MEREKA TIDAK SANGGUP MEMBANTAH-NYA

 Renungan Hari Jumat, 29-10-2021

Rom. 9:1-5; Luk. 14:1-6

Seorang bapak membuat peraturan di rumahnya. Selama waktu makan, tidak ada satu orang pun berbicara. Alasannya, demi sopan santun, juga supaya jangan sampai ada nasi yang tersembur dari mulut. Jadi segala sesuatu yang akan dibicarakan nanti setelah acara makan selesai. Suatu hari karena bapa dan mama adalah pegawai kantoran, maka di rumah hanya ditinggalkan anak-anak mereka yang berumur 6 dan 4 tahun. Dengan harapan (dan selama ini terjadi demikian), si kakaklah yang selalu menjaga adiknya. Hari ini adalah hari yang sial dan sangat tidak beruntung bagi mereka. Nah, ketika sang ayah pulang dan langsung menuju meja makan. Anaknya yang sulung berlari-lari sambil berteriak, "Bapak, bapak... "

"Husss diam. Bapak mau makan. Ingat itu." kata ayahnya. 

Anaknya diam. Sementara bapaknya lagi makan, anaknya panggil lagi, "Bapak... "

"Eiii tidak ingat pesan bapak, klo lagi makan tidak ada yang berbicara." kata sang ayah. 

Setelah makan, sang ayah bilang sama anaknya, "Apa yang mau nak bicarakan?"

Anaknya dengan linangan air mata, berkata, "Bapak, adik jatuh di dalam sumur di belakang rumah kita!"

Sontak kagetnya, bapak itu segera berlari ke arah sumur, tetapi semuanya sudah terlambat. Anaknya sudah tewas. 

Yesus dalam injil hari ini sudah tidak lagi pakai kiasan berbicara kepada orang farisi dan ahli taurat tentang aturan hari sabat yang tidak membebaskan manusia. Aturan hari sabat tidak lagi menyelamatkan. Karena terlalu kaku dijalankan oleh manusia (paksaan orang farisi dan ahli taurat). Yesus sudah berulang kali katakan kepada mereka bahwa hukum dan peraturan harus mengutamakan kasih dan keselamatan manusia. Oleh sebab itu hari ini Yesus berkata terus terang, "Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik keluar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari sabat?"

Mereka tidak sanggup membantah-Nya. 

Kita butuh aturan dan hukum untuk menjadi pedoman dan petunjuk hidup kita. Namun dalam pelaksanaannya masih perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi manusia. Apabila terlalu kaku, maka akibatnya bisa terlambat semua (ingat cerita di atas). Melanggar aturan demi keselamatan manusia yang sedang dalam kondisi emergency, kiranya tidak ada alasan untuk membatalkan atau mempersalahkan. Kepentingan manusia harus diutamakan. Namun kiranya tidak dengan sengaja kita mengabaikan hukum dan peraturan, sebab jika terjadi demikian maka akan terjadi kekacauan dalam kehidupan yang tidak memiliki hukum dan peraturan. 

Marilah kita memohon rahmat kekuatan Roh Kudus agar memampukan kita menghayati Sabda-Nya ini dalam kehidupan kita sehari hari dengan baik dan benar. 

#MerekaTidakSanggupMembantahNya

Salam dan berkat

Pastor Paroki EKUKARDO, 

P. Kris Sambu SVD 

Komentar

  1. Balasan
    1. Terima kasih pater atas siraman Rohani ini. Jujur saja, berhadapan dengan dengan situasi yang hampir serupa fengan cerita di stas terkadang di dalam kelurga orang tua dengan segudang aturan yang kaku dan tidak fleksibel membuat anak2 tidak diberi ruang untuk mengatakan yang sebenarnya sesuai dunia anak2 , akibatnya orang tua akhirnya malu dgan dirinya sendiri, karena aturan yang dibuatnya, bukan un uk keselamatan anak2. tapi untuk aturan itu sendiri.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

INILAH TUBUH-KU, INILAH DARAH-KU

TERANG YANG BENAR MENGHALAU KEGELAPAN DOSA

BETAPA DAHSYATNYA DOA ITU