PERTOBATAN MEMBAWA KEHIDUPAN KEHIDUPAN KEKAL

 Renungan Hari Sabtu, 20 Nopember 2021

1Mak. 6:1-13; Luk. 20:27-40

Selagi orang masih kuat tenaganya, masih memiliki harta kekayaan dan uang, masih mempunyai kekuasaan dan jabatan, masih dikitari oleh para pendukung, dan sebagainya....ia merasa diri sebagai yang paling hebat. Siapapun tidak dihiraukannya. Keangkuhan semacam ini mendorongnya juga untuk merampas hak-hak orang lain dan menjadikan semuanya itu miliknya sendiri. Dia menjadi rakus dan serakah. Namun setelah dia berhadapan dengan orang lain yang lebih kuat, memiliki kekuasaan yang lebih tinggi, ternyata dia melempem, tidak berdaya dan akhirnya jatuh di dalam frustrasi dan tekanan batin tidak terhindar. Apalagi ia harus berhadapan dengan Sang Penguasa itu sendiri, Tuhan Allah.

                                                  Kebangkitan membawa cahaya kehidupan baru

Bacaan pertama hari ini melukiskan karakter raja Antiokus sebagaimana dilukiskan di atas. Dia memuji dirinya sebagai raja yang paling baik hati, namun dalam kenyataannnya justru ia dikenal sebagai raja yang paling kejam, rakus dan berambisi tinggi. Kesadaran akan kekurangan dirinya muncul pada saat menjelang kematiannya. Ternyata dalam perjalanan hidupnya di masa lampau sebagai raja penuh dengan kenistaan yang menjadi penyebab penderitaannya saat ini. Dia mau bertobat. "Sekarang aku menjadi insyaf bahwa semuanya itulah sebanya aku ditimpa malapetaka ini. Sungguh aku sekarang ini jatuh binasa di negeri yang asing dengan amat sedih hati."(1Mak.6:13). Ia menyesali atas perbuatannya agar tidak menjadi halangan baginya untuk memasuki kehidupan abadi.

Di dalam injil orang-orang Saduki yang tidak percaya akan kebangkitan bertanya kepada Yesus untuk menguji-Nya. Pertanyaan jebakan mereka terhadap Yesus sesungguhnya hendak menunjukkan ketegaran hati mereka yang menolak ajaran-Nya. Akan tetapi jawaban Yesus telah membuka hati dan budi mereka bahwa orang di dunia kawin dan dikawinkan, namun orang yang dianggap layak mendapat bagian di dalam kebangkitan orang mati tidak lagi kawin dan dikawinkan. Inilah makna kebangkitan yakni kehidupan sebagai anak-anak Allah. Anak-anak Allah yang telah mengalami kebangkitan, bagi mereka tidak penting lagi perihal kekayaan, kenikmatan duniawi, kekuasaan dan jabatan. Mereka hanya memandang wajah Allah yang menghidupkan dan membahagiakan mereka mmelalui kebangkitan. Maka sesungguhnya orang Saduki pun harus bersikap seperti raja Antiokus untuk menyesali dan bertobat. Sebab hanya melalui pertobatan akan membawa kita kepada kehidupan kekal.

Marilah kita memohon rahmat Roh Kudus agar memampukan kita memahami dan menghayati Sabda-Nya di dalam kehidupan kita sehari-hari.

Salam dan berkat Pastor Paroki EKUKARDO,

P. Kris Sambu SVD 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

INILAH TUBUH-KU, INILAH DARAH-KU

TERANG YANG BENAR MENGHALAU KEGELAPAN DOSA

BETAPA DAHSYATNYA DOA ITU