AKU DATANG BUKAN UNTUK MEMBAWA DAMAI, TETAPI PERTENTANGAN
Renungan Hari Kamis, 21-10-2021
Rom. 6:19-23; Luk. 12:49-53
Belum lama ini cukup santer berita dan polemik tentang situasi Papua. Hal ini dipicu oleh pernyataan pernyataan miring oleh seorang pejuang hak asasi asal Papua, Natalius Pigai. Pernyataan miring yang cenderung melecehkan usaha dan perjuangan pemerintah (era presiden Jokowi) ini kemudian menuai tanggapan serius dari pihak orang Papua sendiri. Para ketua suku dan bahkan mantan anggota OPM (Organisasi Papua Mardeka) pun angkat bicara. Mereka sangat menghargai segala usaha dan perjuangan presiden Jokowi yang begitu besar memperhatikan dan membangun Papua selama ini. Oleh sebab itu segala pernyataan Pigai dianggap sebagai sebuah penyesatan. Mereka bahkan menolak dan mengancam Pigai untuk tidak boleh datang ke Papua, karena perjuangannya bukan untuk masyakarat Papua, melainkan demi popularitas diri pribadi. Jokowi sudah menjadi orang Papua yang selalu berusaha agar Papua dapat setara dengan wilayah NKRI lainnya.
Injil hari ini terdengar kontroversial sebab Yesus Sang Damai justru menyatakan bahwa Diri-Nya datang bukan untuk membawa damai, melainkan pertentangan. Api pertentangan itu sangat diharapkan segera dan terus bernyala.
Mengapa Yesus memberikan pernyataan demikian? Apakah Yesus seorang provokator?
Bukan. Yesus bukan memberi provokasi terhadap para murid-Nya dan semua orang yang sedang mengikuti Dia. Tetapi Yesus sedang memberikan sebuah proses edukasi iman yang radikal, tegas dan prinsipiil. Bahwasanya jika orang ingin mengikuti Dia (Tuhan) harus mampu melepaskan tali-tali pengikat yang membelenggu dirinya dengan berbagai persoalan duniawi: relasi kekeluargaan, status sosial dan jabatan, kekayaan dan harta milik, kenikmatan duniawi dan kecemerlangan prestasi, dan sebagainya. Tentu untuk bisa mengambil sikap radikal semacam ini akan menimbulkan pertentangan, perdebatan dan bahkan permusuhan. Yesus berani mengatakan bahwa semuanya itu dapat terjadi justru dengan orang orang terdekat: ayah melawan anaknya laki-laki, ibu melawan anak perempuannya, mertua melawan menantu, dan seterusnya. Dengan ini Yesus hendak mengatakan bahwa ikatan primordial duniawi tidak menjamin kedamaian dalam hidup kekal. Itulah sebabnya Yesus mengatakan Diri-Nya datang bukan untuk membawa damai, melainkan api pertentangan.
Memang berbicara tentang iman lebih pada persoalan relasi personal seorang pribadi dengan Tuhan. Sekalipun iman pribadi itu dihayati dalam sebuah persekutuan bersama. Akan tetapi persekutuan orang beriman berbeda dengan persekutuan primordialisme yang cenderung eksklusif pada kepentingan diri dan keluarga. Persekutuan iman adalah kebersamaan yang inklusif menjangkau setiap suku dan bangsa, menembusi berbagai sekat pembatas: budaya, bahasa, status sosial, pendidikan, kekayaan, dan sebagainya.
Marilah kita memohon terang Roh Kudus agar memampukan kita menentukan pilihan: berpihak kepada iman akan Tuhan atau kepada manusia dan dunia?
#AkuDatangMembawaApiPertentangan
Salam dan berkat
Pastor Paroki EKUKARDO,
P. Kris Sambu SVD
Terimakasih Pater
BalasHapusIo..ptr...maksh byk
BalasHapus