajaran Gereja, Kitab Suci, Para imam, orangtua, guru, para pemimpin masyarakat, dan lain-lain...dapat saja digunakan oleh Tuhan untuk menyampaikan kuasa dan karya kasih-Nya. Adakah kita percaya dan mau menerimanya?

Marilah kita memohon rahmat pertobatan dan kerendahan hati dari Roh Kudus agar memampukan kita mengayati Sabda-Nya dengan baik di tengah kehidupan ini.


Salam dan berkat,

Pastor Paroki EKUKARDO,

P. Kris Sambu, SVD 

Komentar

  1. Yo...ptr.....sy mau menerima Yesus dlm hidup sy & keluarga sy. Maksh byk tuk renungan ini.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

INILAH TUBUH-KU, INILAH DARAH-KU

TERANG YANG BENAR MENGHALAU KEGELAPAN DOSA

BETAPA DAHSYATNYA DOA ITU