BAGAIMANA HAL ITU MUNGKIN TERJADI?

 Renungan Hri Senin, 20 Desember 2021

Hari Biasa Pekan IV Adven

Yes. 7:10-14;  Luk. 1:26-38


Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan orang yang selalu mempertimbangkan segala sesuatu sebelum menerimanya. Kalkulasi untung rugi, resiko yang bisa terjadi, dan juga waktu yang harus dihabiskan untuk suatu urusan, tentu semuanya diperhitungkan. Mungkin baik. Namun, manusia itu pandai berdalih dan mencari alasan yang masuk akal dan bisa diterima dengan akal sehat. Itulah yang seringkali disebut dengan rasionalisasi. Tujuannya adlaah menghindar dari resiko untuk bersusah payah bersama dengan pihak yang menawari suatu perjanjian bersama.

Raja Ahas melakukan rasionalisasi yang sama terhadap tawaran Tuhan, ketika diberi kesempatan untuk boleh meminta sesuatu dari Tuhan sebagai tanda. "Aku tidak mau meminta! Aku tidak mau mencobai Tuhan!" jawab Ahas. Akan tetapi jawaban Ahas ini bukan atas dasar sungguh-sungguh ia tidak mau mencobai Tuhan. Melainkan karena dia tidak mau mengambil resiko bahwa jika dia melakukan seperti yang Tuhan tawarkan, maka ia akan terikat dengan sebuah perjanjian dengan Tuhan. Oleh sebab itu, Ahas secara rasional mengatakan, bahwa ia tidak meminta karena ia tidak mau mencobai Tuhan. Namun apa yang tersimpan dan tersembunyi di kedalaman hatinya itu diketahui Tuhan. Sehingga melalui nabi Yesaya, Allah menegurnya, "Belum cukupkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan Allahku juga?"

Karena sikap Ahas itu maka Tuhan sendiri yang menetapkan perjanjian-Nya bahwa seorang perempuan muda akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan akan dinamai Emanuel.

Janji Allah itu terpenuhi dalam diri seorang gadis lugu sederhana, Maria. Ia masih perawan. Ia tidak berpikir macam-macam dan tidak berdalih kepada tawaran Tuhan melalui malaekat Gabriel. Hanya dengan sebuah keheranan, apakah hal itu mungkin terjadi? Sebab Maria dengan polos, bahwa untuk mengandung dan melahirkan seorang anak, mesti punya suami dulu. Kenyataan dia belum bersuami. Pertanyaan Maria bukanlah sebuah penolakan, seperti yang dilakukan Ahas; melainkan hanya sebuah permintaan penjelasan agar dia tidak ragu. Jawaban malaekat bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus, membuat Maria yakin dan menerima tawaran Allah itu. Kata Malaekat, "Roh Kudus akan turun atasmu, dan kuasa Allah yang mahatinggi akan menaungi engkau." Untuk segala kepastian itu Maria menerima dengan iman, sekalipun dia belum tahu seperti apa nanti semuanya terjadi. "Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut perkataanmu itu."

                        Bagaimana mungkin hal itu terjadi?

Maria menerima tawaran Allah hanya atas dasar iman, sebuah sikap penyerahan kepada penyelenggaraan Allah. Allah yang memulai, tentu Allah pula yang akan menggenapi dan menyelesaikan. Begitu kira-kira pikiran Maria. Hal itu tidak mudah, karena menuntut Maria untuk tetap komit dengan jawabannya sebagai seorang hamba yang setia. Dia terus taat, setia dan percaya akan semua hal yang terjadi itu adalah kehendak Allah. Buah dari kesetiaan dan ketaatan iman Maria, dunia diselamatkan. Rencana penyelamatan Allah dapat terjadi. 

Kita pun dalam berbagai cara dan bentuk ditawari oleh Allah untuk tugas penyelamatan itu di tengah kehidupan kita sehari-hari: di dalam rumah tangga/keluarga, komunitas, tempat kerja dan masyarakat luas serta dunia semesta alam. Pertanyaan mendasar, apakah kita mau menerima tugas itu sekalipun ada resiko; ataukah kita lebih suka berdalih dan membuat rasionalisasi seperti Ahas?

Mari kita mohon terang Roh Kudus agar memampukan kita menghayati Sabda-Nya itu dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.


Salam dan berkat,

Pastor Paroki EKUKARDO,

P. Kris Sambu, SVD

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INILAH TUBUH-KU, INILAH DARAH-KU

TERANG YANG BENAR MENGHALAU KEGELAPAN DOSA

BETAPA DAHSYATNYA DOA ITU