LAIN SELAMAT
Renungan Hari Rabu, 11-08-2021
PW St Klara dari Asisi, Perawan
Ul. 34:1-12; Mat. 18:15-20
Orangtua merasa bangga dan bahagia jika anak-anak mereka sukses dalam pendidikan, memperoleh pekerjaan yang layak, telah mendampingi mereka sampai jenjang perkawinan (membangun rumah tangga sendiri), ada yang menyiapkan tanah dan rumah kediaman yang nyaman. Singkatnya, para orangtua ini merasa bahagia karena dapat mewariskan masa depan yang aman untuk anak cucu di kemudian hari. Mereka tidak mengharapkan balas jasa atau ganti rugi atas pengorbanan yang telah mereka berikan. Sukacita mereka adalah melihat anak cucu berbahagia dan selamat.
Kisah Musa dalam bacaan pertama hari ini menceritakan hal serupa. Bertahun-tahun lamanya Musa berjuang dan berkorban untuk menghantar bangsa Israel keluar dan terbebas dari penjajahan Mesir. Musa mesti menghadapi pula berbagai tantangan dan persoalan dengan bangsanya sendiri yang tidak setia dan suka mengeluh, malahan mencela Musa dan Tuhan sendiri. Tetapi semuanya itu dihadapi an diterima oleh Musa dengan penuh iman, penuh tanggung jawab dan sukacita. Musa bersuka cita sebab bangsanya sudah terbebas dari tekanan Firaun di Mesir. Musa berbahagia sebab bangsanya akan memasuki tanah terjanji, Kanaan. Segala jerih lelah Musa hanya sampai di sini. Dia sendiri tidak sampai di tanah terjanji itu. Hanya dari atas gunung Nebo, Tuhan menunjukkan kepada Musa tanah terjanji itu. Hanya dengan mata Musa memandangnya. "Inilah negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub:..... Engkau boleh melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi engkau tidak akan menyeberang ke sana." Lalu Musa pun wafat. Musa berbahagia sekalipun tidak sampai tanah terjanji, tetapi bangsanya boleh selamat dan berbahagia.
Yesus dalam injil coba memberikan satu perspektif lain untuk membahagiakan sesama. Jika ada sesama (saudaramu) berbuat dosa, tegurlah dengan tahapan-tahapan yang wajar. Tegurlah di bawah empat mata (berdua). Syukurlah kalau dia mendengar dan menerimanya. Berarti dia selamat, kita pun berbahagia. Jika dia menolak, maka perlu dicari saksi, dan seterusnya. Intinya, perlakukan sesama sebagai saudara dan dengan penuh Kasih. Sebab orang yang bersalah, bisa saja sangat sensitif sehingga perlu diperlakukan dengan baik. Kalau dengan kekerasan dan tanpa bukti, mungkin dia akan berontak dan memperluas masalahnya. Akan tetapi dengan cara-cara yang manusiawi, orang akan lebih mudah sadari akan kerapuhan dirinya dan mau menerima kesalahannya serta beritikad baik untuk memperbaikinya.
Peristiwa Kitab Suci sesungguhnya sudah merangkum segala peristiwa hidup manusia dari dahulu, sekarang dan masa yang akan datang. Mungkin yang berbeda hanya masalah tempat, waktu, dan cara. Inti persoalan hidup sama.
Sebagai orang beriman kita diajak untuk belajar dari sikap iman Musa. Dia berbahagia karena sudah menyelamatkan sesamanya, sekalipun dia harus menderita, berkorban, bahkan sampai tidak menikmati hasil perjuangannya yang terakhir. Menikmati tanah terjanji.
Kita belajar juga dari Yesus yang mengajak kita untuk bersikap lemah lembut dan penuh kasih kepada sesama yang melakukan kesalahan terhadap kita dan terhadap orang lain, terhadap alam semesta dan terhadap Tuhan. Yesus berkorban sampai wafat di salib, namun Dia berbahagia sebab manusia memperoleh rahmat keselamatan dan kehidupan kekal.
Marilah kita memohon kekuatan Roh Kudus agar memampukan kita menghayati Sabda-Nya ini dalam kehidupan kita sehari hari dengan baik.
#SalamYesusYangMengasihi
#BersukacitaMelihatSesamaBahagia
Salam dan berkat dari Pastoran EKUKARDO,
Kris Sambu SVD
Amin🙏
BalasHapus🙏🙏🙏🙏🙏
HapusTerimakasih Pater