KESELARASAN ANTARA PERKATAAN DAN PERBUATAN
Renungan Hari Rabu, 29 Desember 2021
Hari kelima dalam Oktaf Natal
1 Yoh. 2:-11; Luk. 2:22-35
Bacaan-bacaan suci hari ini menginspirasi kita untuk merenungkan perjalanan hidup kita yang sesungguhnya. Sabda Allah menjadi pedoman dan arahan yang tepat agar di dalam hidup ini kita memiliki orientasi yang tepat. Ada keselarasan antara apa yang kita katakan dengan apa yang kita lakukan. Antara perkataan dan perbuatan harus berjalan seiring. Jangan sampai kita hanya baik dan indah diungkapkan dalam kata-kata ketika kita berbicara atau berdoa, akan tetapi dalam perbuatan nyata jauh dari apa yang kita katakan itu.
Santu Yohanes dalam bacaan pertama memberikan peringatan tegas kepada kita sebagai orang-orang beriman bahwa jika kita mengatakan 'mengenal Allah' maka kita harus menuruti perintah-perintah-Nya. Sebaliknya jika seseorang mengatakan bahwa ia mengenal Allah tetapi tidak menuruti perintah-Nya maka ia adalah seorang pendusta dan tidak ada kebenaran di dalam dia. Yohanes membuat pembedaan antara orang yang hidup dalam kebenaran yakni menuruti perintah Allah, disebutnya orang yang hidup di dalam terang. Sedangkan orang yang hidup tidak sesuai dengan kebenaran ajaran Allah maka ia adalah orang yang hidup di dalam kegelapan. "Barangsiapa berkata bahwa ia berada di dalam terang, tetapi membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang. Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada dalam terang, dan dalam dia tidak ada penyesatan. Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya."
Yesus Dipersembahkan di Bait AllahPenginjil Lukas mengedepankan beberapa tokoh yang hidup di dalam terang itu, yakni mereka yang memiliki keselarasan hidupnya antara perkataan dan perbuatan mereka. Mereka itu adalah Maria dan Yosef serta Simeon. Maria dan Yosef sebagai orngtua Yesus, berusaha menghayati hidup keagamaannya dengan sebaik-baiknya, dan hal itu ditunjukkan dengan tindakan nyata mereka yang benar pula. Mereka mentaati hukum taurat yakni membawa anak sulung mereka ke Bait Allah untuk dikuduskan bagi Tuhan, dengan berbagai tuntutan hukum lainnya. Ada keselarasan antara pengakuan iman mereka dan perbuatan nyatanya. Sedangkan Simeon yang menantikan kehadiran Mesias terus bertekun dalam doa sampai tiba saatnya Roh Kudus mengarahkan dia ke Bait Allah utuk menyambut Mesias itu. Dia mampu menepati nazarnya untuk menyaksikan kedatangan Mesias itu dengan hidup secara benar dan saleh di hadapan Allah dan manusia. Sebab itu Simeon mampu mengenali Mesias sebab dia "menuruti Firman-Nya" dan di dalam dia "kasih Allah sungguh sempurna"(1Yoh.2:4-5). Hatinya berada dalam terang dan pastilah mengasihi saudaranya. Terang itulah yang membukakan mata hatinya untuk mengenali Mesias. Kesejatian dan ketulusan terpancar kuat dalam diri Simeon.
Tidak jarang di dalam hidup ini kita jumpai banyak orang yang mementingkan perkataan, menyusun doa-doa lisan dengan kata-kata indah dan puitis, sangat aktif dalam acara-acara rohani, mengesankan banyak orang dengan pengajaran lisan yang mengesankan dan penuh humor-humor yang menyegarkan; namun sangat miskin di dalam tindakan dan perilaku kasih terhadap sesama, terhadap orang miskin dan yang membutuhkan. Tidak ada kepekaan dan kepedulian yang konkrit. Di sini nampak bahwa antara perkataan dan perbuatan ada jurang yang dalam serta lebar. Menurut versi Santu Yohanes hari ini dalam bacaan pertama, orang semacam ini sesungguhnya tidak mengenal Allah, tidak berada di dalam Allah, tetapi ia berada di dalam kegelapan. Sebab "kegelapan telah membutakan matanya" (1Yoh.2:11). Orang seperti ini tidak bisa mengenali Sang Mesias dalam tampilan insani-Nya.
Marilah kita memohon anugerah Roh Kudus agar memampukan kita untuk menghayati pesan Sabda-Nya ini di dalam hidup kita sehari-hari.
Salam dan berkat,
Pastor Paroki EKUKARDO,
P. Kris Sambu, SVD
Komentar
Posting Komentar