IA SAUDARA KITA, DARAH DAGING KITA
Renungan Hari Jumat, 18 Maret 2022
Hari Biasa Pekan II Par-Paskah
Kej. 37:3-4.12-13a.17b-8; Mat. 21:33-43.45-46
Iri hati, cemburu, ingin memiliki harta kekayaan, serakah.....dapat menjadi pemicu manusia melakukan dosa. Tindakan saling membunuh dan menganiaya serta menghabisi nyawa sesama adalah bagian dati tindakan serampangan untuk memenuhi nafsu dan ambisi pribadi. Kisah Yusuf dan saudara-saudaranya dalam bacaan pertama hari ini dengan jelas mengungkapkan sikap brutal manusia yang tidak berbelaskasihan itu. Cemburu karena Yusuf dikasihi oleh sang ayah melebihi mereka yang lain, karena mengenakan pakaian yang indah, karena memiliki karunia khusus membaca mimpi, dan sebagainya. Saudara-saudaranya cemburu, iri hati, lalu berencana untuk membunuh dia dan menipu ayah mereka bahwa Yusuf telah diterkami binatang buas.
Di tengah situasi kejahatan itu masih ada harapan bersemi cinta kasih. Ruben salah satu dari saudara-saudara Yusuf yang masih memiliki hati yang mengasihi sang adik. Dia ingin meluputkan saudaranya, namun berhadapan dengan kekuatan kejahatan yang begitu besar, dia tidak mampu. Namun, sekurang-kurangnya, nasihat tulus karena datang dari hati yang mengasihi, telah mengubah pikiran saudara-saudaranya yang lain. "Jangan kita bunuh dia! Jangan tumpahkan darah! Lemparkan saja dia ke dalam sumur yang ada di padang gurun ini, tetapi janganlah apa-apakan dia."
Cinta kasih senanatiasa menang atas kejahatan. Masih ada orang baik lagi. Dia adalah Yehuda, seorang saudara Yusuf yang lain. Dengan saran yang bijaksana dan brilian, akhirnya Yusuf diluputkan dari kematian. "Apakah untungnya kita membunuh adik kita itu dan menyembunyikan darahnya? Marilah kita jual dia kepada orang Ismael ini, tetapi janganlah kita apa-apakan dia, KARENA IA SAUDARA KITA, DARAH DAGING KITA."
Saran Yehuda didengar, berarti kejahatan telah dikalahkan oleh rasa kasih persaudaraan. Diaadalah saudara kita, dia adalah darah daging kita. Syukurlah atas usul Yehuda itulah yang di kemudian hari mendatangkan keselamatan bagi saudara-saudaranya ketika mendapatkan makanan secukupnya di Mesir. Yusuf adalah gambaran kehadiran Sang Juruselamat yang ditolak.
Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya
Kisah penggarapa kebun anggur yang jahat yang dikemukakan oleh Yesus dalam perumpamaan injil hari ini dengan sangat kasat mata membuka tirai kejahatan manusia yang serakah dan tidak tahu diri. Sudah diuntungkan dengan memperoleh pekerjaan, namun ingin merampas kebun anggur itu menjadi hak milik sendiri. Segala hal ikhwal yang berkaitan dengan kepemilikan kebun anggur dihilangkan jejaknya, termasuk hak ahli waris anak kandung.
Kisah penggarap kebun anggur itu masih banyak terjadi di dalam kehidupan sehari-hari dewasa ini. Mulai dari dalam keluarga, ada perebutan hak warisan orangtua dan leluhur. Tidak jarang terjadi pembunuhan hanya karena hak warisan itu. Di dalam masyarakat, ada banyak kejadian di mana orang menghilangkan jejak kepemilikan orang lain untuk merampas dan menjadikan sebagai hak miliknya. Kasus jual-beli tanah dengan sertifikat palsu, pemilik atau pemegang hak bayangan, sampai kepada sindikat atau mafia penipuan yang terstruktur. Semuanya hanya karena ingin memneuhi nafsu dan keserakahan duniawi.
Sebagai orang kristiani, masihkah nilai cinta kasih bersemi di dalam situasi seperti ini? Adakah pikiran-pikiran alternatif yang filandasi kasih dan pengampuna masih bertumbuh? Adakah figur-figur Ruben dan Yehuda hidup di tengah masyarakat semacam ini?
Marilah kita memohon rahmat pertobatan dan kerendahan hati dari Roh Kudus agar di dalam masa tobat ini, kita menumbuhkan rasa cinta kasih dan penghargaan satu sama lain di dalam hidup bersama. Dia adalah saudara kita, darah daging kita!
Salam dan berkat,
Pastor Paroki EKUKARDO,
P. Kris Sambu, SVD
Trmksh Pater,salam persaudaraan
BalasHapusMaksh ptr...mat beeakhir pekan
BalasHapusMakasih kk pater renunganya, semoga sehat dan bahagia selalu. Dewa beka
BalasHapus