BAGI TUHAN TIDAK ADA YANG MUSTAHIL
Renungan Hari Kamis, 23 Desember 2021
Hari Biasa Khusus Pekan IV Adven
Mal. 3:1-4; 4:5-6; Luk. 1:57-66
Dalam hidup ini pada kenyataannya kita manusia sesungguhnya mengalami banyak mukjizat dan perbuatan agung yang dikerjakan Tuhan bagi kita. Ada banyak kejadian dan pengalaman, bahwa kita secara manusiawi tidak mungkin bisa memikirkan suatu hal yang tidak mungkin dikerjakan, namun ketika kita merenungkan dan mendalami dalam iman, ternyata Tuhan turut campur tangan dalam banyak urusan kita. Semuanya itu bisa disadari dan dipahami jikalau kita memiliki iman yang benar dan teguh.
Nabi Maleakhi dalam bacaan pertama hari ini menggambarkan kedatangan Mesias ibarat api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. Artinya Mesias yang datang akan membawa rahmat sebagai pemurnian, pentahiran, dan penyucian atas segala dosa. Dosa-dosa dan segala penyebab kedosaan serta akibat dosa-dosa itu turut disembuhkan, dibersihkan, dan dihapus. Jika dosa-dosa dan segala akar penyebab serta akibatnya sudah dicabut, disembuhkan dan dimurnikan, tentu akan dirasakan kebahagiaan yang sangat besar. Itu alasan manusia bersukacita, bergembira dan merayakan kebahagiaan itu dengan puji-pujian dan nyanyian syukur.
Namanya Yohanes
Dalam bacaan injil semuanya itu menjadi nyata dan jelas. Zakharia dihukum menjadi bisu karena berdosa terhadap Tuhan, dia tidak percaya kepada warta malaekat akan kelahiran anaknya Yohanes. Alasan Zakharia bahwa dirinya sudah tua dan Elisabeth, isterinya sudah mati haid, sesungguhnya tidak berlaku bagi Tuhan. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Sebab hal-hal yang mustahil bagi manusia dapat diatasi dan diselesaikan oleh Tuhan Allah dengan kuasa-Nya. Ini harus dipercaya oleh manusia. Oleh sebab itu, kelahiran Yohanes Pemandi merupakan pencurahan rahmat Allah bagi dunia pada umumnya, dan bagi Zakharia khususnya. Zakharia disucikan kembali dari noda dosa ketidakpercayaannya, dia disembuhkan dan dapat berbicara lagi.
Dalam kehidupan sehari-hari, sekian sering kita terlalu mengandalkan kemampuan diri sendiri. Kita berusaha bekerja siang dan malam, bahkan sampai melupakan hari Tuhan (Misa hari Minggu, hari raya, dan sebagainya) dengan alasan bahwa kita masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kita juga seringkali menolak tugas-tugas gerejani dengan alasan kita terlalu sibuk, tidak punya waktu untuk pekerjaan "tambahan" seperti itu: jadi ketua KBG, ditolak; jadi pendamping SEKAMI, tidak bersedia; jadi ajuda, takut salah; jadi lektor/lektris, mata kabur, ........banyak alasan yang kita kemukakan hanya karena kita terlalu merasa diri sibuk dan waktu kita tersita. Namun, Tuhan senantiasa adil. Dia selalu memberikan berkat dengan cara-Nya sendiri kepada mereka yang setia mengabdi tanpa pamrih. Ada kesehatan yang baik, pekerjaan biar sederhana tapi membawa hasil memuaskan, anak-anak berhasil dalam studi, suasana rumah tangga (keluarga) selalu rukun dan damai. Ada kebahagiaan. Itulah berkat Tuhan. Itulah campur tangan Allah. Rasanya mustahil jika dipikirkan secara manusiawi: anak yang sederhana, orangtua bersusah payah cari uang, toh sukses pada waktunya; sementara yang lain orangtua berpunya, uang bukan kendala, tapi anaknya gagal dalam studi, malah buat skandal, narkoba, dan sebagainya. Yang mustahil bagi manusia, bagi Allah selalu bisa. Asal kita percaya dan memberi diri bagi Tuhan dan sesama.
Pribadi Maria, Elisabeth dan Zakharia yang bertobat, adalah contoh-contoh orang-orang beriman yang mendapat campur tangan Tuhan di dalam hidup mereka. Kiranya kita juga sebagai orang beriman, belajar dari mereka itu. Berilah diri kita untuk Tuhan dan sesama tanpa pamrih, di dalam hal sekecil apapun, Tuhan akan memperhitungkannya. Sebaliknya jika kita terlalu merasa 'kekurangan' dalam hidup ini dan tidak lagi ingat akan kebaikan dan campur tangan Allah, maka kita pun sulit untuk memberi diri bagi Tuhan dan sesama. Maka kita pun akan mendapatkan rahmat Allah dalam takaran yang terbatas juga.
Marilah kita memohon rahmat Roh Kudus agar memampukan kita menghayati Sabda-Nya ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Natal menjadi momentum kesadaran kita akan campur tangan Allah yang menyelamatkan diri kita dari kematian dan dosa.
Salam dan berkatku,
Pastor Paroki EKUKARDO,
P. Kris Sambu, SVD
Amin...maksh byk
BalasHapus...