TERANG ITU BERCAHAYA DI DALAM KEGELAPAN
Renungan Hari Raya Natal, 25 Desember 2021
Yes. 52:7-10; Ibr. 1:1-6; Yoh. 1:1-18
CINTA KASIH KRISTUS
YANG MENGGERAKKAN PERSAUDARAAN (1Ptr. 1:22)
N
……………
Cinta kasih Kristus yang menggerakkan persaudaraan, merupakan tema Natal kita
pada tahun 2021. Pemilihan tema ini berangkat dari keprihatinan bersama
terhadap realitas hidup selama tahun 2021 ini, di mana berbagai kondisi sulit
yang terjadi di tanah air kita, antara lain, salah satunya adalah pandemi
covid-19. Akibat pandemi covid-19 sudah banyak terjadi kematian yang sangat
menyedihkan. Menyedihkan bukan hanya karena kita kehilangan orang-orang yang
kita kasihi, melainkan karena cara mereka dihantar ke tempat istirahat terakhir
yang jauh dari tatacara manusiawi dan beradab, kita tidak dapat mendekati dan
memberikan penghormatan terakhir secara wajar sebagaimana biasanya. Selain
pandemi covid-19, negeri kita masih ditimpa berbagai bencana alam yang tidak
sedikit menelan korban nyawa dan materi. Sementara itu tidak sedikit pula
terjadi pelbagai jenis kejahatan yang silih berganti di beberapa daerah negeri
ini. Belum lagi, keprihatinan itu semakin bertambah ketika menyaksikan
kesenjangan sosial yang terjadi di dalam masyarakat: kaya - miskin; mampu -
tidak mampu, yang nampak jelas pada pemenuhan kebutuhan dasar dan kesehatan di
masa pandemi covid-19. Segala bentuk keprihatian dan rasa pilu itulah yang
mendorong umat beriman melalui para petinggi Gereja (PGI dan KWI) untuk
merumuskan sebuah tema Natal tahun 2021 ini, "Cinta kasih Kristus
yang menggerakkan persaudaraan"(1Ptr. 1:22). Dengan melalui
tema ini semua kita orang beriman diajak untuk merefleksikan makna Natal yang
tengah kita rayakan sebagai bentuk solidaritas Allah bagi kita yang tengah
dilanda pandemi dosa dalam kehidupan ini. Ini tema yang sungguh relevan dan
membangkitkan semangat solidaritas di antara kita sebagai manusia, bukan saja
di antara kita orang-orang seiman; melainkan menembusi sekat-sekat perbedaan. Selama pandemi ini persaudaraan kita sebagai bangsa
Indonesia itu ternyata sangat kuat solidaritas, kesetiakawanan tampak sangat luar biasa sehingga kita bisa mengatasi
pandemi ini sampai saat ini dengan baik dibandingkan negara lain. Di dalam paroki kita juga, di antara kita sebagai
umat dan warga masyarakat wilayah kecil kita, ada aksi-aksi nyata yang saling
meneguhkan dan memberi semangat bagi sesame yang terpuruk akibat covid-19 ini;
aksi kunjunga orang sakit, peduli dengan yang difabel, dan yang sedang alami
masalah dalam hidupnya. Sukacita
Natal mendorong umat Katolik untuk terus melakukan gerakan persaudaraan dan
kemanusiaan. Selain itu, umat Katolik diminta untuk tetap patuh terhadap
protokol kesehatan (prokes). Kita juga bersedia untuk mendapatkan vaksinasi
agar selain supaya kita mendapatkan imunitas tubuh yang semakin baik, namun
juga sebagai tanda kepedulian kita dengan sesame agar virus corona ini tidak
terjangkit dengan mudahnya.
Untuk itu,
kita juga diminta untuk merayakan Natal bersama keluarga dengan cara sederhana
tanpa kehilangan makna Natal serta menghindari kerumunan.
“Jadi
setelah perayaan Natal di gereja, kita sebaiknya langsung pulang
ke rumah masing-masing”.
N …………
Ketika
kita merayakan Kelahiran Yesus di kandang Betlehem di malam yang gelap gulita
menandai masuknya Sang Sabda Allah yang menjelma menjadi manusia dan membawa
terang yang menghalau kegelapan dosa manusia itu.
Prolog
Injil Yohanes yang baru saja diperdengarkan bagi kita, merupakan sebuah
proklamasi, sebuah pewartaan dimulainya karya penyelamatan terhadap dunia. Dia
datang sebagai terang/cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan
menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan (bdk. Ibr.1:3).
Sebab dengan kelahiran Sang Sabda itu, kemanusiaan kita disucikan, martabat
kita ditinggikan oleh kehadiran-Nya. Dengan demikian Yesus menjadi saudara bagi
semua orang tanpa dibatasi oleh sekat-sekat dan perbedaan-perbedaan: suku,
agama, ras, bahasa dan alirannya. Sehingga di dalam Yesus, seluruh umat
manusia adalah saudara satu sama lain. Oleh sebab itu kata-kata penulis surat kepada umat Ibrani mencatat bahwa dengan
itu kita dijadikan sebagai anak-anak Allah, sebagaimana Yesus Kristus yang
adalah Anak Allah menjadi ahliwarisnya. Kita bukan lagi hamba, melainkan turut
mengambil bagian dalam ahlis waris sebagai anak Allah. “Anak-Ku Engkau!
Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini” dan “Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia
akan menajdi Anak-Ku” (Ibr. 1:5).
N
………..
Natal
adalah Peristiwa inkarnasi (Allah menjelma menjadi manusia) yang menjadi bukti
paling valid dan jelas tentang solidaritas Allah terhadap manusia. Maka, dalam
semangat Natal itu kita diajak untuk membangun kehidupan Bersama yang dilandasi
semangat kasih dan solidaritas. Yesus, Sang Sabda itu datang dan tinggal di
tengah-tengah kita, telah memutuskan mata rantai egoisme, kekerasan, dan
permusuhan. Segala bentuk penghalang bagi kita untuk membangun kebersamaan dan
persaudaraan sejati sudah dihancurkan-Nya (bdk. Surat Gembala Natal Uskup
Ruteng thn 2021).
N
……………
Jika
hidup kita sudah diliputi dengan suasana persaudaraan yang sejati, maka
terpenuhilah nubuat Yesaya bahwa kita menjadi pembawa berita sukacita
damai, kabar baik bagi semua orang. “Betapa indahnya kelihatan dari puncak
bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang menggambarkan berita damai dan
memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata: ‘Allahmu
itu Raja’”( Yes. 52:7). Maka pantaslah kita bersorak-sorai dan merayakannya
dengan sukacita. Sukacita itu semakin berlimpah-limpah dan bertambah-tambah
karena kita merayakannya dalam suasana persaudaraan dan solidaritas yang tulus
ikhlas.
N
………..
Sekalipun
kita merayakan Natal dalam suasana yang masih dibayang-bayangi wabah Covid-19,
kita tetap merasakan bahwa Natal adalah sumber kedamaian, kebahagiaan dan sukacita
yang tidak pernah habis bagi kita. Dalam kegelapan malam di Betlehem, terbitlah
TERANG PENGHARAPAN baru yang menghalau kegelapan dosa dan kebutaan manusia tak
beriman (Yoh. 1:5).
Marilah
kita senantiasa memohon rahmat Tuhan dalam Roh Kudus, agar peristiw Natal
mengegrakan dan memapukan kita untuk terus membangun semangat solidaritas dan
persaudaraan dalam Kristus di tengah keluarga, komunitas, KBG, wilayah dan
paroki kita. Dari tengah keluarga, Komunitas, KBG, Wilayah dan paroki itulah
kita diutus menjadi pembawa terang bagi Gereja Keuskupan kita dan Gereja
universal serta dunia. Sinode universal yang dicetuskan Paus Fransiskus dengan mengusung
tema: “Gereja sinodal: Persekutuan, Partisipasi dan Perutusan” kiranya itu
terus dan tetap menjiwai kita dalam hari-hari hidup kita selanjutnya. Dalam
persekutuan persaudaraan, kita berpartisipasi/mengambil bagian dalam karya
Perutusan Gereja yang merupakan perutusan Kristus sendiri. Maka dengan demikian
wajah bumi kita yang berselisih dan penuh percekcokan diubah menjadi bumi yang
damai, rukun dan penuh cinta kasih persaudaraan.
Selamat
Natal!
Pastor Paroki EKUKARDO,
P. Kris Sambu, SVD
Komentar
Posting Komentar