PERBUATLAH DEMIKIAN, MAKA ENGKAU AKAN HIDUP

Renungan Hari Senin, 04-10-2021
PW. Santo Fransiskus Asisi 
Yun. 1:1-7;2:10; Luk. 10:25-37

Hidup kekal atau kebahagiaan abadi atau keselamatan kekal merupakan harapan yang hendak dicapai oleh semua orang beriman. Manusia beriman yakin akan sebuah kehidupan baru pada akhir zaman. Kehidupan akhir zaman merupakan jaminan kekal untuk setiap orang yang percaya kepada ajaran-Nya. Untuk mencapai harapan dan cita-cita ini manusia harus melakukan atau menghayati Sabda-Nya selama hidup di dunia ini. Sabda Yesus sebagai dasar hidup kekal itu adalah melakukan cinta kasih. Cinta kasih menjadi hukum utama dan pertama yang tertulis di dalam kitab Taurat. Sehingga kepada seorang ahli taurat yang hendak mencobai Yesus tentang cara untuk mencapai hidup kekal, Yesus bertanya balik kepadanya, apa yang engkau baca di dalam hukum taurat. Ternyata dia sudah membaca dengan baik tentang hukum cinta kasih. Kasih kepada Allah dengan segenap hati, akal budi, seluruh diri; dan juga cinta kepada sesama ibarat mencintai diri sendiri. Jawaban itu diamini oleh Yesus. Hanya belum lengkap yakni si ahli taurat itu belum melaksanakannya. Sebab itu Yesus berpesan kepadanya, "Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup."

Bagaimana melakukan kasih itu supaya bisa hidup? Itu pertanyaan lanjut dari ahli taurat tadi. Maka Yesus menjawabnya dengan sebuah contoh tentang seseorang yang sedang bernasib sial, dirampok dan dipukuli sampai setengah mati. Jelas, orang ini harus mendapat pertolongan dari sesamanya. Siapakah sesamanya? Sesamanya adalah orang yang dengan cinta tulus membantunya. Ada imam yang lewat dan lihat orang malang itu, tapi enggan membantu. Demikian pula orang Lewi, lihat si malang itu, namun lewat saja. Mereka tidak menjadi sesama bagi orang yang menderita ini. Kecuali ORANG SAMARIA, melihat orang malang itu lalu menolongnya dengan segenap hati. Itulah penghayatan cinta kasih yang tulus. Dialah sesama bagi orang yang malang itu. 

Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa sampai dewasa ini nasib orang-orang malang itu masih ada di sekitar kita. Ada yang sakit, miskin harta, miskin rohani, ada yang stres sampai gila, ada yang putus asa karena di-PHK dari pekerjaan akibat covid-19, ada yang menderita karena keluarga 'broken', iya masih banyak orang yang membutuhkan pertolongan. Siapakah yang bersedia menjadi sesama bagi mereka? Siapakah yang mau menjadi "orang Samaria" bagi mereka? 
Kita para pengikut-Nya dipanggil dan diutus untuk bisa menjadi "oramg samaria" bagi sesama kita yang bernasib kurang beruntung ini sesuai situasi dan kondisi kita, sesuai dengan budaya dan lingkungan kita. Kita menjadi penolong sesama dengan berbuat kasih yang nyata. Pertolongan kita yang tulus akan menjadi berkat bagi sesama yang membutuhkan; sekaligus menjadi "tiket" bagi kita untuk mencapai hidup kekal. Yesus berpesan kepada ahli taurat tadi, "Perbuatlah demikian (melakukan kasih), maka engkau akan hidup."

Berdoa dan beribadah saja belum cukup sebagai murid Tuhan, tetapi melakukan kasih di dalam hidup sehari-hari itulah jaminan keselamatan kekal. Sesama yang menderita bisa saja dia yang bersama kita di dalam rumah/keluarga, komunitas, tetangga KBG, rekan kerja, teman bermain, dan siapa saja yang kita jumpai dalam kehidupan ini. 

Santu Fransiskus Asisi yang pestanya diperingati hari ini sudah melakukan kasih itu dengan segenap dirinya. Dialah "orang samaria" dalam Gereja yang patut dicontohi. 

Marilah kita memohon  rahmat Roh Kudus dan doa Santu Fransiskus Asisi serta doa Bunda Maria agar memampukan kita menghayati Sabda-Nya ini dalam kehidupan kita sehari hari. 

#MelakukanKasihUntukHidupKekal

Salam dan berkat 
Pastor Paroki EKUKARDO, 
P. Kris Sambu SVD 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

INILAH TUBUH-KU, INILAH DARAH-KU

TERANG YANG BENAR MENGHALAU KEGELAPAN DOSA

BETAPA DAHSYATNYA DOA ITU