ORANG YANG MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH TETAP HIDUP SELAMA-LAMANYA
Renungan Hari Kamis, 30 Desember 2021
Hari Keenam Oktaf Natal (P)
1Yoh. 2:12-17; Luk. 2:36-40
Santu Yohanes dalam suratnya yang pertama hari ini mengalamatkannya kepada kita umat beriman, yang disapanya sebagai anak-anak, bapa-bapak, dan orang-orang muda. Bahkan sebanyak dua kali diulangi oleh Yohanes dengan kata-kata dan isi serupa. Hal ini mau menunjukkan betapa pentingnya apa yang disampaikan oleh Yohanes tentang kehidupan iman ini. Yohanes dengan penuh rasa syukur mengungkapkan bahwa anak-anak telah diampuni dosanya; bapak-bapak telah mengenal Allah dari mulanya; dan orang-orang muda telah mampu mengalahkan yang jahat. Dari semuanya itu disimpulkan agar kita semua: anak-anak, bapak-bapak, orang-orang muda untuk jangan membiarkan diri digiring ke dalam kehidupan dunia. Sebab bagi Yohanes, dunia itu identik dengan dosa, kejahatan, hal-hal yang bertentangan dengan kehidupan iman. Sehingga menurut Yohanes, jikalau seseorang sudah terseret ke dalam kehidupan dunia, maka ia akan kehilangan kasih kepada Bapa (Allah). Bagi Yohanes, semua orang yang ada di dalam dunia dipastikan hidup menurut keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup. Semuanya itu berasal dari dunia. Bukan berasal dari Bapa (Allah). Orang yang hidup seturut dunia, kehilangan rahmat, lenyap hidupnya; sebaliknya orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya. (1Yoh.2:17).
Nabi Hana bersama bayi Yesus
Dalam injil Lukas hari ini dikisahkan tentang Hana, seorang nabi perempuan yang sungguh-sungguh mengabdikan dirinya bagi Allah dan sesama setelah kematian suaminya. Ia melayani Allah dengan berpuasa dan berdoa; dan dalam seluruh hidupnya ia sangat mengandalkan dan mengutamakan Tuhan. Itulah penyerahan diri yang utuh kepada Tuhan menjadi karakter dasar hidupnya. Artinya dia meninggalkan "keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup" (1Yoh.2:15) dan melakukan kehenda Allah.
Totalitas penyerahan diri nabi Hana ini yang memampukan dia untuk mengenali Mesias yang datang dalam diri Kanak Yesus, dan ia memberitakan tentang Kanak Yesus itu kepada semua orang yang sedang menantikan kelepasan Yerusalem.
Pada momen ini kiranya kita bisa bertanya diri bahwasanya kita sudah beriman kepada Yesus. Apakah saya sudah secara total mengandalkan dan mengutamakan Allah dalam hidup ini? Ataukah saya masih cenderung untuk hidup di dalam dunia: dalam keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan diri yang tinggi? Seringkali kita sangat kompromistis untuk tidak menyerahkan diri kepada Tuhan secara total, dengan alasan banyak kesibukan pekerjaan, kurang pendidikan dan minim pengalaman, merasa diri tidak pantas untuk bekerja bersama Tuhan, dan sebagainya. Ingatlah pesan Tuhan bahwa jika orang mengasihi dunia maka ia tidak memiliki kasih akan Bapa; sebaliknya orang yang mengasihi dan melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.
Marilah kita memohon rahmat Roh Kudus agar memampukan kita menghayati Sabda-Nya dalam kehidupan sehari-hari dengan baik.
Salam dan berkat,
Pastor Paroki EKUKARDO,
P. Kris Sambu, SVD
Komentar
Posting Komentar