REVOLUSI ROHANI: KESADARAN BARU AKAN KEHADIRAN ALLAH
Renungan Hari Jumat, 19 Nopember 2021
1Mak. 4:36-37.52-59; Luk. 19:45-48
Dalam periode pertama kepemimpinan Presiden Jokowi, beliau mengusung salah satu program kerjanya yakni "revolusi mental'. Mentalitas masyarakat harus ditempa dan diubah. Masyarakat malas dan suka tadah tangan menerima bantuan, didorong untuk bekerja dengan giat dan bisa menghasilkan sesuatu yang berguna bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Mentalitas koruptif ditempa untuk bisa menjadi jujur dan adil terhadap sesama dan masyarakat. Mentalitas provokatif dan suka menebar api kebencian, diubah untuk menjadi pencinta damai dan pembawa kerukunan. Semuanya itu dapat terjadi jikalau ada kemauan yang kuat dan kesadaran yang penuh untuk sebuah perubahan. Perubahan yang dapat membawa kesejahteraan dan ketenangan bagi masyarakat dan orang banyak. Dalam kepedulian terhadap situasi yang mengancam dan tidak kondusif, kita didorong untuk mencari jalan perubahan tersebut.
Pengalaman Yudas Makabe dalam bacaan pertama hari ini, menunjukkan bahwa ia begitu peduli dengan keadaan dan kondisi Bait Allah, tempat ibadat mereka kepada Yahwe, Tuhan Allahnya. Bait Allah adalah tempat suci dan kudus bagi bangsa Yahudi dan menjadi tempat di mana para imam agung secara teratur satu kali setahun mempersembahkan korban kudus kepada Allah. Dari mimbar Bait Allah juga ajaran-ajaran Musa disampaikan kepada umat Yahudi dan menyadarkan mereka bahwa di tempat inilah Allah hadir menyertai mereka. Oleh sebab itu Yudas Makabe bersama para prajuritnya merasa terpanggil untuk membangun kembali dan menyucikan Bait Allah yang telah hancur dan dicemarkan oleh para musuhnya. Inilah revolusi rohani yang membawa kesadaran baru akan kehadiran Allah.
Lebih jauh dan mendalam, Yesus di dalam injil hari ini sungguh-sungguh mempertahankan kesucian rumah Allah itu dengan mengusir para pedagang di Bait Allah, yang dianggap-Nya seperti para penyamun saja. "Rumah-Ku adalah rumah doa, tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun."(Luk.19:46). Yesus mengungkapkan kemarahan-Nya sebab bangsa-Nya sendiri sudah tidak tahu menghargai Rumah Bapa-Nya, telah disalahgunakan sebagai tempat berdagang dan berjualan. Tidak beda dengan sarang penyamun. Yesus membawa sebuah revolusi rohani dan menegaskan bahwa Allah hadir di dalam Rumah doa ini. Yesus pun dalam banyak kesempatan mengajarkan hukum-hukum ilahi melalui mimbar Bait Suci ini. Yesus mengajarkan dari Bait Allah akan praktek-praktek kebenaran dan kebajikan sebagai penghayatan hidup keagamaan kita, yakni dengan bersikap terbuka terhadap Allah dan Firman-Nya. Keterbukaan hati kita terhadap kehendak Allah merupakan sebuah kesadaran diri bahwa hati kita adalah Bait Allah itu sendiri. Sebagai Bait Allah maka hati kitapun perlu dibersihkan dan disucikan dari hari ke hari.
Bait Allah tempat Allah berdiam. Hati manusia beriman adalah tempat Roh Allah tinggal. Oleh sebab itu, Rumah Tuhan janganlah menjadi tempat penyebaran kejahatan, gosip, tempat bermain, tempat rekreasi, tempat melakukan provokasi tentang rencana-rencana jahat. Tetapi jadikanlah Rumah Tuhan (Gereja - Bait Allah), tempat kita mewartakan cinta kasih, kerukunan dan damai, belaskasihan dan pengampunan, kepedulian dan solidaritas. Demikianlah 'hati' kita yang menjadi Bait Roh Kudus, janganlah dicemarkan dengan pikiran-pikiran jahat, benci, balas dendam, nita-niat buruk, pengkhinatan dan berbagai dosa lainnya. Biarkanlah hati kita memancarkan nyala api kasih dan pengampunan ilahi, sehingga semakin banyak orang diselamatkan kembali karena ada kesadaran baru akan kehadiran Allah. Itulah revolusi rohani.
Marilah kita memohon rahmat Roh Kudus yang memampukan kita menghayati Sabda-nya ini dalam kehidupan kita sehari-hari.
#RevolusiRohaniKesadaranBaruAkanKehadiranAllah
Salam dan berkat Pastor Paroki EKUKARDO,
P. Kris Sambu SVD
Komentar
Posting Komentar