AKU SUDAH BERDOSA TERHADAP TUHAN
Renungan Hari Sabtu, 29 Januari 2022
Pesta Santu Yosef Freinademetz, Imam (P)
2Sam.12:1-7a.10-17; Mrk. 4:35-41
Pertobatan selalu membangkitkan belaskasihan dan pengampunan dari Tuhan. Daud setelah mendengar teguran nabi Natan, ia pun bertobat dan mengakui dirinya sudah berdosa karena telah dengan sengaja melakukan pembunuhan terencana terhadap Uria (melalui medan perang) agar dia dapat mengambil Batzyeba sebagai isterinya. Setelah mendapat teguran nabi Natan, Daud pun menyesal atas segala perbuatannya. Sebagai bentuk ungkapan kemarahan Tuhan, anak yang dilahirkan dari hasil selingkuhan itu pun mati. Daud pun bertobat dengan sungguh-sungguh dan Tuhan memberikan pengampunan terhadapnya. Berkat tetap diturunkan ke atasnya dengan di kemudian hari Tuhan memberikan seorang anak baginya dari Batzyeba, yakni Salomo, yang kemudian menjadi raja besar Israel menggantikan Daud ayahnya.
Di dalam injil dikisahkan tentang pelayaran Yesus bersama para murid-Nya di danau dan mendapat bencana badai hebat. Para murid menjadi takut. Namun dalam ketakutan itu mereka membangunkan Yesus yang sedang tidur, "Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?" Ini adalah pernyataan orang yang sedang mencari perlindungan ketika bahaya sedang menimpanya. Yesus mendengarkan dan mengabulkan permohonan mereka, sehingga Dia menghardik danau itu, "Diam! Tenanglah!"
Di dalam kehidupan kita sehari-hari sering kita mengalami badai yang mengancam. Badai itu bisa terjadi karena nafsu dan ambisi kita yang tidak terkendali, seperti raja Daud, yang dengan nekat mengambil isteri Uria. Itulah badai dosa yang selalu mengancam dan menimpa kita. Untuk meredakan 'badai' semacam ini hanya melalui jalan pertobatan. Kata Daud, "Aku sudah berdosa terhadap Tuhan."
Badai itu bisa juga datang dalam wujud keraguan dan ketidakpercayaan kita terhadap penyelenggaraan Tuhan. Ketiak kita mengalami cobaan dalam hidup ini, sekian gampang kita berlari kepada kekuatan-kekuatan di luar Tuhan: dukun, orang pintar, dan sebagainya. Kita melupakan Tuhan. Jadi badai itu menerpa kita sesungguhnya sebagai teguran yang menghentak kita, "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" seperti kata-kata Yesus terhadap para murid-Nya.
Hari ini Gereja merayakan pesta Santu Yosef Freinademetz, seorang misionaris sulung dari Serikat Sabda Allah (SVD) yang diutus ke tanah China dan sampai wafat di tanah misi. Ada pelbagai bentuk 'badai' yang mengancam Santu Yosef Freinademetz dalam karya perutusannya. Namun Yosef begitu percaya dan yakin bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan dia, dia selalu menaruh percaya. Kepercayaan Yosef itu dijamin dengan komitemnya yang konsisten sampai akhir hayatnya. Yosef tidak pernah kembali ke tanah air kelahirannya, melainkan dia mengadopsikan dirinya ke dalam masyarakat, budaya dan negeri misinya. Kata Yosef Freinademetz, "Aku mati sebagai orang China, dan di surga pun aku tetap sebagai orang China."
Dalam kepercayaan yang utuh kepada Tuhan, maka segala rintangan, cobaan dan badai hidup dan panggilan kita akan selalu dihardik oleh Tuhan dan kita diselamatkan dan diberkati-Nya. Maka marilah kita senantiasa memohon rahmat Roh Kudus agar memampukan kita menghayati Sabda-Nya di dalam hidup sehari-hari.
Salam dan berkat,
Pastor Paroki EKUKARDO,
P. Kris Sambu, SVD
Komentar
Posting Komentar