MENEMUKAN INTI HIDUP DALAM KESUNYIAN

 Renungan Hari Minggu Biasa XVI 

Tanggal 18-07-2021

Yer 23:1-6; Ef 2:13-18; Mrk 6:30-34


Tahun 2007 bulan Juli saya mengadakan retret pribadi di biara kontemplatif Rawaseneng. Saya dibantu oleh seorang imam OCSO salah seorang anggota biara tersebut. Bagi yang sudah pernah mengunjungi biara ini tentu cukup paham apa yang disebut "sunyi" dalam injil hari ini. Sunyi. Hening. Itu kesan yang paling kuat ketika berada di tempat ini. Namun saya perhatikan dalam sepekan itu, biara ini dikunjungi oleh banyak orang dari kota-kota besar: Jakarta, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, dan sebagainya. Bahkan ada yang menginap satu dua malam. Mereka berusaha untuk mengikuti irama hidup para rahib biara ini khususnya dalam doa, ibadat harian dan misa kudus. Apa sebab mereka melakukan itu? Salah satu jawaban dari percakapan dengan beberapa pengunjung adalah mereka jenuh dengan suasana rutinitas kota, pekerjaan, dan tidak mengalami hiburan rohani seperti di tempat ini. 

Yesus mengajak para murid-Nya untuk mengambil waktu sejenak bagi diri sendiri. "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!"

Awal perikope injil Markus bab 6 ini adalah Yesus ditolak di Nazareth, kemudian Yesus mengutus keduabelas rasul-Nya. Kemudian para murid dikejutkan oleh berita dan kejadian bahwa Yohanes Pembaptis dibunuh oleh Herodes sebagai akibat dari keberaniannya dalam karya pewartaan. Yesus menyadari segala peristiwa ini tentu melelahkan pikiran, perasaan dan fisik para murid-Nya. Oleh sebab itu, Yesus mengajak mereka untuk mencari tempat yang sunyi agar dapat beristirahat dan dapat membagi pengalaman hidup di antara mereka. 

Mengapa Yesus harus mencari tempat yang sunyi bagi para murid-Nya? Apakah Yesus menghindari diri dan jenuh melayani orang-orang yang memgikuti Dia dari hari ke hari? Tidak. Yesus tidak jenuh. Yesus hanya mau mengajak para murid-Nya untuk menyadari bahwa dalam karya kerasulan, seseorang perlu untuk mengalami kehidupan pribadinya, relasinya dengan dirinya sendiri, dengan Tuhan yang menjadi sumber kekuatan. Karena hanya dalam kesunyian itulah orang dapat masuk ke dalam "diri" sendiri. Di sana orang dapat kembali melewati jalan-jalan dan jejak-jejak tapak yang pernah dilewati. Ada sukacita, ada kekecewaan, ada keberhasilan, ada kegagalan, ada kepuasan, tapi ada juga keputusasaan. Dalam kesunyian itu orang dapat menemukan kembali hakekat dirinya. Dalam kesunyian itu orang berjumpa dan berbicara dengan Tuhan sebagai sumber kekuatan hidup dan karyanya. Dalam kesunyian orang akan mampu melihat seberapa kekuatan dirinya dan betapa besar kebutuhan yang ditimba dari Tuhan sendiri. Tuhan Yesus sebelum tampil di hadapan umum, Dia mengadakan retret agung di padang gurun, tempat yang sunyi. Lihatlah betapa dahsyatnya pengalaman yang menguatkan Yesus dari tempat sunyi padang gurun itu, Dia mampu mengatasi segala godaan dan cobaan iblis. 

Kita pun diajak untuk melakukan hal yang serupa. Kita perlu mencari waktu yang sunyi untuk berjumpa dengan Tuhan dan dengan diri sendiri. Kita perlu membangun relasi personal akrab dengan Tuhan. Ketika kita bisa berdiam diri di hadapan Sakramen Mahakudus di kapela Adorasi, ketika kita rela meninggalkan sejenak hobi kumpul-kumpul sambil main kartu, kita berkerumun hanya untuk mencari "rumusan angka" untuk judi online. Kita perlu waktu bersama Tuhan dan bersama diri sendiri. 

Jika kita memiliki kekuatan iman yang ditimba dari Tuhan, maka kita pun akan mampu melayani mereka sedang merindukan kesegaran jiwa yang sama. Mereka seperti domba-domba tanpa gembala. Gembala yang dikuatkan oleh rahmat Tuhan, maka dia akan penuh dengan belaskasihan melayani domba-dombanya. Yesus jatuh hati dan belaskasihan melihat banyak orang yang terus mencari Dia sampai di tempat yang sunyi. 

Marilah kita dalam situasi hiruk pikuk jaman ini, terutama dalam masa pandemi covid-19 ini, kita coba kembali dan menciptakan "tempat sunyi" hati kita untuk menyadari diri kita dan mengalami kehadiran Tuhan dalam hidup ini. Mampukah kita melakukannya? 

Marilah kita memohon rahmat kekuatan Roh Kudus agar memampukan kita menghayati Sabda-Nya ini dalam kehidupan kita sehari hari dengan baik. 

#SalamYesusYangMengasihi 

#MariKeTempatSunyiHatiKita

Selamat merayakan hari Minggu Biasa XVI. Tuhan memberkati. 

Pastoran EKUKARDO 

Kris Sambu SVD 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

INILAH TUBUH-KU, INILAH DARAH-KU

TERANG YANG BENAR MENGHALAU KEGELAPAN DOSA

BETAPA DAHSYATNYA DOA ITU