TERIMA KASIH TUHAN
Renungan Hari Rabu, 22 Desember 2021
Hari Biasa Khusus Pekan IV Adven
1Sam. 1:24-28; Luk. 1:46-56
Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu berhadapan dengan hal yang disebut "janji". Entah perjanjian untuk bertemu, untuk melakukan suatu transaksi bisnis, ataupun janji dua sejoli yang sedang jatuh cinta, dan macam-macam janji. Tidak saja perjanjian untuk hal-hal duniawi semata. Tetapi dalam kehidupan rohani, iman dan kepercayaan sering kita berhadapan dengan janji itu. Kita masing-masing sudah dan sering buat janji. Sejak kita dibaptis, kita sudah melakukan 'janji' itu, kalaupun kita dibaptis masih bayi, maka orangtua dan bapa mama saksi yang mengucapkan janji bagi kita. Demikian juga dengan janji perkawinan, janji imamat, janji sakramen tobat untuk tidak melakukan dosa lagi, dan sebagainya. Menarik juga berkaitan dengan janji atau nazar berkaitan dengan 'panggilan' hidup membiara: menjadi imam, bruder, atau suster. Ada candaan yang mengatakan bahwa banyak orangtua yang berdoa memohon panggilan hidup membiara (menjadi imam, bruder dan suster. Doanya seperti ini, "Tuhan, kami berdoa memohon panggilan hidup membiara. Panggillah sebanyak mungkin anak-anak muda kami untuk bekerja di ladang anggur-Mu, sebagai imam, bruder dan suster. Tetapi Tuhan, tolong jangan anak saya yang dipanggil, sebab dia adalah anak tunggal (pria atau wanita)".
Terimakasih Tuhan atas karya-Mu yang agung ini!Dalam bacaan pertama hari ini dari Kitab Pertama Samuel, kepada kita diceritakan tentang Hana, seorang perempuan tua yang telah melahirkan anaknya Samuel. Samuel dilahirkan ketika Hana sudah dalam usia lanjut dan bahkan sudah divonis mandul. Untuk mendapatkan anak ini, Hana harus berdoa secara terus-menerus dan bahkan ia pergi meminta doa dan berkat Tuhan melalui imam Eli di Silo. Dan Hana juga pada waktu itu melakukan janji atau nazar bahwa jika Tuhah memberikan seorang anak kepadanya, maka ia akan menyerahkan kembali anak itu kepada Tuhan. Tuhan mendengarkan doa Hana dan mengabulkannya. Setelah Hana melahirkan anaknya, Samuel, ia ingat akan janjinya dulu. Maka Hana pun setelah menyapih anaknya, ia pergi lagi ke Silo untuk menjumpai imam Eli. Ia datang untuk menepati janjinya, menyerahkan anaknya kepada Tuhan, sambil menyerahkan juga hasil karyanya berupa lembu jantan, tepung dan anggur. "Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan Tuhan telah memberikan kepadaku apa yang kuminta daripada-Nya. Maka aku pun menyerahkannya kepada Tuhan; seumur hidupnya terserahlah anak ini kepada Tuhan."
Hana seorang beriman. Ia percaya kepada Tuhan yang mampu menyelesaikan segala permasalahan hidupnya. Ia mandul, namun Tuhan memberikan seorang anak kepadanya. Atas karunia anak inilah Hana bersujud dan menyembah Tuhan, mengucap syukur atas karya agung Allah ini. Aksi nyata yang dilakukan Hana adalah ia ingat akan janjinya kepada Tuhan, dan kini dia membuktikan janji itu. Menepati janji kepada Tuhan adalah sebuah pujian dan syukur kepada-Nya atas karya-karya agung yang dilakukan Tuhan di dalam hidup seseorang.
Demikian halnya dengan Maria. Maria telah mengandung dari Roh Kudus, hal yang tidak pernah terpikirkan oleh manusia. Pertanyaan Maria kepada malaekat Gabriel, "Bagaimana mungkin hal itu terjadi, sebab aku belum bersuami?" telah dijawab oleh Tuhan. Karena jawaban Tuhan itulah maka Maria pun bernazar untuk melakukan segala kehendak Tuhan sebagai seorang hamba. "Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku seturut perkataanmu itu!"
Atas pemenuhan janji Allah kepada dirinya, Maria memuji Tuhan di hadapan saudaranya Elisabeth. "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya." Pujian Maria didasarkan pada karya-karya agung Allah atas dirinya. Peristiwa penjelmaan (inkarnasi) Putera Allah menjadi manusia merupakan karya agung Tuhan untuk mengatasi hambatan manusiawi kita, yakni ketidakmampuan manusia untuk mengalahkan dosa. Sebab dengan berdosa, sesungguhnya manusia sudah menjadi budak dosa dan tidak mampu membebaskan dirinya dari cengkeraman dosa itu. Dengan kedatangan Yesus di tengah dunia melalui Maria yang melahirkan, Ia membebaskan manusia dari penjara dosa itu. Oleh penebusan Yesus itulah, maka manusia pun dapat menikmati kebebasan sebagai anak-anak Allah.
Beberapa hari lagi kita akan merayakan natal, merayakan kelahiran Yesus. Inilah momentum untuk kita menyadari kembali seraya mensyukuri perbuatan-perbuatan agung Tuhan yang sudah dilakukan-Nya bagi kita, secara khusus kelahiran Yesus , Sang Penebus itu. Jika kita semakin menyadari akan karya Tuhan itu, maka semakin mendalam pula rasa syukur kita yang disampaikan kepada Tuhan. Janganlah kita bereforia dan bergembira hanya sebatas hal-hal dekoratif dan material: lampu natal yang gemerlapan, baju dan sepatul baru, makanan spesial dan kado natal yang diistimewakan. Akan tetapi, marilah kita merayakan NATAL KRISTUS dengan bertobat dan berbagi sukacita bersama mereka yang sedang mengalami kesedihan dan terpinggirkan, sakit dan terlantar.
Marilah kita memohon rahmat Roh Kudus agar mampu menghayati Sabda Tuhan ini dengan baik di dalam kehidupan kita sehari-hari.
Salam dan berkatku,
Pastor Paroki EKUKARDO,
P. Kris Sambu, SVD
Komentar
Posting Komentar