TUHAN, KEPADA SIAPAKAH KAMI AKAN PERGI?

 Renungan Hari Minggu, 22-08-2021

HARI MINGGU BIASA XXI

Yos. 24:1-2a.15-17.18b;

Ef. 5:21-32; Yoh. 6:60-69


Kita menemukan banyak cerita di dalam kehidupan sehari hari tentang orang-orang yang sukses setelah digembleng, dididik (bahkan dengan kekerasan) dan pada akhirnya orang-orang ini sukses. Biasanya cerita ini akan dilukiskan dengan sangat bersukacita dan penuh semangat oleh orang orang tersebut. 

Dulu, kalau om tidak paksa saya untuk bekerja, mungkin saya tidak jadi seperti ini. Sekalipun demikian om sama sekali tidak membenci saya, saya dikasihi seperti anak kandungnya sendiri. Terbukti, saudara-saudara sepupuku juga diperlakukan sama oleh om (ayah mereka). 

Keberhasilan sampai meraih masa depan yang baik, membutuhkan kesetiaan dan komitmen yang tegas. Banyak murid yang mengikuti Yesus, namun dengan motivasi yang rendah, hanya sekedar mendapatkan kemudahan, roti saat lapar, dan pemenuhan kepentingan pribadi, ingin dihormati sebagai murid Tuhan. Jika motivasi seperti ini, maka sewaktu-waktu akan dengan mudah meninggalkan orang yang kita ikuti, termasuk Tuhan sendiri. Tipe orang orang semacam ini sangat rentan bila dikecewakan atau idolanya dikalahkan. Sebaliknya, orang yang mengikuti Tuhan terdorong oleh rasa cinta terhadap-Nya dan apalagi sudah menemukan di dalam diri Dia kebenaran yang hakiki; dia tidak akan meninggalkan Kristus dan bahkan rela berkorban untuk membela-Nya. Simon Petrus sudah mengenal Yesus dan menemukan kebenaran sejati di dalam Diri-Nya. Baginya, Sabda Yesus adalah sabda kehidupan kekal, juga sekalipun ketika Sabda-Nya kedengaran keras dan mengusik ketenangan nuraninya. Memang tidak selamanya yang lembut dan nikmat itu mengandung kebenaran. Lihatlah Petrus, dia sungguh mencintai Yesus sshingga tidak ada alasan untuk meninggalkan Yesus. 

Demikian pula bangsa Israel yang telah merasakan cinta  Allah dalam wujud pembebasan dari tanah Mesir, tidak cukup alasan untuk berpaling kepada dewa dewa lain. Mereka berjanji di hadapan Yosua dan Tuhan ssndiri, "Jauhkanlah dari kami meninggalkan Tuhan untuk beribadah kepada allah lain" (Yos 24:16). 

Santu Paulus menggambarkan kasih setia Kristus kepada umat-Nya (Gereja) sebagai model dan inspirasi bagi kasih setia para pasangan suami istri. Seperti jemaat menghormati Kristus, demikian istri harus menghormati suaminya. Sebaliknya, seperti Kristus telah mengasihi jemaat dengan menyerahkan nayawa-Nya, demikian suami harus mengasihi istrinya (Ef. 5:24-25). 

Dalam kenyataan hidup sehari-hari dewasa ini banyak tantangan yang dapat menggoncangkan iman umat. Ketika berhadapan dengan masalah, segera menyerah kalah. Iman ditinggalkan. Pasangan suami istri mengajukan perceraian. Iman bisa berpindah pindah. Memang ini sungguh memilukan. Namun janganlah putus asa, sebab Tuhan pasti tetap menyertai dan membimbing perjalanan hidup iman kita. 

Marilah kita memohon rahmat kekuatan Roh Kudus agar memampukan kita menghayati Sabda-Nya ini dalam kehidupan kita sehari hari dengan baik dan benar. Kepada siapakah kami akan pergi, Tuhan? Pada-Mu ada hidup. 

#SalamYesusYangMengasihi 

#KepadaSiapakahKamiHarusPergi


Salam dan berkat 

dari Pastoran EKUKARDO, 

Kris Sambu SVD 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

INILAH TUBUH-KU, INILAH DARAH-KU

TERANG YANG BENAR MENGHALAU KEGELAPAN DOSA

BETAPA DAHSYATNYA DOA ITU