MEMBANGUN KELUARGA YANG BAHAGIA

 Renungan Hari Minggu Biasa XXVII, 03 Oktober 2021

Kej. 2:18-24; Ibr. 2:9-11; Mrk. 10:2-6


Semua orang ingin menggapai cita-cita hidup yang bahagia. Bisa jadi ada yang merasa bahagia jika dia memiliki banyak harta, banyak uang, ada fasilitas yang cukup seperti kendaraan, rumah, dan sebagainya. Mungkin ada yang merasa bahagia karena memiliki pekerjaan yang mapan, punya posisi bagus dalam lembaga tertentu ataupun dalam masyarakat. 

Tetapi ada aspek lain yang turut menentukan kebahagiaan hidup kita. Yaitu sebuah persekutuan hidup bersama, entah persekutuan hidup berkeluarga, berkomunitas, kelompok masyarakat tertentu, dan sebagainya. Membangun persekutuan hidup bersama sampai pada kualitas "bahagia" tidaklah mudah. Butuh proses dan perjuangan yang panjang bahkan seumur hidup. Ada jatuh bangun, gagal sukses, gembira dan kecewa.... Sering tampil silih berganti ibarat dua sisi keping mata uang. Artinya dua kenyataan ini, hal positif dan negatif dalam hidup ini tidak dapat dianggap remeh atau apa lagi dianggap tidak ada. 

Bacaan-bacaan suci pada Minggu Biasa XXVII  hari ini secara khusus mengemukakan tentang kehidupan keluarga, pasangan suami isteri dan membangun persekutuan hidup bersama yang bahagia. Untuk mencapai kehidupan yang bahagia, para pasangan suami istri harus dan mutlak membangun relasi yang baik di antara mereka, dan juga relasi yang baik dengan anak-anak. Tentu saja pada gilirannya relasi yang baik dengan tetangga, keluarga besar, dan semua orang. 

Apakah ada yang salah dengan kehidupan suami isteri sehingga orang Farisi mengajukan pertanyaan kepada Yesus tentang perceraian? "Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?" 

Hukum Taurat sudah menetapkannya, bahwa tidak boleh menceraikan, kecuali karena zinah. Namun motivasi pertanyaan mereka sesungguhnya hanya mau mencobai Yesus. Oleh sebab itu jawaban Yesus menukik pada hati dan pikiran mereka, "Karena kedegilan hatimu kamu berbuat demikian!" Sebab Yesus pun menegaskan bahwa dalam perkawinan, seorang laki-laki dan seorang perempuan memang sudah disatukan sehingga menjadi satu daging dan tidak terceraikan. 

Perkawinan itu adalah sebuah institusi yang suci, sebab Allah sendiri yang meneguhkan perkawinan dua manusia beriman ini. "Apa yang telah dipersatukan oleh Allah, janganlah diceraikan oleh manusia." Namun manusia karena kedegilan hati, egoisme dirinya, suka menang sendiri, mencari enaknya saja, dan dengan berbagai dalil menuntut perceraian. 

Ikatan perkawinan dalam Gereja Katolik sudah sangat jelas cirinya: monogami dan indissolubilitas artinya hanya dengan satu pasangan hidup dan tidak terceraikan oleh alasan apapun kecuali kematian. Akan tetapi fakta kehidupan perkawinan katolik saat ini, tidak sedikit yang menggugat di pengadilan sipil maupun pengadilan Gereja (tribunal) untuk bercerai. Ada berbagai alasan yang dirasionalisasikan, sudah tidak cocok lagi, karena ada "unsur paksaan" sejak awal, karena perselingkuhan, karena alasan ekonomi, dan sebagainya. Melihat kenyataan ini, memang sangat memprihatinkan.

 Masihkah lembaga perkawinan katolik dijunjung tinggi sebagai sebuah Gereja Mini yang dibangun oleh Tuhan sendiri? 

Apakah ada usaha pembaharuan hidup perkawinan yang terus-menerus agar keutuhan keluarga bisa dipertahankan sekalipun menghadapi cobaan dan tantangan? 

Apakah para pasangan suami istri masih bersama-sama untuk sepakat memikul "salib keluarga" sebagai sebuah panggilan yang menuntut pengorbanan bersama? 

Marilah kita memohon rahmat kekuatan Roh Kudus sumber cintakasih agar menginspirasi keluarga-keluarga katolik untuk berjuang merawat kesetiaan hubungan dalam keluarga. Kita juga bersyukur kepada Tuhan atas kesaksian dan teladan hidup dari keluarga keluarga kristiani yang bertahan sampai kekal, sekalipun menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan. Mari kita mendoakan keluarga-keluarga kristiani yang sedang mengalami krisis dan masalah dalam kehidupan perkawinan mereka. 

Semoga teladan hidup Keluarga Kudus Nazareth selalu menjadi contoh dan kekuatan hidup keluarga kita, dan Allah Tritunggal sumber Cinta tetap menjadi dasar kehidupan keluarga kristiani. 

#MembangunKeluargaBahagia

Salam dan berkat 

Pastor Paroki EKUKARDO, 

P. Kris Sambu SVD 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

INILAH TUBUH-KU, INILAH DARAH-KU

TERANG YANG BENAR MENGHALAU KEGELAPAN DOSA

BETAPA DAHSYATNYA DOA ITU