BERSYUKURLAH SENANTIASA

 Renungan Hari Rabu, 18-08-2021

Hak. 6:9-15; Mat. 20:1-16a

Suatu ketika saya menghantar sekelompok tamu berkeliling seputar kota Ruteng. Tidak ketinggalan Biara Suster-Suster Abdi Roh Kudus Adorasi Abadi (SSpS-AP) dikunjungi, sebab pada hemat saya, biara ini sudah menjadi ikon kehidupan rohani di wilayah ini. Pada saat akan meninggalkan biara ini, salah seorang tamu meminta agar para Suster mendoakan dia dan keluarganya. Lantas Suster menyodorkan sehelai kertas dan pena agar dia menuliskan intensi doanya. Dia bingung, apa yang akan diminta untuk didoakan? 

Memang ketika ada yang minta didoakan oleh seseorang (imam, bruder, suster), nampaknya sebagai ungkapan spontan, tanpa disadari sungguh apa yang hendak didoakan. Atau juga sekian sering ketika kita berdoa, kita tidak tahu persis apa sesungguhnya yang sedang saya doakan. Akhirnya doaku kurang fokus. 

Pengalaman bangsa Israel kurang lebih seperti itu juga. Mereka merasa kuatir ketika mereka sedang dipimpin oleh para hakim, ketika Yosua sudah meninggal. Ketika mereka melihat dan mendengar tentang kehebatan bangsa-bangsa lain di sekitar mereka, bangsa Israel menjadi takut. Oleh sebab itu mereka meminta Tuhan memberikan mereka seorang raja yang kuat seturut pikiran mereka. Maka Abimelekh dinobatkan sebagai raja atas Israel. Dengan itu seolah-olah mereka mengabaikan Allah yang selalu menyertai mereka. Maka Tuhan berseru kepada bangsa Israel melalui Yotam bahwa raja yang kuat menurut mereka itu sekali waktu akan menjadi "semak duri", yakni seorang tirani yang akan bertindak semena-mena atas mereka (Hak. 9:14-15). Sebab mereka hanya melihat kekuatan fisik yang dimiliki, tapi mereka tidak mengenal hati dan pikiran raja yang mereka angkat itu. 

Demikian pula aksi protes si pekerja di dalam injil hari ini. Dia tidak paham akan kesepakatan dan perjanjian yang sudah dibuat dengan tuan kebun anggur. Dia menuntut keadilan yang tidak pada tempatnya. Padahal dia sudah mendapatkan haknya sesuai perjanjian yang sudah disepakati. Begitu kenyataan hidup kita sampai saat ini. Orang mudah ingkar janji yang sudah disepakati, lalu atas nama "keadilan" membuat aksi protes mencari kebenaran. Sesungguhnya orang (kelompok) ini sedang mengungkapkan dirinya sebagai "tukang iri" terhadap sesama. Iri hati terhadap kemurahan hati tuan itu yang memberi upah yang sama kepada pekerja yang datang terakhir. "Iri hatikah engkau karena aku murah hati?" (Mat. 20:15).

Sikap iri hati memang bukanlah hal yang baik. Bangsa Israel dan pekerja terdahulu sama-sama "meminta" hanya karena terdorong oleh sikap iri hati; mereka ingin memiliki apa yang orang lain miliki (raja yang kuat, upah yang besar). Sebetulnya rasa iri hati itu timbul hanya disebabkan oleh "kurang tahu bersyukur" akan apa yang baik telah Tuhan berikan. 

Sabda Tuhan hari ini menggugah hati kita untuk selalu bersyukur dalam setiap keadaan. Itu yang terbaik Tuhan berikan bagi saya. Nampaknya berbeda dengan orang lain, namun itulah berkat Tuhan bagiku. Ketika kita mengeluh kepada Tuhan atas segala pengalaman pahit dalam hidup kita, termasuk pengalaman pandemik covid-19 yang kita hadapi, kita pada saat yang sama sedang iri terhadap kesejahteraan orang lain dan serentak mengadili Tuhan sebagai pihak yang tidak adil. Kenyataan sesungguhnya ada banyak pengalaman baik yang kita nikmati, namun kita lupa. Iri hati.

Marilah kita memohon rahmat kekuatan Roh Kudus dan kerendahan hati dari pada-Nya, untuk selalu tahu bersyukur atas segala sesuatu yang telah kita terima dari Tuhan. Sebab ketika kita mengagungkan kebaikan orang lain, pada gilirannya dia berubah menjadi "semak duri" yang menekan kita, menghina kita atas jasa-jasanya. 

#SalamYesusYangMengasihi 

#BersyukurlahSenantiasaDalamHidup


Salam dan berkat dari Pastoran EKUKARDO, 

Kris Sambu SVD 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

INILAH TUBUH-KU, INILAH DARAH-KU

TERANG YANG BENAR MENGHALAU KEGELAPAN DOSA

BETAPA DAHSYATNYA DOA ITU