MINTALAH DALAM IMAN. JANGAN MENDUA HATI!

 Renungan Hari Senin, 14 Februari 2022

PW. St. Sirilus dan Metodius, Rahib dan Usk (P)

Yak. 1:1-11;  Mrk. 8:11-13

Injil Markus hari ini melukiskan sikap Yesus yang agak emosional. Alasan Yesus menjadi emosi karena sikap orang farisi yang terus mencobai Dia. Kali ini mereka meminta tanda. Inilah yang membuat Yesus marah, sebab mereka tidak pernah mengerti dan memahami bahwa segala pekerjaan Yesus, ajaran dan mukjizat yang dikerjakan Yesus adalah tanda itu. Dan lebih jauh dari itu, Pribadi Yesus adalah tanda itu sendiri. Mengapa mereka belum juga percaya dan tetap meragukan. Masih juga meminta tanda. Tanda apa lagi yang lebih evidens, yang lebih jelas? Bukankah kehadiran Yesus sudah membuka segala tabir yang menyelubungi hidup manusia karena dosa sehingga mereka tidak mengenal Allah?

Santu Yakobus dalam bacaan pertama menegaskan apa yang dikatakan oleh Yesus itu. Bahwa orang jangan mendua hati. 'Orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.'  Oleh sebab itu santu Yakobus mengatakan kalau meminta sesuatu kepada Tuhan, mintalah di dalam iman. Bukan hanya mau mencoba Tuhan beri atau tidak? Kabulkan atau tidak? Orang semacam ini adalah orang yang mendua hati. 

Seringkali permintaan kita kepada Tuhan tidak langsung dikabulkan sebagaimana kita mau dan harapkan. Tuhan mempunyai rencana sendiri terhadap kita dan segala kebutuhan yang kita harapkan. Proses seperti itu bisa menjadi sebuah ujian iman bagi kita. Seringkali orang mudah berputus asa dan menghakimi Tuhan yang tidak mengabulkan permohonannya. Yakobus katakan bahwa itu merupakan sebuah ujian iman. Untuk itu jangan putus asa, melainkan terimalah itu dengan penuh rasa bahagia karena mengalami pencobaan itu. Melalui pencobaan itu, iman kita dimatangkan dan disempurnakan. "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan. Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarlah ketekunan memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun." demikian tulis Yakobus.

Memang manusia seringkali begitu egoistis dan mementingkan urusan dirinya sendiri. Saking sibuknya dengan dirinya, sampai lupa dengan siapa yang dia hadapi, yakni Tuhan yang mahakuasa dan sempurna. Akan tetapi Yakobus memberikan nasihat yang sangat berarti, bahwa jika seseorang dianggap kurang berhikmah, maka ia harus memintanya kepada Tuhan, sebab Dia akan memberikan hikmah itu tanpa mengungkit-ungkit masa lalu seseorang. Asal saja permintaan itu dilakukan dengan penuh iman. Dengan demikian kita tidak perlu lagi menuntut tanda dari Allah sebab apa yang kita alami sehari-hari merupakan SAKRAMEN, yaitu tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan kita. Mulai dari bangun tidur di pagi hari sampai segala aktifitas kita sepanjang hari hingga kembali ke peraduan untuk istirahat malam, sesungguhnya kita tetap berada di bawah bimbingan Tuhan. Itu kuasa kasih-Nya, tanda Dia ada dan hadir untuk kita. Mengapa kita masih meminta tanda?

Marilah kita memohon rahmat Roh Kudus agar senantiasa memampukan kita melihat tanda-tanda kehadiran Allah di dalam keseharian kita, dan jangan mencobai Tuhan Allah kita dengan berbagai keraguan dan tanda bukti. Sebab semuanya sudah jelas.


 Salam dan berkat,

Pastor Paroki EKUKARDO,

P. Kris Sambu, SVD

Komentar

  1. Amin,,,makasih renunganya kk pater,semoga Tuhan memberkati segala usaha serta karya dan pelayanan kk pater.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

INILAH TUBUH-KU, INILAH DARAH-KU

TERANG YANG BENAR MENGHALAU KEGELAPAN DOSA

BETAPA DAHSYATNYA DOA ITU