TUHAN ITU MURAH HATI
Renungan Harian:
Rabu, 21-07-2021
Kel 16:1-5.9-15; Mat 13:1-9
Gaya hidup manusia umumnya mau cari gampang dan enak-enak saja. Atau istilah modern gaya hidup "instan", sudah jadi dan siap saji. Dengan gaya hidup semacam itu tanpa disadari atau memang "berpasrah" pada keadaan, manusia rela diperbudak oleh pihak lain yang memiliki kekuasaan dan sekaligus kekuatan.
Kisah bangsa Israel yang protes terhadap Musa dan Harun yang sudah mendampingi mereka keluar dari perbudakan Mesir, dianggap sebagai hal yang menjebak dan mematikan mereka. Mereka bangga hidup di Mesir sekalipun harus disiksa kerja "rodi" sebagai budak, sebab bisa makan daging sepuas hati mereka, makan roti berkelimpahan. Asal perut kenyang, perkara martabat dan harga diri urusan belakangan. Beda-beda tipis dengan gaya hidup "jaman now", asal kepuasan keinginan saat ini terpenuhi, masalah moral dan martabat kemanusiaan itu urusan nanti. Ada fenomena yang menyedihkan dan membuat hati teriris, gadis-gadis remaja bisa menggadaikan kesucian dirinya kepada om-om "hidung belang" demi sebuah hand phone android dan pulsa berlimpah. Pada saat yang sama pihak om-om itu sudah mengorbankan keutuhan keluarga dan rumah tangga demi kenikmatan sesaat bagi dirinya. Fenomena seperti ini dapat menggambarkan kehidupan saat ini sudah mudah digadaikan atau dihancurleburkan. Penyelenggaraan Tuhan di dalam hidup ini sudah diabaikan.
Bacaan-bacaan suci hari ini sejatinya memperlihatkan cinta Tuhan sekaligus tantangan yang disediakan Tuhan pula. Tuhan sungguh mencintai manusia. Bangsa Israel sudah diluputkan dari serangan bangsa Mesir dengan cara mengagumkan melalui penyeberangan laut Merah. Semuanya itu seolah terkubur begitu saja ketika mereka merasa lapar dan haus. Nostalgia kenikmatan perut semata yang diingat. Tuhan mencobai iman mereka agar sungguh-sungguh dimurnikan.
Demikian pula bangsa Yahudi pada masa Yesus dan para nabi yang diutus sebelumnya. Hati bangsa ini banyak yang tertutup dan tidak bertahan dalam cobaan dan tantangan. Itulah maksud Yesus menyadarkan mereka dengan perumpamaan penabur benih. Banyak "tanah hati" yang tersisa di pinggir jalan sehingga benih "Sabda" tidak bisa tumbuh dan dipatuk burung. Banyak juga yang tidak bertahan ketika cobaan dan tantangan menimpa, ibarat tanah berbatu. Ada pula yang akhirnya menyerah berhadapan dengan kekuasaan dan kekuatan dunia yang menyebabkan iman menjadi kerdil dan mati. Itulah benih yang jatuh di semak duri.
Namun perlu disyukuri bahwa dalam kehidupan yang keras dan penuh kesulitan ini, ada penganiayaan dan ancaman, masih ada banyak juga "tanah hati" yang subur. Rela menderita, membiarkan diri menjadi lahan bertumbuhnya Sabda sekalipun penuh perjuangan. Lihatlah darah para martir dan orang-orang kudus, itulah lahan tanah subur yang sudah membuahkan hasil berlipat-lipat ganda.
Realita hidup zaman ini juga menjadi ajang pertarungan iman. Ada banyak cobaan dan godaan yang menggiurkan. Mampukah kita bertahan dalam iman untuk tetap memupuk tanah hati kita, memberi nutrisi sebagai pupuk melalui doa, merenungkan sabda, merayakan Ekaristi, dan sebagainya? Kita tidak berpasrah sebagai tanah di tepi jalan, atau sisa-sisa di celah batu-batu, dan tidak membiarkan diri dihimpit oleh berbagai "semak duri kenikmatan" sesaat. Kita tetap menyediakan ladang hati kita sebagai tanah subur.
Marilah kita memohon kekuatan Roh Kudus agar memampukan kita menghayati Sabda-Nya ini dalam kehidupan kita sehari hari dengan baik.
#SalamYesusYangMengasihi
#HatikuLadanSangSabda
Pastoran EKUKARDO
Kris Sambu SVD
Maksh ptr....renunganx
BalasHapus