JIKA TUHAN MENGHENDAKINYA.....
Renungan Hari Rabu, 23 Februari 2022
Peringatan Santo Polikarpus, Uskup dan Martir (P)
Yak. 4:13-17; Mrk. 9: 38-40
Seorang Pater setelah merayakan pesta pancawindu (40 tahun) imamatnya, suatu hari ditanyai oleh seorang ponaannya yang adalah seorang biarawati (suster). "Om tuan, kapan kita merayakan pesta emas (50 tahun) imamat om tuan?" tanya suster. Pater itu menjawab, "Ya... saya tidak tahu entah kapan, tergantung Yang di atas! Kalau Tuhan menghendakinya, kita akan merayakan pada waktu itu!"
Percakapan kecil itu mengingatkan kita akan Surat Santu Yakobus pada hari ini, yang mengajak kita untuk bersikap rendah hati. Santu Yakobus menyadarkan kita bahwa hidup ini adalah pemberian Tuhan dan bagaimana keberlanjutan hidup ini, terutama selama di dunia, sangat tergantung pada rencana dan kehendak Tuhan sendiri. Oleh sebab itu, menurut Yakobus bahwa tidaklah benar jika segala rencana dan program hidup kita dirancang sedemikian rupa seolah-olah hidup ini di bawah kendali kekuasaan kita manusia. Yakobus memberikan sebuah ungkapan yang menjadi formulasi seorang beriman yang rendah hati, "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."
Memang benar apa yang dikatakan Yakobus itu, sebab kecenderungan manusia adalah membuat suatu perencanaan sambil menepuk dada bahwa kecerdasannya, keterampilannya, kemampuan finansialnya, dan segala fasilitas yang memungkinkan menjadi andalannya yang utama. Yakobus dengan tegas bahwa "semua kemegahan yang demikian adalah salah". Apapun kehebatan kita sebagai manusia, selalu ada 'batasnya'. Yang seharusnya kita lakukan adalah berusaha 'untuk berbuat baik', sebab lagi-lagi menurut Yakobus bahwa jika orang ada kemampuan untuk berbuat baik dan ia tahu bahwa harus berbuat baik, tetapi dia tidak melakukannya, itu adalah dosa. "Jadi, jika orang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi tidak melakukannya, ia berdosa."
Sikap dan tindakan berbuat baik adalah sikap dan tindakan universal, artinya semua orang ada sifat dasar untuk berbuat baik. Perbuatan baik itu tidak menjadi hak milik segelintir orang tertentu, tidak dibatasi oleh agama, suku, bangsa, ras dan kelompok tertentu saja, melainkan siapa saja bisa melakukan kebaikan itu. Dan kebaikan yang dilakukan, selalu menjadi tanda pengakuan akan keberadaan Allah yang Mahabaik itu. Yesus menegur Yohanes, salah seorang murid-Nya yang berencana untuk mencegah seseorang yang tidak termasuk dalam kelompok murid Yesus yang mengusir setan demi nama Yesus. Yesus berkata, "Janganlah kalian cegah dia! Sebab tak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia memihak kita."
Memang ada kecenderungan manusia untuk mencari nama. Hal-hal yang hebat dan sukses dalam sebuah lembaga atau kelompok, selalu muncul segelintir orang yang akan mengatakan, "ini karena saya" atau "ini karena kami". Akan tetapi jika terjadi kegagalan atau peristiwa yang tidak baik, akan muncul pernyataan sebaliknya, "seandainya saya, atau seandainya kami...tidak mungkin terjadi seperti ini".
Santu Polikarpus, Uskup dan MartirHari ini kita semua sebagai orang beriman, para murid Tuhan, diajak oleh Santu Yakobus dan Yesus sendiri untuk senantiasa 'bersikap rendah hati' dan selalu bersikap pasrah penuh kepercayaan bahwa segala rencana dan hidup kita ada di dalam Penyelenggaraan Ilahi, "Jika Tuhan menghendakninya". Santu Polikarpus, yang pestanya Gereja rayakan hari ini telah memberi kesaksian dan teladan yang sempurna seperti ajakan Yesus. Dia sukses menjadi seorang gembala yang baik dan berani bersaksi sampai menumpahkan darahnya demi imannya kepada Tuhan.
Marilah kita memohon rahmat Roh Kudus yang senantiasa memampukan kita untuk menghayati Sabda Tuhan ini dengan baik dan benar di dalam kehidupan sehari-hari.
Salam dan berkat,
Pastor Paroki EKUKARDO,
P. Kris Sambu, SVD
Aminn....maksh ptr...selamat pg
BalasHapusTrmksh Pater,renungan hari ini sungguh menyadarkan saya
BalasHapus